Sukacita Kelompok Tani Rahayu di Pesta Panen Raya Kopi
A
A
A
Minggu (8/9) pagi itu, ada suasana berbeda dari biasanya di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, JawaTengah. Warga dusun larut dalam sukacita. Maklum, hari itu warga yang masuk dalam kelompok tani bernama Rahayu IV, mengadakan panen raya kopi mereka.
Warga kampung berpesta. Alunan musik khas Jawa Tengah terdengar lamat-lamat. Semilir angin pegunungan terasa sejuk. Aroma wewangi bunga kopi semerbak dari kelopak putih yang masih tersisa di deretan reranting penuh bulir kopi matang warna merah tua. Di stan-stan penjualan para gadis desa duduk manis menawarkan kuliner khas desa.
Sembari senyum, gadis-gadis itu menawarkan aneka hasil olahan tangan mereka seperti getuk (singkong rebus yang ditumbuk), klepon, pecel gablok, pisang rebus. Ada juga tiwul, dari tepung singkong bercampur santan parut kelapa. "Ini enak mas kalau dengan kopi anget".
Naluri omnivora para pengunjung, tak tertahan. Arona kopi asli Dusun Sirap menggoda. Sruuup. Hmmm. “Terasa nikmatnya,” komentar penikmat sekadarnya.
Festival panen kopi hari itu diisi dengan berbagai rangkaian acara yang riang. Ada ucapan selamat datang kepada tetamu. Sepasang pemandu acara menyebut satu demi satu para tamu. Ada komisaris independen PT BCA, Cyrillus Harinowo, ada Camat Jambul Edy Sukarno, ada dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, dan DPRD Kabupaten Semarang. Hadir juga aparat keamanan Polsek dan Polres.
Panggung acara diset terbuka dengan latar pohon kopi yang rimbun membentang di lereng tubuh gunung Kelir. Lebat dedaun kopi seolah tak sanggup menutup reranting telanjang penuh bulir kopi yang siap dipanen.
Mereka berpesta. Dilanjut dengan penandatanganan prasasti oleh Komisaris BCA Cyrillus Harinowo dan disaksikan Pemda Kabupaten Semarang, serta tamu undangan lain. Prasasti ini penanda bahwa di tempat ini -Doesoen Kampung Kopi Sirap- ada jejak BCA dalam tanggung jawab sosial menyejahterakan warga kampung.
Selanjutnya, dua momen penting lain, yaitu pemotongan tumpeng; pucuk gunung harapan, dan pengguntingan pita di gerbang kebun kopi; tanda dimulainya panen yang memenuhi harapan.
Adi Waluyo, salah satu warga yang ikut merasakan kebahagiaan di hari itu. Lelaki yang memiliki lahan kopi sepertiga hektar tersebut mengaku bangga dan bahagia. "Lahan saya tak seberapa, hanya sepertiga hektar. Tapi saya yakin ini (festival panen raya) awal yang baik bagi dusun kami," katanya.
Adi sendiri mengaku masih bekerja di Magelang. Punya tanah dan bergabung dengan kelompok tani Rahayu IV membuatnya saban minggu balik ke kampung. Warga asli dusun Sirap ini mengaku ada harapan bagi dusunnya dengan dibentuknya kelompok tani. Lebih lagi karena adanya perhatian pemerintah setempat dan pihak swasta, yaitu BCA yang secara intens membina kelompok tani khususnya yang berada di Dusun Sirap.
Dengan adanya kelompok tani, lanjut Waluyo, ada beberapa perubahan yang dialami. Di antaranya, petani tidak lagi pusing memikirkan ke mana hasil panen mereka dipasarkan. Dari segi harga, juga terbilang stabil alias tidak ada permainan harga. Selain itu, kelompok karang taruna juga hidup di kampung ini. Mereka mengelola kafe tempat penjualan kopi bubuk dan berbagai hasil olahan mereka.
Dukungan Semua Pihak
Dusun Sirap dihuni sekitar 80 kk atau 300 jiwa. Bearada di ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini cocok ditanam kopi. Ketua Kelompok Tani Rahayu IV Dusun Sirap, Ngadiyanto mengisahkan, dulunya mayoritas petani lereng Gunung Kelir menanam tanaman hortikultura, seperti padi, jagung, dan singkong.
Pilihan tanaman seperti itu malah kerap membuat longsor, karena kondisi perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Sekitar tahun 1990 para petani Dusun Sirap mengubah holtikultura itu dengan tanaman kopi. Tanaman kopi dan pohon pelindung kopi diyakini akan mencegah terjadinya longsor.
Sebagai daerah potensi kopi, tekad dan semangat warga saja tidak cukup. Yang pasti warga Dusun Sirap butuh suport semua pihak. Dukungan itu belakangan datang baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Dari pemerintah, dukungan itu berupa pembukaan jalan beraspal. Pengakuan itu disampaikan oleh Achmad Rofii, Kepala Doesoen Kopi Sirap.
Rofii yang tampak semangat mendampingi tamunya hari itu, spontan mengkalkulasi bahwa suport pihak pemerintah dan swasta saat ini masih berkisar 30%. Namun begitu, petani sudah merasakan hasilnya. Karena itu Rofii memastikan warganya akan terus meningkatkan produksi kopi berkualitas.
"Harapan kami wilayah ini jadi destinasi kopi lokal maupun internasional sehingga muncul kemandirian di masyarakat," kata Rofii. Saat ini, dari lahan yang tersedia dengan total luas sekitar 1.150 hektar, warga bisa menghasilkan 1.000 ton kopi per tahun.
Camat Edi sendiri mengaku, pihaknya tidak hanya membangun infrastruktur jalan, tapi juga memberi motifasi, khususnya bagi generasi muda. Saat ini, yang tergabung dalam kelompok tani Rahayu IV kebanyakan petani berusia sepuh.
Artinya, regenerasi di bidang petani kopi perlu menjadi perhatian jika ingin Dusun Sirap menjadi tempat penghasil kopi berkelanjutan. Caranya dengan membangun semangat kaum muda untuk mencintai kopi sebagai sumber kehidupan kelak.
"Kami melibatkan anak-anak muda untuk budidaya tanaman kopi dan sering membuat lomba dengan memanfaatkan era digital. Yang banyak mendapat like yang menang kontes. Juga mendorong mereka memasarkan kopi dari rumah ke rumah" papar Edy yang mengaku putera asli dan juru kunci di daerah ini.
Sementara keterlibatan swasta, dalam hal ini PT BCA melalui Program Bakti BCA, menurut Cyrillus Harinowo berawal dari sebuah berita di Kompas. Berita di media tersebut menceritakan daerah Dusun Sirap yang berpotensi dengan tanaman kopi, namun warganya masih tergolong miskin.
Lalu BCA mengirim beberapa staf untuk memastikan tempat ini layak untuk mendapat pendampingan dari Bakti BCA. Setelah dicek dan dikaji, Dusun Sirap akhirnya secara intensif didamping dan dibina BCA. Setelah melakukan pendampingan kepada komunitas petani kopi dan dilakukan serangkaian pelatihan, BCA, pada Minggu (8/9/2019) itu meresmikian Griya Kopi Doesoen Kopi Sirap, sekaligus membuka panen raya kopi.
Rangakaina acara ini –penandatangan prasastai, potong tumpeng dan pengguntingan pita serta petik kopi-dilakukan oleh Komisaris PT BCA Tbk, Cyrillus Harinowo. Dalam kesempatan ini, Harinowo mengatakan, pihaknya tidak semata-mata cari keuntungan. "BCA punya devisi CSR (corporate social responsibility). Sebagai perusahaan, selain cari untung BCA juga berbagi. Kini saatnya kami berbagi," paparnya.
Potensi Akan Terus Digali
Menurut Harinowo, Doesoen Sirap memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Selain sebagai penghasil kopi, Dusun Sirap bisa dijadikan tempat agrowisata. Dengan luas arealnya sekitar 948 hektar, potensi itu bisa dikembangkan dan terwujud. Dia pun berharap Doesoen Sirap akan berkembang seperti Gua Pindul di Gunung Kidul Yogyakarta, yang saat ini berhasil melipatgandakan jumlah wisatawan dan membawa dampak ekonomi baga masyarakat.
Gua Pindul ini juga salah satu desa wisata binaan BCA yang pada 2011 jumlah wisatawan yang datang sekitar 2000. Tapi kini jumlahnya sekitar 12-14 ribu. Lanjut Harinowo, ada beberapa daya tarik yang membuat Dusun Sirap bakal menjadi destinasi agrowisata. Suasana kawasan pegunungan sejuk yang dihampari tanaman kopi serta tradisi yang masih terjaga dengan baik, akan menjadi tempat edukasi kopi dan budaya.
Saat ini, geliat kaum muda untuk mencintai budaya dan menekuni pengetahunan tentang kopi -dari mulai pemilihan bibit hingga pascapanen-sudah kelihatan. Lihat saja, ketika memasuki dusun ini, pengunjung akan disambut musik dan tarian tradisional.
Saat memasuki rumah edukasi -tempat alat produksi kopi disimpan- seorang anak muda dengan cerdas menjelaskan berbagai hal tentang kopi, dari mulai tentang varietas kopi, proses produksi kopi seperti cara memetik, penjemuran, penggilingan kulit kopi, pemanggangan, dan cara meracik kopi. Di sini, serasa kita datang kurus kilat cara meracik kopi
Kopi Bercitarasa Unik
Salah satu nilai jual dan daya tarik kopi milik petani Dusun Sirap adalah kopinya yang memiliki citarasa yang unik. Reza Adam Ferdian, salah satu master kopi Indonesia ikut juga dalam peresmian panen raya kopi Sirap. Sebagai master kopi, Reza yang juga co-founder Kopisob ini meracik sendiri kopi Sirap.
Hasilnya, menurut Reza, kopi Sirap mempunyai rasa khas dan aroma yang unik. "Ada rasa mocca, karamel, dan sedikit lemon. Uniknya, ada aroma pinus di dalamnya. Ini sangat langka". Kopi dengan aroma floral atau tumbuh-tumbuhan, lanjut Reza, mempunyai efek relaksasi. Orang yang menikmati kopi Sirap, lanjutnya, akan merasa segar dan tenang.
Reza optimistis, jika proses pascapanen kopi robusta dari Dusun Sirap dilakukan secara benar, maka nilai jualnya akan tinggi. Harga biji kopi robusta di Dusun Sirap saat ini mencapai Rp 21 ribu per kelogram dari petani. Menurut Reza, harga itu bisa ditingkatkan menjadi Rp 35-40 ribu per kilogram, asal penanganan pasca panen dilkakan dengan baik.
Warga kampung berpesta. Alunan musik khas Jawa Tengah terdengar lamat-lamat. Semilir angin pegunungan terasa sejuk. Aroma wewangi bunga kopi semerbak dari kelopak putih yang masih tersisa di deretan reranting penuh bulir kopi matang warna merah tua. Di stan-stan penjualan para gadis desa duduk manis menawarkan kuliner khas desa.
Sembari senyum, gadis-gadis itu menawarkan aneka hasil olahan tangan mereka seperti getuk (singkong rebus yang ditumbuk), klepon, pecel gablok, pisang rebus. Ada juga tiwul, dari tepung singkong bercampur santan parut kelapa. "Ini enak mas kalau dengan kopi anget".
Naluri omnivora para pengunjung, tak tertahan. Arona kopi asli Dusun Sirap menggoda. Sruuup. Hmmm. “Terasa nikmatnya,” komentar penikmat sekadarnya.
Festival panen kopi hari itu diisi dengan berbagai rangkaian acara yang riang. Ada ucapan selamat datang kepada tetamu. Sepasang pemandu acara menyebut satu demi satu para tamu. Ada komisaris independen PT BCA, Cyrillus Harinowo, ada Camat Jambul Edy Sukarno, ada dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, dan DPRD Kabupaten Semarang. Hadir juga aparat keamanan Polsek dan Polres.
Panggung acara diset terbuka dengan latar pohon kopi yang rimbun membentang di lereng tubuh gunung Kelir. Lebat dedaun kopi seolah tak sanggup menutup reranting telanjang penuh bulir kopi yang siap dipanen.
Mereka berpesta. Dilanjut dengan penandatanganan prasasti oleh Komisaris BCA Cyrillus Harinowo dan disaksikan Pemda Kabupaten Semarang, serta tamu undangan lain. Prasasti ini penanda bahwa di tempat ini -Doesoen Kampung Kopi Sirap- ada jejak BCA dalam tanggung jawab sosial menyejahterakan warga kampung.
Selanjutnya, dua momen penting lain, yaitu pemotongan tumpeng; pucuk gunung harapan, dan pengguntingan pita di gerbang kebun kopi; tanda dimulainya panen yang memenuhi harapan.
Adi Waluyo, salah satu warga yang ikut merasakan kebahagiaan di hari itu. Lelaki yang memiliki lahan kopi sepertiga hektar tersebut mengaku bangga dan bahagia. "Lahan saya tak seberapa, hanya sepertiga hektar. Tapi saya yakin ini (festival panen raya) awal yang baik bagi dusun kami," katanya.
Adi sendiri mengaku masih bekerja di Magelang. Punya tanah dan bergabung dengan kelompok tani Rahayu IV membuatnya saban minggu balik ke kampung. Warga asli dusun Sirap ini mengaku ada harapan bagi dusunnya dengan dibentuknya kelompok tani. Lebih lagi karena adanya perhatian pemerintah setempat dan pihak swasta, yaitu BCA yang secara intens membina kelompok tani khususnya yang berada di Dusun Sirap.
Dengan adanya kelompok tani, lanjut Waluyo, ada beberapa perubahan yang dialami. Di antaranya, petani tidak lagi pusing memikirkan ke mana hasil panen mereka dipasarkan. Dari segi harga, juga terbilang stabil alias tidak ada permainan harga. Selain itu, kelompok karang taruna juga hidup di kampung ini. Mereka mengelola kafe tempat penjualan kopi bubuk dan berbagai hasil olahan mereka.
Dukungan Semua Pihak
Dusun Sirap dihuni sekitar 80 kk atau 300 jiwa. Bearada di ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini cocok ditanam kopi. Ketua Kelompok Tani Rahayu IV Dusun Sirap, Ngadiyanto mengisahkan, dulunya mayoritas petani lereng Gunung Kelir menanam tanaman hortikultura, seperti padi, jagung, dan singkong.
Pilihan tanaman seperti itu malah kerap membuat longsor, karena kondisi perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Sekitar tahun 1990 para petani Dusun Sirap mengubah holtikultura itu dengan tanaman kopi. Tanaman kopi dan pohon pelindung kopi diyakini akan mencegah terjadinya longsor.
Sebagai daerah potensi kopi, tekad dan semangat warga saja tidak cukup. Yang pasti warga Dusun Sirap butuh suport semua pihak. Dukungan itu belakangan datang baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Dari pemerintah, dukungan itu berupa pembukaan jalan beraspal. Pengakuan itu disampaikan oleh Achmad Rofii, Kepala Doesoen Kopi Sirap.
Rofii yang tampak semangat mendampingi tamunya hari itu, spontan mengkalkulasi bahwa suport pihak pemerintah dan swasta saat ini masih berkisar 30%. Namun begitu, petani sudah merasakan hasilnya. Karena itu Rofii memastikan warganya akan terus meningkatkan produksi kopi berkualitas.
"Harapan kami wilayah ini jadi destinasi kopi lokal maupun internasional sehingga muncul kemandirian di masyarakat," kata Rofii. Saat ini, dari lahan yang tersedia dengan total luas sekitar 1.150 hektar, warga bisa menghasilkan 1.000 ton kopi per tahun.
Camat Edi sendiri mengaku, pihaknya tidak hanya membangun infrastruktur jalan, tapi juga memberi motifasi, khususnya bagi generasi muda. Saat ini, yang tergabung dalam kelompok tani Rahayu IV kebanyakan petani berusia sepuh.
Artinya, regenerasi di bidang petani kopi perlu menjadi perhatian jika ingin Dusun Sirap menjadi tempat penghasil kopi berkelanjutan. Caranya dengan membangun semangat kaum muda untuk mencintai kopi sebagai sumber kehidupan kelak.
"Kami melibatkan anak-anak muda untuk budidaya tanaman kopi dan sering membuat lomba dengan memanfaatkan era digital. Yang banyak mendapat like yang menang kontes. Juga mendorong mereka memasarkan kopi dari rumah ke rumah" papar Edy yang mengaku putera asli dan juru kunci di daerah ini.
Sementara keterlibatan swasta, dalam hal ini PT BCA melalui Program Bakti BCA, menurut Cyrillus Harinowo berawal dari sebuah berita di Kompas. Berita di media tersebut menceritakan daerah Dusun Sirap yang berpotensi dengan tanaman kopi, namun warganya masih tergolong miskin.
Lalu BCA mengirim beberapa staf untuk memastikan tempat ini layak untuk mendapat pendampingan dari Bakti BCA. Setelah dicek dan dikaji, Dusun Sirap akhirnya secara intensif didamping dan dibina BCA. Setelah melakukan pendampingan kepada komunitas petani kopi dan dilakukan serangkaian pelatihan, BCA, pada Minggu (8/9/2019) itu meresmikian Griya Kopi Doesoen Kopi Sirap, sekaligus membuka panen raya kopi.
Rangakaina acara ini –penandatangan prasastai, potong tumpeng dan pengguntingan pita serta petik kopi-dilakukan oleh Komisaris PT BCA Tbk, Cyrillus Harinowo. Dalam kesempatan ini, Harinowo mengatakan, pihaknya tidak semata-mata cari keuntungan. "BCA punya devisi CSR (corporate social responsibility). Sebagai perusahaan, selain cari untung BCA juga berbagi. Kini saatnya kami berbagi," paparnya.
Potensi Akan Terus Digali
Menurut Harinowo, Doesoen Sirap memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Selain sebagai penghasil kopi, Dusun Sirap bisa dijadikan tempat agrowisata. Dengan luas arealnya sekitar 948 hektar, potensi itu bisa dikembangkan dan terwujud. Dia pun berharap Doesoen Sirap akan berkembang seperti Gua Pindul di Gunung Kidul Yogyakarta, yang saat ini berhasil melipatgandakan jumlah wisatawan dan membawa dampak ekonomi baga masyarakat.
Gua Pindul ini juga salah satu desa wisata binaan BCA yang pada 2011 jumlah wisatawan yang datang sekitar 2000. Tapi kini jumlahnya sekitar 12-14 ribu. Lanjut Harinowo, ada beberapa daya tarik yang membuat Dusun Sirap bakal menjadi destinasi agrowisata. Suasana kawasan pegunungan sejuk yang dihampari tanaman kopi serta tradisi yang masih terjaga dengan baik, akan menjadi tempat edukasi kopi dan budaya.
Saat ini, geliat kaum muda untuk mencintai budaya dan menekuni pengetahunan tentang kopi -dari mulai pemilihan bibit hingga pascapanen-sudah kelihatan. Lihat saja, ketika memasuki dusun ini, pengunjung akan disambut musik dan tarian tradisional.
Saat memasuki rumah edukasi -tempat alat produksi kopi disimpan- seorang anak muda dengan cerdas menjelaskan berbagai hal tentang kopi, dari mulai tentang varietas kopi, proses produksi kopi seperti cara memetik, penjemuran, penggilingan kulit kopi, pemanggangan, dan cara meracik kopi. Di sini, serasa kita datang kurus kilat cara meracik kopi
Kopi Bercitarasa Unik
Salah satu nilai jual dan daya tarik kopi milik petani Dusun Sirap adalah kopinya yang memiliki citarasa yang unik. Reza Adam Ferdian, salah satu master kopi Indonesia ikut juga dalam peresmian panen raya kopi Sirap. Sebagai master kopi, Reza yang juga co-founder Kopisob ini meracik sendiri kopi Sirap.
Hasilnya, menurut Reza, kopi Sirap mempunyai rasa khas dan aroma yang unik. "Ada rasa mocca, karamel, dan sedikit lemon. Uniknya, ada aroma pinus di dalamnya. Ini sangat langka". Kopi dengan aroma floral atau tumbuh-tumbuhan, lanjut Reza, mempunyai efek relaksasi. Orang yang menikmati kopi Sirap, lanjutnya, akan merasa segar dan tenang.
Reza optimistis, jika proses pascapanen kopi robusta dari Dusun Sirap dilakukan secara benar, maka nilai jualnya akan tinggi. Harga biji kopi robusta di Dusun Sirap saat ini mencapai Rp 21 ribu per kelogram dari petani. Menurut Reza, harga itu bisa ditingkatkan menjadi Rp 35-40 ribu per kilogram, asal penanganan pasca panen dilkakan dengan baik.
(don)