Ini Alasan Negara-Negara Miskin Tolak Vaksin Covid-19 AstraZeneca
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah negara miskin di dunia menolak vaksin Covid-19 AstraZeneca. Mereka enggan menerima puluhan juta vaksin Covid-19 AstraZeneca (AZN.L) dari program global COVAX.
Negara-negara tersebut memiliki alasan tersendiri untuk menolaknya. Menurut mereka, masa penyimpanan dari vaksin AstraZeneca pendek. Hal itu membuat permintaan untuk vaksin tersebut lemah.
"Preferensi masa simpan tidak dapat dipenuhi dengan pasokan AstraZeneca yang tersedia," kata juru bicara dari aliansi vaksin Gavi, seperti dilansir Reuters, Jumat (15/4/2022).
Baca juga: Disebut Livy Renata sebagai Ibu dari Al, El Dul, Begini Tanggapan Luna Maya
COVAX merupakan program berbagi vaksin Covid-19 terbesar di dunia. Sejauh ini telah mendistribusikan 1,4 miliar vaksin ke 144 negara, dan dikelola Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama aliansi vaksin Gavi.
Negara-negara yang enggan menerima hampir 35 juta dosis AstraZeneca, lebih memilih untuk menggantinya dengan vaksin yang produksi Johnson & Johnson (JNJ.N), Pfizer (PFE.N) dan Moderna (MRNA.O).
Permintaan untuk vaksin J&J dan Pfizer jauh lebih tinggi, masing-masing sebesar 70 juta dan 40 juta. Namun Suriah dan Sudan tetap memilih untuk menerima jumlah tertinggi vaksin AstraZeneca untuk periode April-September, masing-masing hampir 3 juta dan sekitar 2 juta dosis.
Sedangkan Nigeria, negara terpadat di Afrika, tidak akan menerima dosis AstraZeneca dari COVAX dalam beberapa bulan mendatang dan sebagai gantinya telah memilih sekitar 4 juta vaksin J&J.
Baca juga: 3 Negara Penghasil Durian Terbesar di Dunia, Nomor 2 Juaranya
Untuk diketahui, Vaxzevria AstraZeneca memiliki masa simpan terpendek di antara pemasok COVAX. Hal itu mengurangi minat negara-negara kurang berkembang yang menghadapi masalah logistik untuk memberikan suntikan dan keraguan yang tinggi terhadap vaksin.
Negara-negara tersebut memiliki alasan tersendiri untuk menolaknya. Menurut mereka, masa penyimpanan dari vaksin AstraZeneca pendek. Hal itu membuat permintaan untuk vaksin tersebut lemah.
"Preferensi masa simpan tidak dapat dipenuhi dengan pasokan AstraZeneca yang tersedia," kata juru bicara dari aliansi vaksin Gavi, seperti dilansir Reuters, Jumat (15/4/2022).
Baca juga: Disebut Livy Renata sebagai Ibu dari Al, El Dul, Begini Tanggapan Luna Maya
COVAX merupakan program berbagi vaksin Covid-19 terbesar di dunia. Sejauh ini telah mendistribusikan 1,4 miliar vaksin ke 144 negara, dan dikelola Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama aliansi vaksin Gavi.
Negara-negara yang enggan menerima hampir 35 juta dosis AstraZeneca, lebih memilih untuk menggantinya dengan vaksin yang produksi Johnson & Johnson (JNJ.N), Pfizer (PFE.N) dan Moderna (MRNA.O).
Permintaan untuk vaksin J&J dan Pfizer jauh lebih tinggi, masing-masing sebesar 70 juta dan 40 juta. Namun Suriah dan Sudan tetap memilih untuk menerima jumlah tertinggi vaksin AstraZeneca untuk periode April-September, masing-masing hampir 3 juta dan sekitar 2 juta dosis.
Sedangkan Nigeria, negara terpadat di Afrika, tidak akan menerima dosis AstraZeneca dari COVAX dalam beberapa bulan mendatang dan sebagai gantinya telah memilih sekitar 4 juta vaksin J&J.
Baca juga: 3 Negara Penghasil Durian Terbesar di Dunia, Nomor 2 Juaranya
Untuk diketahui, Vaxzevria AstraZeneca memiliki masa simpan terpendek di antara pemasok COVAX. Hal itu mengurangi minat negara-negara kurang berkembang yang menghadapi masalah logistik untuk memberikan suntikan dan keraguan yang tinggi terhadap vaksin.
(nug)