Eksotisme Rumah Adat Baruniang, Wae Rebo, NTT Tawarkan Pengalaman Menakjubkan bagi Wisatawan

Selasa, 16 Agustus 2022 - 22:03 WIB
loading...
Eksotisme Rumah Adat Baruniang, Wae Rebo,  NTT Tawarkan Pengalaman Menakjubkan bagi Wisatawan
(Foto: Dok Tangkapan layar/YouTube iNews)
A A A
Jika kita berkunjung ke bumi Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), maka bersiaplah dengan beragam pengalaman menakjubkan. Di antaranya saat kita mengunjungi Rumah Adat Baruniang yang berada di Desa Wisata Wae Rebo yang memiliki daya pikat tersendiri.

Desa Wisata Wae Rebo berada di Kabupaten Manggarai, sekitar 120 km dari Labuan Bajo, atau dengan jarak tempuh selama 4 jam sampai di Desa Denge. Ini desa terakhir yang bisa dijangkau kendaraan roda empat. Kita masih harus tracking sejauh 5 km untuk sampai di gerbang Desa Wae Rebo dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Adat Baruniang.

Setibanya di kawasan perkampungan tradisional ini, para wisatawan akan diantar ke Rumah Gendang, rumah utama dari tujuh Rumah Adat Baruniang. Di sini, warga setempat akan mengadakan waeluhu, sebuah ritual penyambutan tamu. Tetua adat akan memberi wejangan agar tamu terhindar dari marabahaya sekaligus meminta izin kepada arwah leluhur.

Keunikan Rumah Adat Baruniang


Eksotisme Rumah Adat Baruniang, Wae Rebo, NTT Tawarkan Pengalaman Menakjubkan bagi Wisatawan


Rumah Adat Baruniang memiliki banyak keunikan, mulai dari bentuknya yang serupa kubus yang mengerucut di bagian atas, hingga konstruksi bangunannya yang tidak melibatkan paku dan besi.

Rumah adat Baruniang terdiri dari tujuh rumah yang letaknya berada di atas bukit, masing-masing bernama Niang Jintam, Niang Pirong, Niang Maro, Niang Ndorom, Niang Mandok, Niang Jekong, dan yang paling besar yang ditinggali tetua adat adalah Niang Gendang.

Tujuh rumah adat ini mengelilingi compang, semacam altar tempat pemujaan kepada arwah leluhur. Ke tujuh rumah adat menyimbolkan penghormatan kepada tujuh arah mata angin yang berasal dari tujuh puncak gunung yang mengelilinginya.

Enam dari tujuh rumah adat dihuni oleh sejumlah kepala keluarga warga desa, sisanya untuk penginapan tamu yang datang ke desa ini. Seluruh keluarga memasak di dapur bersama, yang terletak di lantai paling bawah. Lantai kedua untuk menyimpan hasil panen, lantai berikutnya menaruh bibit tanaman, dan paling puncak untuk meletakkan sesajen.

Bentuk rumah Baruniang melingkar serupa kubus dengan ujung bagian atas seperti kerucut. Simbol keharmonisan dan kebersamaan. Konstuksi rumah adat Baruniang sepenuhnya berbahan kayu, untuk mengikat sambungan antartiangnya menggunakan rotan. Sedangkan atapnya memakai lontar dan ijuk yang melambangkan persaudaraan dan perlindungan. Rumah Baruniang ibarat ibu yang selalu mengayomi dan memberi rasa aman.

Sensasi Menginap di Desa Adat Baruniang

Desa tradisional Baruniang juga terbuka untuk wisatawan jika ingin bermalam dengan tarif yang terjangkau. Hanya dengan biaya Rp325 ribu permalam, sudah termasuk sarapan dan makan malam. Pastikan membawa jacket ya. Maklum, Desa Wisata Wae Rebo berada di ketinggian 1100 mdpl. Arus listrik hanya menyala pada pukul 18.00 hingga pukul 22.00 WIT.

Untuk menu makan malam dan pagi, kita akan suguhi kuliner lokal seperti sayur waluh dan telur untuk menemani nasi putih. Nah untuk kudapannya biasanya disajikan talas rebus yang dipetik langsung di halaman belakang rumah. Talas dicuci, dikupas, dipotong lalu dikukus tanpa campuran garam dan segala macam rempah lainnya. Meski dimasak dengan cara sederhana, tapi pasti akan terasa nikmat.

Pagi-pagi sebelum sarapan kita bisa mandi di sosor, yaitu pancuran dari mata air yang tak henti mengalir. Setelah sarapan kita akan disuguhi permainan tradisional rangkuk aluh, yaitu melompat-lompat di antara tongkat bambu yang dibuka tutup.

Sebelum mengakhiri kunjungan di Desa Wisata Wae Rebo jangan lupa membeli kerajinan khas desa ini ya agar perekonomian warga setempat tetap bergerak. Kain tenun bisa jadi pilihan menarik, hasil kreasi tradisional dijual mulai Rp700.000 per helai. “Ciri khasnya warna-warna cerah. Harganya mahal karena proses pembuatannya rumit dan memakan waktu lama hingga 3 bulan,” kata Mama Rita, pengrajin tenun.

Selain itu, ada pula paket wisata kopi, di mana kita bisa memetik langsung biji kopi, lalu melihatnya diproses menjadi bubuk kopi. Mulai dari dijemur, dibersihkan kuitnya lalu disangrai lalu ditumbuk dan disaring jadi bubuk kopi lembut yang siap diseduh.

Vincencius Farman, Ketua Pengelola Desa Wisata Wae Rebo, menuturkan program Desa Wisata yang digulirkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kesif (Kemenparekraf) sangat bermanfaat bagi warga Desa Wae Rebo. Menurutnya, bantuan dari Kemenparekraf dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas wisatawan.

Keunikan Desa Wisata Wae Rebo memang sangat menarik, itulah yang mengantar desa ini masuk dalam deretan 50 besar Anugerah Desa Wisata (ADWi) 2021 dari Kemenparekraf. Sepuluh tahun sebelumnya Unesco bahkan menetapkan Rumah Adat Baruniang sebagai Warisan Budaya Dunia.

Nah karena, kita harus ke Labuan Bajo dulu sebelum masuk dan meninggalkan Desa Wisata Wae Rebo, kita juga bisa mampir ke Taman Nasional Komodo, untuk melihat lebih dekat komodo ‘kadal raksasa’ yang hanya ada di NTT atau bisa juga menyelam untuk menikmati biota laut Labun Bajo yang terkenal keindahannya.

Pastinya masih banyak lagi destinasi wisataa #WonderfulIndonesia yang bisa kita nikmati. Segera rencanakan liburan dengan kunjungi www.indonesia.travel untuk menemukan pesona alam di berbagai daerah di Indonesia.

#MenyapaDesa #DesaWisata #WonderfulIndonesia

#PesonaIndonesia #DiIndonesiaAja
(atk)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)
pixels