Ingin Laris Jualan Online? Yuk Coba Ikuti Tips Berikut Ini!
loading...
A
A
A
"Misalnya produk kita pisang goreng. Apa sih keistimewaannya? Crispy? Manis? Atau yang lain. Tema harus kita tentukan dulu. Pisang goreng, ketika manis, tanpa harus merasakan, dijilat fotonya, itu udah terasa manis. Itu ada tekniknya," jelas dia.
Tidak kalah penting, pengambilan angle foto pun perlu dilakukan dari beberapa sudut. Dengan demikian, produk tersebut akan lebih lengkap.
"angan hanya terfokus pada satu angle. Kita mix, bolak-balik, yang bagus itu dari mana sih. Butuh dua sampai lima, atau sama toples-toplesnya, nah ini penting," papar dia.
"(Misalnya) Lebih bagus mana Nastar itu ketika setoples-toplesnya, atau ketika kita tempatkan di daun pisang. Nggak apa-apa dicoba aja. Jangan takut mengambil angle yang banyak," jelas Suratman.
Untuk mendapatkan hasil yang bagus, Suratman juga mengingatkan terkait jarak untuk memfoto dan objek. Zoom, menjadi sesuatu yang perlu diminimalisir saat memotret sebuah produk, baik makanan ataupun yang lainnya.
"Jangan melakukan zooming. Kalau zoom itu. Kayaknya, handphone itu, kecuali beberapa merek tertentu, itu sudah dilengkapi dengan namanya stabilizer. Jadi semakin didekatkan dari jauh, itu kemungkinan semakin bergoyang gambar itu besar," ungkap dia.
"Pegang handphone itu tidak harus kenceng, tapi tetap stabil. Jadi santai, tahan napas, stabil," tambah dia.
Untuk keamanan karya, dan tidak dicomot oleh orang lain, hasil foto produk perlu diberi identitas, atau watermark. Identitas itu, tidak melulu harus nama produk milik kita.
"Watermark. Biar foto kita safety, aman. Tidak dipakai oleh orang lain. Kadang-kadang tokonya beda, barang jualannya sama. Untuk menghindari itu, watermark. Bisa kecil, bisa gede. Atau watermark-nya berupa harga, atau spesifikasi produk," pungkasnya.
Tidak kalah penting, pengambilan angle foto pun perlu dilakukan dari beberapa sudut. Dengan demikian, produk tersebut akan lebih lengkap.
"angan hanya terfokus pada satu angle. Kita mix, bolak-balik, yang bagus itu dari mana sih. Butuh dua sampai lima, atau sama toples-toplesnya, nah ini penting," papar dia.
"(Misalnya) Lebih bagus mana Nastar itu ketika setoples-toplesnya, atau ketika kita tempatkan di daun pisang. Nggak apa-apa dicoba aja. Jangan takut mengambil angle yang banyak," jelas Suratman.
Untuk mendapatkan hasil yang bagus, Suratman juga mengingatkan terkait jarak untuk memfoto dan objek. Zoom, menjadi sesuatu yang perlu diminimalisir saat memotret sebuah produk, baik makanan ataupun yang lainnya.
"Jangan melakukan zooming. Kalau zoom itu. Kayaknya, handphone itu, kecuali beberapa merek tertentu, itu sudah dilengkapi dengan namanya stabilizer. Jadi semakin didekatkan dari jauh, itu kemungkinan semakin bergoyang gambar itu besar," ungkap dia.
"Pegang handphone itu tidak harus kenceng, tapi tetap stabil. Jadi santai, tahan napas, stabil," tambah dia.
Untuk keamanan karya, dan tidak dicomot oleh orang lain, hasil foto produk perlu diberi identitas, atau watermark. Identitas itu, tidak melulu harus nama produk milik kita.
"Watermark. Biar foto kita safety, aman. Tidak dipakai oleh orang lain. Kadang-kadang tokonya beda, barang jualannya sama. Untuk menghindari itu, watermark. Bisa kecil, bisa gede. Atau watermark-nya berupa harga, atau spesifikasi produk," pungkasnya.