Pentingnya Terampil Digital bagi Generasi Alfa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Generasi alfa atau anak-anak yang lahir dalam kurun 2010-2025 terlahir dalam situasi maraknya pemanfaatan teknologi canggih dan serbadigital. Karena itu, generasi ini harus terampil digital. Mereka bakal banyak menghabiskan waktu di depan layar gawai.
Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema Pengembangan Budaya dan Seni Indonesia di Media Digital di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.
Dalam webinar tersebut, Dosen UIN Antasari Banjarmasin Muhammad Ridha menjelaskan bahwa generasi alfa adalah manusia unik yang sejak kelahirannya bersentuhan dengan perangkat digital, berinteraksi secara global, serta mengembangkan diri dan berkreasi secara digital. Maka itu, keterampilan digital menjadi urgen dan esensial bagi generasi tersebut.
Ridha menambahkan, terdapat beberapa karakteristik generasi alfa. Salah satunya yaitu visual karena sebagian besar generasi alfa menghabiskan banyak waktu di depan layar gawai.
“Meski generasi alfa adalah manusia digital dan global, perlu intervensi dari generasi sebelumnya untuk memastikan agar generasi alfa tetap cinta Tanah Air dan kearifan lokal. Mereka adalah generasi harapan yang harus disambut dengan penuh keterampilan agar bisa membawa manfaat optimal untuk kebaikan masa depan bangsa,” papar Ridha.
Mengenai budaya di dunia digital, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Alem Febri Sonni mengatakan bahwa budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, serta membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Alem, pengetahuan dasar tentang nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan landasan dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara, bahkan di dunia digital sekali pun.
“Masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan gambaran sempurna tentang budaya yang beragam yang bisa disebut dengan istilah multikulturalisme. Bhinneka Tunggal Ika, sesuai dengan artinya yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, menjadi dasar dan realitas masyarakat Indonesia dalam berbangsa,” jelas Alem.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Jaringan Pegiat Literasi Yolanda Presiana Desi menekankan pentingnya memiliki rasa kepemilikan serta rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
Menurut Yolanda, untuk mendukung produk dalam negeri, masyarakat dapat melakukannya dengan memberikan umpan balik yang positif serta turut membantu mempromosikan produk-produk dalam negeri. Hal ini dilakukan agar produk lokal dapat semakin dikenal oleh dunia internasional.
Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema Pengembangan Budaya dan Seni Indonesia di Media Digital di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.
Dalam webinar tersebut, Dosen UIN Antasari Banjarmasin Muhammad Ridha menjelaskan bahwa generasi alfa adalah manusia unik yang sejak kelahirannya bersentuhan dengan perangkat digital, berinteraksi secara global, serta mengembangkan diri dan berkreasi secara digital. Maka itu, keterampilan digital menjadi urgen dan esensial bagi generasi tersebut.
Ridha menambahkan, terdapat beberapa karakteristik generasi alfa. Salah satunya yaitu visual karena sebagian besar generasi alfa menghabiskan banyak waktu di depan layar gawai.
“Meski generasi alfa adalah manusia digital dan global, perlu intervensi dari generasi sebelumnya untuk memastikan agar generasi alfa tetap cinta Tanah Air dan kearifan lokal. Mereka adalah generasi harapan yang harus disambut dengan penuh keterampilan agar bisa membawa manfaat optimal untuk kebaikan masa depan bangsa,” papar Ridha.
Mengenai budaya di dunia digital, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Alem Febri Sonni mengatakan bahwa budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, serta membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Alem, pengetahuan dasar tentang nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan landasan dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara, bahkan di dunia digital sekali pun.
“Masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan gambaran sempurna tentang budaya yang beragam yang bisa disebut dengan istilah multikulturalisme. Bhinneka Tunggal Ika, sesuai dengan artinya yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, menjadi dasar dan realitas masyarakat Indonesia dalam berbangsa,” jelas Alem.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Jaringan Pegiat Literasi Yolanda Presiana Desi menekankan pentingnya memiliki rasa kepemilikan serta rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
Menurut Yolanda, untuk mendukung produk dalam negeri, masyarakat dapat melakukannya dengan memberikan umpan balik yang positif serta turut membantu mempromosikan produk-produk dalam negeri. Hal ini dilakukan agar produk lokal dapat semakin dikenal oleh dunia internasional.