PSM, Fakta Atau Mitos?

Sabtu, 04 Mei 2019 - 09:10 WIB
PSM, Fakta Atau Mitos?
PSM, Fakta Atau Mitos?
A A A
SEBELUM menstruasi, perempuan kerap disebut mengalami premenstrual syndrome atau PMS.

Badan sakit, emosi meningkat. Tapi ada juga yang tidak mengalaminya. Lalu, apakah ini berarti PMS cuma mitos?Di kalangan remaja, perihal membicarakan menstruasi kadang masih dianggap tabu.

Padahal, membicarakannya termasuk bagian dari pendidikan seks. Karena perempuan, juga laki-laki, perlu mendapatkan pengetahuan memadai tentang organ-organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Karena anggapan tabu itulah, ketika mengalami menstruasi, perempuan cenderung menjadi pasif.

Ketika menstruasi datang dengan serangkaian gejala fisik maupun psikologis yang dialami, tak sedikit perempuan yang kebingungan harus melakukan apa. Padahal, pengetahuan akan kondisi tubuh, psikologis, dan penanganan tepatlah yang akan menentukan kesehatan menstruasi (menstrual health) pada setiap perempuan.

Karena minimnya kesadaran dan pengetahuan, perempuan juga cenderung tidak mengambil langkah penanganan apa pun. Bila perubahan tersebut masih pada batas yang wajar, mungkin tidak menjadi masalah.

Namun, bagaimana bila perubahan tersebut sudah pada kondisi yang parah sampai mengganggu aktivitas seharihari? Untuk itu, penting bagi semua orang untuk mengetahui alasan di balik perubahanperubahan dalam diri perempuan ketika tengah mengalami menstruasi dan penanganan yang tepat untuk dilakukan.

Apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh perempuan ketika menstruasi terjadi? Menurut dokter kandungan Doni Aprialdi, siklus menstruasi adalah perubahan rutin setiap bulan yang dialami perempuan melalui serangkaian perubahan hormonal sebagai bentuk persiapan menuju suatu kehamilan.

Di pertengahan siklus, terjadi pelepasan sel telur atau dikenal dengan istilah ovulasi. "Bersamaan dengan hal itu, juga terjadi perubahan di struktur dinding rahim. Jika sel telur ini tidak dibuahi, maka tidak ada implantasi di dinding rahim sehingga akan terjadi peluruhan yang dikenal dengan menstruasi," sebut dr Doni.

Yang Terjadi Saat PMS
Menstruasi yang melibatkan perubahan hormonal ini turut membawa efek tidak langsung pada kondisi fisik dan psikis perempuan. Efek tidak langsung ini dapat dirasakan sebagai PMS. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ketika PMS datang? Saat itu hormon estrogen dan progesteron meningkat.

Estrogen adalah hormon yang berfungsi besar dalam urusan reproduksi perempuan. Adapun progesteron berkaitan dengan siklus menstruasi dan menyiapkan tubuh perempuan untuk hamil. Karena ada perubahan hormon, tubuh pun bereaksi dengan beragam cara.

"Muncul jerawat, perut terasa penuh, payudara terasa sakit, mudah lelah, iritabilitas (cepat marah), dan perubahan mood adalah beberapa bentuk perubahan yang dirasakan ketika PMS," ujar Doni.

Menurut Sharma et.al (2008) dalam penelitian yang berjudul " Problems Related to Menstruation and Their Effect on Daily Routine of Students of a Medical College in Delhi, India " , PMS mencakup masalah-masalah fisik dan emosional yang berkembang selama 7-14 hari sebelum menstruasi terjadi dan mereda ketika menstruasi terjadi.

Sebanyak 67% perempuan muda juga menganggap PMS sebagai hal yang paling mengganggu dalam menstruasi. Selain gejala-gejala yang disebutkan Doni Aprialdi, penelitian juga mengungkap gejala-gejala PMS lainnya, di antaranya sakit punggung, kelelahan, payudara terasa berat, perut kembung, peningkatan berat badan, sakit kepala, gangguan kulit, perilaku agresif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.

Jadi terjawab sudah mengapa tiap menstruasi menjelang, ada saja perasaan dan mood yang berubah begitu cepat. Ini artinya PMS memang benar terjadi, bukan alasan atas perilaku aneh perempuan saat akan dan sedang menstruasi.

Meski begitu, gejala PMS yang dialami tiap perempuan bisa berbeda-beda. Berat-ringannya, seperti yang disampaikan Doni, dipengaruhi oleh beberapa faktor.

"Seperti adanya depresi, tingginya kadar sodium dalam tubuh, kadar vitamin dan mineral yang rendah, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol dan kafein," katanya.

Cara Mengurangi Gejala PMS
Meski begitu, Doni menjelaskan bahwa mekanisme pasti terjadinya PMS hingga saat ini masih belum diketahui. Tapi tetap ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan saat mengalami PMS, sesuai dengan keluhan yang muncul.

"Bisa diberikan obat antiinflamasi golongan NSAID untuk meredakannya, obat golongan diuretik jika dibutuhkan, atau tidak diberikan obat sama sekali," tegasnya.

Doni juga menyampaikan bahwa perubahan gaya hidup disinyalir bisa membantu mengurangi gejala PMS. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi asupan alkohol, kafein, dan memperbanyak asupan vitamin, terutama vitamin D dan kalsium.

Namun, jika gejala PMS dirasakan sangat berat, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. "Untuk menghindari kemungkinan berkembangnya PMDD (premenstrual dysphoric disorder) , yang membutuhkan penanganan lebih intensif lagi," katanya.

SELMA KIRANA HARYADI
GEN SINDO-Universitas PADJADJARAN
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6679 seconds (0.1#10.140)