Prihatin Kasus Pelecehan Seksual Marak, Coach Rheo: Pesona Seks Kalahkan Akal Sehat

Kamis, 14 Juli 2022 - 18:15 WIB
loading...
Prihatin Kasus Pelecehan...
Mind Technology Expert (Pakar Teknologi Pikiran), Coach Rheo mengaku prihatin dengan maraknya kasus pelecehan seksual belakangan ini. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Masalah mengenai seks memang bisa menimbulkan kemelut terhadap kehidupan sosial. Hal tersebut mampu mendorong penyimpangan perilaku seseorang. Di bawah pesonanya, seks mampu memaksa seseorang bertindak sembrono. Mendorong perilaku yang membahayakan hubungan sosial.

Inilah fenomana yang terjadi, dengan mencermati beberapa kasus pelecehan seksual yang terjadi di masyarakat. Beberapa diantaranya justru terjadi di sejumlah lembaga sosial dan pendidikan yang membuat akal sehat masyarakat miris.

Masalah ini ternyata menjadi perhatian Mind Technology Expert (Pakar Teknologi Pikiran) , Coach Rheo. “Saya prihatin dengan apa yang terjadi terkait penyimpangan seksual yang terjadi akhir akhir ini,” ujar Coach Rheo kepada SINDOnews.com di Jakarta, Kamis (14/7/2022).

Salah satu penyebab semakin tingginya berbagai kasus kekerasan seksual, kata Coach Rheo, karena semakin mudahnya pornografi diakses di cyberspace.



“Orang dengan mudah mengakses ribuan situs porno yang sengaja ditawarkan dan disajikan kepada siapa saja dan dimana saja,” kata konseptor DOA-TRTO (Divine Oracular Assistance - Tension Releasing Technique Online) ini menjelaskan.

DOA-TRTO merupakan konsep seni terapi melepas beban emosi bagi orang yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder); gangguan stres pasca trauma.

Apabila belajar dari negara lain seperti Jepang, meski mereka salah satu negara produsen film porno terbesar di dunia, tetapi etika yang diajarkan berbeda. “Sehingga walau banyak terpaan pornografi di mana-mana, kejahatan seksual sangat jarang terjadi,” ujarnya.

Jika etika serupa diterapkan di Indonesia, misalnya untuk menghormati lawan jenis, saling menghargai ruang pribadi, sesungguhnya akan lebih mudah untuk kita di Indonesia menyelesaikan persoalan ini. “Karena jumlah paparan kita jelas berbeda dengan negara yang membuka akses secara umum terharap pornografi,” papar Coach Rheo.

Namun Indonesia, menurut dia, malah dapat disebut darurat perilaku kekerasan seksual. “Kedengarannya menyeramkan. Tapi itulah faktanya. Angka kasus kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan dan anak di Indonesia masih tinggi dan malah terus meningkat,” ujar Coach Rheo.

Untuk dicermati, sebagai acuan data Komnas Perempuan menunjukkan pada tahun 2014, tercatat 4.475 kasus kekerasan seksual pada kaum Hawa. Tahun 2015 tercatat 6.499 kasus dan tahun 2016 telah terjadi 5.785 kasus.

Tak hanya itu, data dari Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum Universitas Indonesia berdasarkan pemantauan pemberitaan media online selama periode Agustus- Oktober 2017, menyebutkan sedikitnya ada 367 pemberitaan mengenai kekerasan seksual. Sebanyak 275 di antaranya terjadi di Indonesia.

Jumlah pemerkosaan di negeri ini juga tinggi. Hasil survei Komnas Perempuan secara daring dari 25.213 responden, sekitar 6,5% atau 1.636 orang, mengatakan mereka pernah diperkosa. Ironisnya dari jumlah tersebut, 93% mereka tidak melaporkan kejahatan tersebut, karena takut akibatnya.

“Padahal korban setidaknya mengalami dampak psikologis. Mengalami trauma mendalam, menahun. Selain itu stres yang dialami dapat menganggu fungsi dan perkembangan otak dan kejiwaan si korban,” ujar salah satu Pendiri Gadingkonseling @gadingkonseling Jakarta ini.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1720 seconds (0.1#10.140)