Demi Bahagiakan Pasangan, Banyak Wanita Lakukan Fake Orgasm, dr. Boyke: Itu Kekerasan Seks
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kenikmatan dalam berhubungan seks dipengaruhi oleh dua orang sebagai pasangan. Baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing agar kegiatan seks berjalan normal. Namun, ternyata masih banyak pasangan yang memiliki masalah dalam berhubungan seks.
Seksolog dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS, mengungkapkan, masalah seks yang kerap terjadi dan banyak ditemukan antara lain disfungsi ereksi, kehilangan gairah, hingga sulit orgasme yang banyak dialami wanita.
“Kasus yang cukup banyak itu, kalau pada pria biasanya disfungsi ereksi, kalau perempuan biasanya kehilangan gairah pada pasangannya, sama juga susah orgasme,” ujar dr. Boyke, dilansir dari kanal YouTube Vindes, Selasa (18/10/2022).
Faktanya, menurut sebuah studi, 2 dari 3 wanita di Indonesia kerap memiliki masalah kesulitan orgasme saat berhubungan seks. Dibanding pria, bisa dibilang wanita lebih sulit orgasme atau mencapai puncak kenikmatan saat berhubungan seks.
Alih-alih mendapatkan kepuasan, lanjut dr. Boyke, pada kebanyakan kasus wanita justru lebih memilih melakukan fake orgasm atau orgasme palsu demi memuaskan atau tidak mengecewakan pasangan.
Padahal, menurut dr. Boyke, wanita atau pasangan yang tidak merasakan orgasme berarti tidak menikmati hubungan seks, dan bahkan masuk dalam kategori kekerasan seksual.
“Kalau susah orgasme tuh kita ya harus ngajarin. Karena orang-orang Indonesia tuh nggak mau diajarin mana titik erogen. Mainnya langsung tancep. Akhirnya kan si wanita ngerasa seperti kekerasan,” tutur dr. Boyke.
“Sebenarnya itu menurut saya kekerasan seks juga karena dia tidak menikmati apa-apa dan akhirnya untuk menyenangkan si suami, mereka fake orgasm,” lanjutnya.
Dokter Boyke menegaskan bahwa pengetahuan dan literasi terkait sex education tak hanya diperuntukkan bagi wanita, namun juga pria agar bisa sama-sama memuaskan pasangan ketika berhubungan seks.
Pasalnya, dr.Boyke menilai, berhubungan seks bukan sekadar membuat pasangan berhasil orgasme atau tidak. Namun, lebih kepada sama-sama menikmati proses berhubungan intim yang menyenangkan dan tanpa tekanan.
“Misalnya ya saya ngajak seminar seks ngundang laki, perempuan, ternyata umumnya yang dateng perempuan. Seakan-akan perempuan yang butuh seks. Padahal laki-laki juga kan harusnya pinter,” tegasnya.
“Dan laki-laki tuh cuma mikirin kayak main bola. Lu dapet orgasme berapa kali? 3-2? Lu udah dapat 3 kali orgasme, gue 2 kali. Padahal kan seks bukan begitu. Seks itu lebih kepada menikmati suatu perjalanan. Sampai diakhiri dengan ejakulasi dan orgasme,” pungkas dr. Boyke.
Seksolog dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS, mengungkapkan, masalah seks yang kerap terjadi dan banyak ditemukan antara lain disfungsi ereksi, kehilangan gairah, hingga sulit orgasme yang banyak dialami wanita.
“Kasus yang cukup banyak itu, kalau pada pria biasanya disfungsi ereksi, kalau perempuan biasanya kehilangan gairah pada pasangannya, sama juga susah orgasme,” ujar dr. Boyke, dilansir dari kanal YouTube Vindes, Selasa (18/10/2022).
Faktanya, menurut sebuah studi, 2 dari 3 wanita di Indonesia kerap memiliki masalah kesulitan orgasme saat berhubungan seks. Dibanding pria, bisa dibilang wanita lebih sulit orgasme atau mencapai puncak kenikmatan saat berhubungan seks.
Alih-alih mendapatkan kepuasan, lanjut dr. Boyke, pada kebanyakan kasus wanita justru lebih memilih melakukan fake orgasm atau orgasme palsu demi memuaskan atau tidak mengecewakan pasangan.
Padahal, menurut dr. Boyke, wanita atau pasangan yang tidak merasakan orgasme berarti tidak menikmati hubungan seks, dan bahkan masuk dalam kategori kekerasan seksual.
“Kalau susah orgasme tuh kita ya harus ngajarin. Karena orang-orang Indonesia tuh nggak mau diajarin mana titik erogen. Mainnya langsung tancep. Akhirnya kan si wanita ngerasa seperti kekerasan,” tutur dr. Boyke.
“Sebenarnya itu menurut saya kekerasan seks juga karena dia tidak menikmati apa-apa dan akhirnya untuk menyenangkan si suami, mereka fake orgasm,” lanjutnya.
Dokter Boyke menegaskan bahwa pengetahuan dan literasi terkait sex education tak hanya diperuntukkan bagi wanita, namun juga pria agar bisa sama-sama memuaskan pasangan ketika berhubungan seks.
Pasalnya, dr.Boyke menilai, berhubungan seks bukan sekadar membuat pasangan berhasil orgasme atau tidak. Namun, lebih kepada sama-sama menikmati proses berhubungan intim yang menyenangkan dan tanpa tekanan.
“Misalnya ya saya ngajak seminar seks ngundang laki, perempuan, ternyata umumnya yang dateng perempuan. Seakan-akan perempuan yang butuh seks. Padahal laki-laki juga kan harusnya pinter,” tegasnya.
“Dan laki-laki tuh cuma mikirin kayak main bola. Lu dapet orgasme berapa kali? 3-2? Lu udah dapat 3 kali orgasme, gue 2 kali. Padahal kan seks bukan begitu. Seks itu lebih kepada menikmati suatu perjalanan. Sampai diakhiri dengan ejakulasi dan orgasme,” pungkas dr. Boyke.
(tsa)