Berburu si Api Biru

Senin, 15 Desember 2014 - 11:58 WIB
Berburu si Api Biru
Berburu si Api Biru
A A A
API BIRU atau blue fire adalah fenomena alam langka yang bisa ditemui di Kawah Ijen, Jawa Timur. Namun, untuk bisa menyaksikannya, apalagi melihatnya dari dekat, butuh perjuangan yang tidak ringan.

Banyak orang sudah pernah mengunjungi Kawah Ijen, tapi belum tentu pernah melihat si api biru. Ini bukan karena api berwarna biru terang itu hanya muncul di saat-saat tertentu, tapi karena api yang ada di sekitar kawah ini hanya bisa terlihat saat langit gelap.

Menaiki Kawah Ijen saat malam atau dini hari tentu bukan persoalan yang mudah. Ada hawa superdingin yang harus dilawan, belum lagi tanah berpasir dan pijakan turunan yang tidak stabil. Api biru adalah fenomena langka yang setidaknya hanya bisa ditemui di dua tempat di dunia ini. Selain di Kawah Ijen, ada api biru di Danakil Depression, Etiopia. Di Kawah Ijen, api biru terbentuk karena pembakaran belerang.

Gas belerang muncul dari retakan-retakan gunung berapi yang hawa panasnya mencapai 600 derajat Celsius. Saat gas ini terkena angin, asapnya membumbung hingga membuat nyala api yang tingginya bisa mencapai 5 meter. Inilah yang kita kenal sebagai api biru. Makin menarik, saat gas belerang tersebut meleleh, membuat cairannya mengalir turun layaknya lava gunung berapi.

Fenomena belerang meleleh di gunung berapi juga menjadi fenomena yang langka di dunia. Sebagai sebuah fenomena langka, api biru di Kawah Ijen tentu menarik perhatian banyak kalangan. Mulai dari fotografer profesional, baik dalam maupun luar negeri, hingga pembuat film dokumenter kelas dunia pernah membuat kisah tentang keindahan api biru ini.

Karena hanya bisa dilihat saat kondisi gelap, banyak pengunjung yang ingin melihat api biru naik ke Kawah Ijen saat dini hari, sekitar pukul 12.00 malam. Memang, untuk bisa naik ke tempat wisata ini ada aturannya. Biasanya akses naik akan ditutup pukul 14.00 karena kekhawatiran naiknya kabut atau asap belerang hingga ke permukaan. Akses akan dibuka lagi pada sekitar tengah malam.

Akses buka-tutup pun masih fleksibel, bergantung kondisi di sekitar kawah. Untuk melihat dengan jelas si api biru, para pengunjung umumnya mulai naik sekitar pukul 00.30. Mulai dari kawasan Paltuding, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 3 km menuju Kawah Ijen. Jalan yang ditempuh adalah kawasan yang terus menanjak dengan medan tanah berpasir. Di sinilah ujian berat bagi mereka yang tak sering hiking atau trekking .

Tak hanya harus mengalahkan medan yang cukup sulit, kondisi yang gelap, ditambah hawa dingin dini hari yang menusuk, juga adalah bagian lain yang harus ditaklukkan. Perlu diketahui, Kawah Ijen berada di ketinggian 1.800 m DPL, jadi menggunakan jaket tebal dan celana yang tahan dingin adalah keharusan saat mendaki Kawah Ijen. Tentu saja, senter juga diperlukan untuk menerangi jalan.

Setidaknya dibutuhkan waktu 1,5-2 jam untuk sampai ke atas atau 3 jam jika berjalan santai. Saat mendaki, walau capek, jangan lupa untuk sempatkan mata melihat ke atas. Anda akan takjub dengan begitu banyak bintang yang menghias langit. Pun ukurannya besar-besar. Saat akhirnya sampai, segerakan mencari posisi yang tepat untuk melihat api biru, karena jika sudah lewat pukul 04.00, api ini akan semakin sulit dilihat.

Untuk melihatnya, tentu butuh perjuangan yang berbeda lagi dengan di awal. Di sini, pengunjung harus menuruni lembah, melewati pijakan yang tidak stabil. Karena jalannya sempit, pengunjung harus rela berbagi jalan dengan para penambang belerang yang ingin naik.

Tantangan masih berlanjut karena pengunjung harus siap dengan serbuan asap belerang yang membuat mata perih dan napas tersengal. Ini membuat konsentrasi berjalan jadi terganggu. Menggunakan masker adalah senjata utama saat berada di area ini. Lalu, seberapa dekat Anda dengan si api biru? Semuanya bergantung pada ketahanan kaki dan kekuatan napas.

Jika Anda kuat, bisa hanya berjarak beberapa meter dari si api biru. Namun, jarak yang dekat tidak disarankan karena bisa sangat membahayakan. Jika sudah puas melihat api biru, saatnya segera naik lagi dan mencari posisi yang tepat untuk melihat matahari terbit. Pergilah ke puncak bukit, ke daerah yang biasa disebut Benteng. Ini demi pemandangan terbaik.

Saat terang menjelang, bersiaplah untuk satu lagi pemandangan menakjubkan. Gunung Baluran dengan sapuan kabut dan awan akan terpampang di depan mata. Namun, ini bukan satu-satunya pemandangan indah pada pagi hari. Ingat dengan rute yang saat dini hari Anda tempuh? Lihatlah saat pagi hari, maka indahnya jalur tersebut akan membuat Anda terpana.

Sebuah jalan panjang dengan lekukan bukit dan lembah di kanan kiri, akan membuat Anda kagum. Melongoklah ke bawah, maka Kawah Ijen dengan danau berair warna hijau toska akan menyambut Anda. Inilah Kawah Ijen, pesona yang membuat kita berimajinasi tentang surga.

Herita endriana
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0447 seconds (0.1#10.140)