Apa Itu Resesi Seks yang Ikut Menghantui Negara Asia Timur? Kenali Penyebab dan Dampaknya
loading...
A
A
A
Terlebih, selama masa pandemi Covid-19, Cina telah menerapkan kebijakan “Zero COVID” tanpa kompromi, demi mengatasi serangan penyakit tersebut. Hal itu membuat banyak warga di Cina kehilangan pendapatan.
3. Tingkat pernikahan yang menurun
Tak hanya masalah finansial. Sepertiga responden survei juga mengungkapkan bahwa mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan, presentase yang sama mengatakan bahwa mereka tidak pernah jatuh cinta.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa jumlah pasangan yang menikah di Cina dalam tiga kuartal pertama menurun sebanyak 17,5 persen.
Pada bulan Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis Tiongkok mengeluarkan publikasi yang menyatakan, bahwa hampir setengah atau 50 persen wanita muda yang tinggal di daerah perkotaan negara tersebut tidak mau menikah.
4. Tingginya Tuntutan Pekerjaan
Alasan lain yang juga berpengaruh besar terhadap resesi seks di Cina adalah adanya budaya kerja 9-9-6. Artinya, pegawai dituntut bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, selama enam hari dalam seminggu.
Budaya kerja tersebut paling terlihat di perusahaan-perusahaan digital yang besar. Para pekerja di sana merasa tidak bebas untuk memulai sebuah keluarga. Kelelahan dan stres akibat jam kerja yang panjang juga bisa menurunkan gairah seksual.
5. Seks yang Menyakitkan
Berdasarkan sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington, menyebut bahwa penurunan aktivitas seksual dapat terjadi karena seks yang menyakitkan.
3. Tingkat pernikahan yang menurun
Tak hanya masalah finansial. Sepertiga responden survei juga mengungkapkan bahwa mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan, presentase yang sama mengatakan bahwa mereka tidak pernah jatuh cinta.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa jumlah pasangan yang menikah di Cina dalam tiga kuartal pertama menurun sebanyak 17,5 persen.
Pada bulan Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis Tiongkok mengeluarkan publikasi yang menyatakan, bahwa hampir setengah atau 50 persen wanita muda yang tinggal di daerah perkotaan negara tersebut tidak mau menikah.
4. Tingginya Tuntutan Pekerjaan
Alasan lain yang juga berpengaruh besar terhadap resesi seks di Cina adalah adanya budaya kerja 9-9-6. Artinya, pegawai dituntut bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, selama enam hari dalam seminggu.
Budaya kerja tersebut paling terlihat di perusahaan-perusahaan digital yang besar. Para pekerja di sana merasa tidak bebas untuk memulai sebuah keluarga. Kelelahan dan stres akibat jam kerja yang panjang juga bisa menurunkan gairah seksual.
5. Seks yang Menyakitkan
Berdasarkan sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington, menyebut bahwa penurunan aktivitas seksual dapat terjadi karena seks yang menyakitkan.