Hati-hati! Ini yang Akan Terjadi Jika Pankreas Alami Gangguan
A
A
A
SEBAGAI salah satu organ tubuh, pankreas memiliki peranan penting untuk menjalankan fungsi endokrin dan eksokrin. Endokrin bertugas mengeluarkan hormon insulin yang kemudian mengubah gula menjadi sumber energi bagi tubuh. Sedangkan, eksokrin adalah kelenjar yang berfungsi mengeluarkan enzim, seperti kelenjar lendir, kelenjar minyak, kelenjar air mata.
Enzim ini berguna untuk memecah makanan agar dapat dicerna dan diserap tubuh. Kondisi pankreas yang sehat akan menghasilkan zat yang tepat dalam jumlah dan waktu. Sebaliknya, pankreas yang memiliki gangguan tidak mampu memproduksi enzim pencernaan secara optimal sehingga penyerapan makanan juga terganggu.
Dr Fajar Firsyada SpB(K)BD, Dokter Spesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat, menjelaskan bahwa penyakit pankreas terjadi akibat adanya gangguan fungsi endokrin ataupun eksokrin dari organ pankreas. “Apabila ada gangguan endokrin pankreas, salah satunya insulin, menyebabkan penyakit diabetes melitus (DM) dan bila terjadi gangguan fungsi eksokrin, dapat menimbulkan penyakit seperti pankreastitis,” ujar dr Fajar.
Adapun penyebab dan gejala penyakit pankreas tergantung jenis penyakit pankreas itu sendiri, misalnya DM jika terdapat keluhan klasik 3P (poliuri, polidipsi, polifagi). Poliuri adalah sering berkemih, terutama pada malam hari; polidipsi adalah rasa haus terus-menerus; polifagi adalah makan yang berlebihan.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan kadar gula darah puasa dan peningkatan Hba1c. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel pankreas yang menghasilkan insulin sehingga pada penderita diabetes tipe 1 pasien membutuhkan suntikan insulin seumur hidupnya.
Sementara pada kondisi diabetes tipe 2, insulin tidak bekerja semestinya sehingga gula darah menjadi naik. Pankreas kehilangan kemampuan memproduksi dan melepaskan insulin sesuai kadar normal tubuh. Berbeda halnya dengan pankreastitis.
Gangguan ini ditandai dengan nyeri pada perut, khususnya di daerah epigastrium (perut tengah atas), dan ditandai dengan peningkatan kadar amilase dan lipase darah.
Guna mencegah penyakit pankreas ini, dr Fajar menyarankan untuk membatasi atau mengurangi makanan yang tinggi karbohidrat atau gula, sehingga beban kerja pankreas tidak berat. “Mulai kurangi makanan berkarbohidrat untuk mengurangi risiko diabetes melitus. Sedangkan pada kasus pankreastitis ini, fungsi eksokrin dan endokrin diistirahatkan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak,” beber dr Fajar.
Bila seseorang sudah mengalami gangguan pankreas, pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan yang sesuai jenis masalah di pankreasnya. Misalnya, pada kasus diabetes melitus (DM) ini, terapi DM termasuk pada pengaturan makan dan olahraga teratur. Namun, bila penyakit pankreas berupa tumor atau kanker, peng - obatannya dengan cara operasi.
Enzim ini berguna untuk memecah makanan agar dapat dicerna dan diserap tubuh. Kondisi pankreas yang sehat akan menghasilkan zat yang tepat dalam jumlah dan waktu. Sebaliknya, pankreas yang memiliki gangguan tidak mampu memproduksi enzim pencernaan secara optimal sehingga penyerapan makanan juga terganggu.
Dr Fajar Firsyada SpB(K)BD, Dokter Spesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat, menjelaskan bahwa penyakit pankreas terjadi akibat adanya gangguan fungsi endokrin ataupun eksokrin dari organ pankreas. “Apabila ada gangguan endokrin pankreas, salah satunya insulin, menyebabkan penyakit diabetes melitus (DM) dan bila terjadi gangguan fungsi eksokrin, dapat menimbulkan penyakit seperti pankreastitis,” ujar dr Fajar.
Adapun penyebab dan gejala penyakit pankreas tergantung jenis penyakit pankreas itu sendiri, misalnya DM jika terdapat keluhan klasik 3P (poliuri, polidipsi, polifagi). Poliuri adalah sering berkemih, terutama pada malam hari; polidipsi adalah rasa haus terus-menerus; polifagi adalah makan yang berlebihan.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan kadar gula darah puasa dan peningkatan Hba1c. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel pankreas yang menghasilkan insulin sehingga pada penderita diabetes tipe 1 pasien membutuhkan suntikan insulin seumur hidupnya.
Sementara pada kondisi diabetes tipe 2, insulin tidak bekerja semestinya sehingga gula darah menjadi naik. Pankreas kehilangan kemampuan memproduksi dan melepaskan insulin sesuai kadar normal tubuh. Berbeda halnya dengan pankreastitis.
Gangguan ini ditandai dengan nyeri pada perut, khususnya di daerah epigastrium (perut tengah atas), dan ditandai dengan peningkatan kadar amilase dan lipase darah.
Guna mencegah penyakit pankreas ini, dr Fajar menyarankan untuk membatasi atau mengurangi makanan yang tinggi karbohidrat atau gula, sehingga beban kerja pankreas tidak berat. “Mulai kurangi makanan berkarbohidrat untuk mengurangi risiko diabetes melitus. Sedangkan pada kasus pankreastitis ini, fungsi eksokrin dan endokrin diistirahatkan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak,” beber dr Fajar.
Bila seseorang sudah mengalami gangguan pankreas, pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan yang sesuai jenis masalah di pankreasnya. Misalnya, pada kasus diabetes melitus (DM) ini, terapi DM termasuk pada pengaturan makan dan olahraga teratur. Namun, bila penyakit pankreas berupa tumor atau kanker, peng - obatannya dengan cara operasi.
(don)