Banjir Tawaran Manggung Setelah Masuk Babak 40 Besar KDI
A
A
A
KENDAL - Tidak ada yang berubah dari dara kelahiran Kendal, 13 November 1995, ini sejak namanya tercatat sebagai kontestan di ajang Kontes Dangdut Indonesia (KDI) yang diselenggarakan MNCTV. Fani, begitu pemilik nama lengkap Fani Dewinta Putri itu akrab, disapa tetap murah senyum dan ramah kepada semua orang.
Bahkan, saat berkesempatan menghibur di panggung dangdut di salah satu acara kunjungan Kementerian Pertanian dan Komisi IV DPR RI di Kendal, Fani masih sempat membubuhkan tanda tangan di buku milik anak-anak yang mendatanginya. Hampir 50 anak-anak yang masih berseragam SD itu terus menyerbu gadis cantik asal Desa Sendang Dawuhan, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal ini.
Bukan hanya memberikan tanda tangan, Fani juga bersedia dimintai poto bersama. Dia tidak tampak keberatan dan tetap tersenyum ramah.
“Sejak ikut KDI, masyarakat memang lebih mengenal saya. Tapi hal itu tidak membuat saya berubah menjadi sombong, saya masih tetap sama,” ujar Fani, yang ditemui pada Kamis (7/5/2015).
Diakuinya, ajang pencarian bakat KDI memang memiliki kualitas yang baik. persaingan antar kontentas sangat ketat. Sehingga, tiap kontestan dituntut mampu menunjukkan talenta yang luar biasa, terutama di dunia dangdut. Selain itu, KDI masih populer ketimbang kontes dangdut yang lain.
Meskipun hanya mampu menjadi 40 besar KDI, nama Fani sudah cukup melambung di wilayah Pantura Kendal dan sekitarnya. Sejak namanya menyandang KDI, dia dibanjiri permintaan manggung.
“Meskipun tidak lama di KDI, saya sudah banyak mendapat pelajaran banyak tentang dangdut, menyanyi dan koreografi. Selain itu, banyak tawaran manggung setelah itu,” lanjut mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang ini.
Fani mengaku, sebenarnya genre menyanyinya adalah pop. Sehingga saat bersaing di panggung KDI, dia berusaha keras menguasai cengkok dangdut.
“Sebelum manggung di KDI, tiap kontestan dibimbing selama tiga hari. Untuk vokal ada Bunda Anita dan Nadia, sedangkan koreografi ada Mas Adi. Sampai sekarang saya tidak berhenti untuk belajar menyanyi,” pungkas dia.
Bahkan, saat berkesempatan menghibur di panggung dangdut di salah satu acara kunjungan Kementerian Pertanian dan Komisi IV DPR RI di Kendal, Fani masih sempat membubuhkan tanda tangan di buku milik anak-anak yang mendatanginya. Hampir 50 anak-anak yang masih berseragam SD itu terus menyerbu gadis cantik asal Desa Sendang Dawuhan, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal ini.
Bukan hanya memberikan tanda tangan, Fani juga bersedia dimintai poto bersama. Dia tidak tampak keberatan dan tetap tersenyum ramah.
“Sejak ikut KDI, masyarakat memang lebih mengenal saya. Tapi hal itu tidak membuat saya berubah menjadi sombong, saya masih tetap sama,” ujar Fani, yang ditemui pada Kamis (7/5/2015).
Diakuinya, ajang pencarian bakat KDI memang memiliki kualitas yang baik. persaingan antar kontentas sangat ketat. Sehingga, tiap kontestan dituntut mampu menunjukkan talenta yang luar biasa, terutama di dunia dangdut. Selain itu, KDI masih populer ketimbang kontes dangdut yang lain.
Meskipun hanya mampu menjadi 40 besar KDI, nama Fani sudah cukup melambung di wilayah Pantura Kendal dan sekitarnya. Sejak namanya menyandang KDI, dia dibanjiri permintaan manggung.
“Meskipun tidak lama di KDI, saya sudah banyak mendapat pelajaran banyak tentang dangdut, menyanyi dan koreografi. Selain itu, banyak tawaran manggung setelah itu,” lanjut mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang ini.
Fani mengaku, sebenarnya genre menyanyinya adalah pop. Sehingga saat bersaing di panggung KDI, dia berusaha keras menguasai cengkok dangdut.
“Sebelum manggung di KDI, tiap kontestan dibimbing selama tiga hari. Untuk vokal ada Bunda Anita dan Nadia, sedangkan koreografi ada Mas Adi. Sampai sekarang saya tidak berhenti untuk belajar menyanyi,” pungkas dia.
(alv)