Pengobatan Baru untuk Covid-19, Para Ilmuwan Identifikasi Zat Biologis Kulit Manusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menurut studi terbaru, para ilmuwan menemukan zat yang bisa menghentikan SARS-CoV-2 dari mereproduksi dirinya sendiri dan juga melindungi sel yang terinfeksi ketika diuji dalam sel paru-paru manusia.
Perawatan tersebut menggunakan zat biologis dibuat oleh sel-sel kulit manusia yang direkayasa ulang telah diidentifikasi oleh para peneliti di Cedars-Sinai untuk COVID-19. Para peneliti merekayasa sel untuk menghasilkan vesikel ekstraseluler terapeutik (EV), merupakan partikel nano yang berfungsi sebagai sistem komunikasi antara sel dan jaringan.
Kemudian, tim ilmuwan membandingkan pengobatan potensial dengan remdesivir, obat yang saat ini digunakan untuk mengobati COVID-19. Menemukan bahwa remdesivir tidak menghambat produksi ACE, tetapi menghentikan virus agar tidak menempel pada protein yang disebut ACE2.
Namun, ASTEX dapat memberikan cara lain untuk mencegah virus memasuki sel. "Virus tidak memiliki mesin sendiri untuk masuk ke dalam sel, jadi mereka menggunakan protein," kata Ibrahim salah satu ilmuwan, dilansir dari livemint, Kamis (10/3/2022).
"Kami percaya menargetkan protein ACE hanyalah salah satu cara SARS-CoV-2 menginfiltrasi sel, membajak informasi genetik mereka dan mereplikasi dirinya sendiri di dalam tubuh," jelasnya
Perlu diketahui , istilah ASTEX merupakan julukan dari para ilmuwan dalam penelitian tersebut. Rekayasa fibroblas memungkinkan untuk mengeluarkan EVs yang oleh para peneliti dijuluki "ASTEX" dengan kemampuan untuk memperbaiki jaringan.
Kemudian, para peneliti menunjukkan bahwa ASTEX dapat memperbaiki jaringan jantung, jaringan paru-paru dan kerusakan otot pada tikus laboratorium. Ketika pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, para peneliti beralih untuk mempelajari apakah ASTEX dapat digunakan sebagai pengobatan terhadap SARS-CoV-2.
Dengan demikian, penelitian tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan peneliti di UCLA yang menguji ASTEX dengan menerapkannya pada sel epitel paru-paru manusia, sel melapisi saluran paru dan menjadi target infeksi SARS-CoV-2.
Perawatan tersebut menggunakan zat biologis dibuat oleh sel-sel kulit manusia yang direkayasa ulang telah diidentifikasi oleh para peneliti di Cedars-Sinai untuk COVID-19. Para peneliti merekayasa sel untuk menghasilkan vesikel ekstraseluler terapeutik (EV), merupakan partikel nano yang berfungsi sebagai sistem komunikasi antara sel dan jaringan.
Kemudian, tim ilmuwan membandingkan pengobatan potensial dengan remdesivir, obat yang saat ini digunakan untuk mengobati COVID-19. Menemukan bahwa remdesivir tidak menghambat produksi ACE, tetapi menghentikan virus agar tidak menempel pada protein yang disebut ACE2.
Namun, ASTEX dapat memberikan cara lain untuk mencegah virus memasuki sel. "Virus tidak memiliki mesin sendiri untuk masuk ke dalam sel, jadi mereka menggunakan protein," kata Ibrahim salah satu ilmuwan, dilansir dari livemint, Kamis (10/3/2022).
"Kami percaya menargetkan protein ACE hanyalah salah satu cara SARS-CoV-2 menginfiltrasi sel, membajak informasi genetik mereka dan mereplikasi dirinya sendiri di dalam tubuh," jelasnya
Perlu diketahui , istilah ASTEX merupakan julukan dari para ilmuwan dalam penelitian tersebut. Rekayasa fibroblas memungkinkan untuk mengeluarkan EVs yang oleh para peneliti dijuluki "ASTEX" dengan kemampuan untuk memperbaiki jaringan.
Kemudian, para peneliti menunjukkan bahwa ASTEX dapat memperbaiki jaringan jantung, jaringan paru-paru dan kerusakan otot pada tikus laboratorium. Ketika pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, para peneliti beralih untuk mempelajari apakah ASTEX dapat digunakan sebagai pengobatan terhadap SARS-CoV-2.
Dengan demikian, penelitian tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan peneliti di UCLA yang menguji ASTEX dengan menerapkannya pada sel epitel paru-paru manusia, sel melapisi saluran paru dan menjadi target infeksi SARS-CoV-2.
(hri)