Benarkah Omicron Siluman Lebih Berbahaya? Ini Penjelasan Ahli

Minggu, 27 Februari 2022 - 12:36 WIB
loading...
Benarkah Omicron Siluman Lebih Berbahaya? Ini Penjelasan Ahli
Covid-19 varian Omicron telah berkembang dengan memiliki varian baru bernama BA.2 yang dijuluki Omicron Siluman. Foto Ilustrasi/DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Covid-19 varian Omicron telah berkembang dengan memiliki varian baru bernama BA.2 yang dijuluki Omicron Siluman. Namun, belum ada data yang mengungkapkan bahwa varian tersebut lebih berbahaya dari BA.1 (Omicron).

Hal tersebut disampaikan oleh pakar kesehatan, yang menerangkan bahwa BA.2 telah ada sejak Desember 2021, tapi kehebohannya saja terlihat. Omicron Siluman diketahui lebih menular dari varian sebelumnya (Omicron).



"Iya lebih cepat menular 63 persen dibandingkan varian BA.1 (Omicron sekarang)," ujar Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19 dr. Muhammad Fajri Adda'i kepada MNC Portal, Minggu (27/2/2022).

Lebih lanjut dr. Fajri mengatakan, Omicron Siluman tidak dapat dideteksi oleh PCR atau antigen. Sebab nilai CT Covid-19 atau CT Value (cycle treshold value) berbeda, di mana Omicron akan terdeteksi positif, sedangkan Omicron Siluman tidak terdeteksi atau negatif.

Sementara untuk efikasi vaksin, varian BA.2 alias Omicron Siluman belum bisa dipastikan apakah dapat menurun. Namun, dia menerangkan, kemungkinan seseorang sakit parah apabila terinfeksi Omicron Siluman bisa terjadi.





"Bedanya, kalau Omicron lama CTV-nya positif, tapi siluman CTV-nya negatif. Belum ada bukti apakah lebih hebat dan bisa menurunkan efikasi vaksin saat ini," tambahnya.

Dengan demikian, dr. Fajri menegaskan, tetap jaga kesehatan dan protokol kesehatan. Sebab, imunitas atau sistem kekebalan tubuh seseorang yang sudah sembuh dari varian Omicron hanya 50 persen dapat mencegah terjadinya reinfeksi bergejala. Sedangkan untuk terjadinya perburukan sebesar 80 persen.

"Bagi mereka yang pernah terinfeksi, bisa kena lagi karena efektivitas antibody kita dari sakit sebelumnya, itu hanya 50 persen untuk bergejala. Namun, untuk yang bertahan dari perburukan masih 80 persen," pungkas dr. Fajri.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1301 seconds (0.1#10.140)