Mengenal Syndrome Imposter, Gangguan Psikologis yang Dialami Supermodel Gigi Hadid

Minggu, 16 Oktober 2022 - 20:03 WIB
loading...
Mengenal Syndrome Imposter, Gangguan Psikologis yang Dialami Supermodel Gigi Hadid
Supermodel Gigi Hadid mengalami gangguan psikologis Imposter. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Supermodel Gigi Hadid baru-baru ini mengungkapkan kerap merasa ‘insecure’ sejak menjadi pendiri merek kasmir barunya, yakni ‘Guest in Residence’.

Meskipun merupakan sosok terkenal dan seorang model besar, Gigi Hadid mengaku masih merasa rendah diri jika dibanding rekan-rekannya dalam hal menciptakan produk fashion.

Dalam sebuah wawancara baru dengan editor fashion, Vogue Gabriella Karefa-Johnson di konferensi Forces in Fashion majalah di New York, Gigu Hadid berterus terang tentang rasa ‘insecure’ terhadap keterampilannya di bidang fesyen.

"Aku selalu menderita syndrome imposter," kata Gigi, dikutip dari laman Instyle, Minggu, (16/10/2022).



Lantas, apa itu syndrome imposter? Berikut ulasannya, dikutip dari beberapa sumber, Minggu, (16/10/2022).

syndrome imposter atau syndrome penipu adalah kondisi psikologis ketika seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang dicapainya.

Kondisi ini punya banyak nama lain, di antaranya adalah impostor syndrome, syndrome penipu, atau dalam bahasa Inggrisnya fraud syndrome. Imposter syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1970-an oleh psikolog Pauline Clance dan rekannya Suzzanne Imes.

Penderita syndrome ini kerap merasa waswas, seolah suatu hari orang-orang akan menganggap dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala prestasi dan keberhasilannya.

Dengan kata lain, penderita yang mengalami imposter syndrome biasanya merasa bahwa dirinya tidak secerdas, sekreatif, atau berbakat seperti yang terlihat dan diketahui orang lain. Dia justru merasa setiap pencapaian yang diraihnya hanya disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan semata.

Ketakutan akan ketidakmampuan ini bisa menimbulkan masalah mental pada pengidap imposter syndrome. Mereka mungkin rentan merasa gelisah, depresi, frustasi, kurang percaya diri dan malu. Namun, sejauh ini para ahli tidak menganggap syndrome penipu sebagai kondisi kesehatan mental.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2069 seconds (0.1#10.140)