Mengenal Dietilen Glikol dan Etilen Glikol, Zat Berbahaya yang Diduga Jadi Penyebab Gagal Ginjal Akut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dietilen glikol (DG) dan etilen glikol (EG) diduga menjadi penyebab terjadinya gangguan ginjalakut pada anak. Zat ini ditemukan pada sirup penurun panas untuk anak-anak di Gambia, Afrika Barat.
Dikutip dari laman Center for Disease Control and Prevention (CDC), etilen glikol adalah zat beracun yang biasanya ditemukan dalam berbagai produk rumah tangga dan industri.
Zat ini ini memiliki bentuk seperti sirup, tidak berwarna, dan memiliki rasa manis. Etilen glikol biasanya digunakan sebagai cairan pada rem hidrolik, tinta dalam bantalan stempel, pulpen, cat, dan kosmetik.
Apakah zat ini berbahaya bagi tubuh? Jika tertelan ternyata zat ini bisa terurai menjadi senyawa beracun berbahaya yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, jantung, dan akhirnya ginjal.
Hampir sama dengan etilen Glikol, dietilen glikol adalah cairan yang tidak berwarna, praktis tidak berbau, beracun, dan memiliki rasa yang manis. Dietilen glikol saat ini banyak digunakan dalam produk plastik, tinta untuk percetakan, perekat untuk serat, minyak rem, plasticizer, media pemanas lantai, campuran semen, dan pendingin.
Menurut Laporan dari World Health Organization (WHO), kedua zat berbahaya etilen glukol itu ditemukan pada obat penurun panas produksi India, Maiden Pharmaceuticals Limited. 4 obat panas yang mengadung etilen glikon itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K. Lukito dalam rilisnya mengatakan bahwa BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).Saat ini BPOM terus menelusuri kemungkinan adanya kandungan zat berbahaya itu sebagai zat pelarut tambahan.
Seperti diketahui saat ini di Indonesia, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun teus meningkat dalam dua bulan terakhir. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1-5 tahun.
Selama proses penelusuran, saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau apotek menyetop menjual obat sirupatau cair. Pelarangan ini menyusul maraknya kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.
Larangan dengan batas yang belum ditentukan ini juga berlaku untuk tenaga kesehatan (nakes). Di mana Kemenkes meminta nakes di Indonesia berhenti memberikan resep obat cair atau sirup.
"Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah," kata Kemenkes melalui siaran resminya, Rabu (19/10/2022).
Dikutip dari laman Center for Disease Control and Prevention (CDC), etilen glikol adalah zat beracun yang biasanya ditemukan dalam berbagai produk rumah tangga dan industri.
Zat ini ini memiliki bentuk seperti sirup, tidak berwarna, dan memiliki rasa manis. Etilen glikol biasanya digunakan sebagai cairan pada rem hidrolik, tinta dalam bantalan stempel, pulpen, cat, dan kosmetik.
Apakah zat ini berbahaya bagi tubuh? Jika tertelan ternyata zat ini bisa terurai menjadi senyawa beracun berbahaya yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, jantung, dan akhirnya ginjal.
Hampir sama dengan etilen Glikol, dietilen glikol adalah cairan yang tidak berwarna, praktis tidak berbau, beracun, dan memiliki rasa yang manis. Dietilen glikol saat ini banyak digunakan dalam produk plastik, tinta untuk percetakan, perekat untuk serat, minyak rem, plasticizer, media pemanas lantai, campuran semen, dan pendingin.
Menurut Laporan dari World Health Organization (WHO), kedua zat berbahaya etilen glukol itu ditemukan pada obat penurun panas produksi India, Maiden Pharmaceuticals Limited. 4 obat panas yang mengadung etilen glikon itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K. Lukito dalam rilisnya mengatakan bahwa BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).Saat ini BPOM terus menelusuri kemungkinan adanya kandungan zat berbahaya itu sebagai zat pelarut tambahan.
Seperti diketahui saat ini di Indonesia, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun teus meningkat dalam dua bulan terakhir. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1-5 tahun.
Selama proses penelusuran, saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau apotek menyetop menjual obat sirupatau cair. Pelarangan ini menyusul maraknya kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.
Larangan dengan batas yang belum ditentukan ini juga berlaku untuk tenaga kesehatan (nakes). Di mana Kemenkes meminta nakes di Indonesia berhenti memberikan resep obat cair atau sirup.
"Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah," kata Kemenkes melalui siaran resminya, Rabu (19/10/2022).
(wur)