Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 12 Bagian 7

Minggu, 05 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Siangkoan Houw menundukkan mukanya dan melihat wajah puterinya yang pucat, mata yang sayu dan tampak dua titik air mata di pipi puterinya. Dia terkejut dan terheran-heran, kemudian marah sekali. Puterinya telah jatuh cinta kepada pemuda itu!

"Hemm...." Suaranya penuh geram. "Lupakah kau kepada putera Lusan Lo-Jin....?"

"Ayahhh...!" Siangkoan Hui berseru dan terisak sambil memeluk kedua kaki ayahnya, menangis.

Betapapun bengisnya, Tee-tok yang hanya mempunyai seorang anak itu, tentu saja merasa tidak tega kepada anaknya. Hatinya mencair ketika dia melihat puterinya menangis sambil memeluk kedua kakinya. Dia menghela napas panjang dan pandang matanya yang ditujukan kepada Sin Liong kini kehilangan kekejaman dan kemarahannya, hanya terheran dan ragu-ragu. Puterinya mencinta pemuda ini?

Hemm... seorang pemuda yang amat tampan, dan harus diakuinya bahwa biarpun pemuda itu kelihatan halus seperti seorang lemah, namun pemuda itu gagah perkasa, penuh ketenangan dan keberanian. Dan kekebalannya itupun membuktikan bahwa pemuda ini bukan orang sembarangan.

Dia belum melihat putera Lu-san Lojin, entah bagaimaria setelah dewasa sekarang. Apakah sebaik pemuda ini?

"Hai, orang muda. Siapakah namamu?"

Sin Liong memandang kepada kakek itu dan menjawab halus, "Nama saya Kwa Sin Liong, Locianpwe."

"Bagaimana engkau bisa mengenal aku?"

"Siapa yang tidak mengenal Locianpwe yang terkenal di dunia kang-ouw? Locianpwe adalah Tee-tok Siangkoan Houw yang amat tinggi ilmu kepandaiannya, dan saya pernah bertemu dengan Locianpwe..." Tiba-tiba Sin Liong berhenti bicara karena baru dia teringat bahwa sebenarnya tidak ada perlunya menyebut-nyebut hal itu.

"Bertemu? Di mana?"

Karena sudah terlanjur bicara, Sin Liong merasa tidak enak untuk membohong lagi, maka dia berkatu, "Di lereng Jeng-hoa-san, bahkan Locianpwe pernah membujuk saya menjadi murid...."

"Astaga...! Engkaukah ini? Engkaukan anak ajaib? Engkau Sin-tong....?" Tee-tok berseru dan cepat melangkah maju. "Benar, engkaulah Sin-tong! Aihh... maafkan kami. Di antara kita telah timbul salah pengertian besar!" Dia cepat meloncat dan merenggut lepas tali yang mengikat kedua lengan Sin Liong, bahkan cepat meneriaki muridnya untuk menyerahkan kembali baju Sin Liong.

Sin Liong tersenyurn. "Tidak mengapa, Locianpwe. Memang saya mengaku salah, telah menimbulkan keributan dan mengakibatkan kematian harimaumu.

"Aihh... hei, matamu tajam sekali, Hui-ji! Engkau benar! Dia anak baik, bukan hanya baik saja. Aduh, betapa dahulu aku mati-matian memperebutkan anak ini! Hui-ji, dia Sin-tong! Betapa girangku dia tiba-tiba muncul di sini!" Dengan girang Tee-tok menggandeng lengan Sin Liong dan menariknya. "Hayo masuk ke rumah kami, kita bicara!"

"Tapi, Locianpwe. Saya ingin melanjutkan perjalanan."

"Nanti dulu, kita bicara! Sejak, engkau dibawa oleh... eh, di mana dia sekarang....?" Kakek itu menengok ke kanan kiri, seolah-olah merasa ngeri karena dia teringat akan Pangeran Han Ti Ong yang sakti. Siapa tahu pangeran yang luar biasa itu tahu-tahu muncul pula di situ.

"Locianpwe maksudkan Suhu? Saya hanya datang berdua dengan Adik Soan Cu."

"Mari kita bicara. Ah, pertemuan ini sungguh menggirangkan hati!" Melihat sikap kakek itu begitu gembira, Sin Liong tidak tega untuk menolak terus. Urusan telah selesai dengan baik, dan Soan Cu tentu sedang menanti di dusun di kaki bukit. Terlambat sedikit pun tidak mengapa daripada memaksa menolak dan menimbulkan kemarahan kakek yang berangasan ini.

Siangkoan Hui memandang kepada Sin Liong dengan sepasang mata bersinar-sinar, penuh kekaguman dan ketika ayahnya menggandeng pemuda itu dengan tangan kanan, kemudian menggandengnya dengan tangan kiri, dia tersenyum dan meronta melepaskan diri karena malu, kemudian berlari-lari kecil meninggalkan mereka.

"Ha-ha-ha! Hui-ji... ha-ha-ha-ha! Engkau benar. Dia ini seorang pemuda pilihan, seorang pemuda hebat!"

Dengan penuh kegembiraan Tee-tok menjamu Sin Liong. "Siapakah Nona yang lihai dan berani itu?"

"Dia adalah Ouw Soan Cu, seorang sahabat baik saya, Locianpwe. Dia sedang mencari Ayahnya dan saya membantunya."

"Mana dia? Karena dia sahabatmu, dia pun sahabat kami. Biar aku menyuruh orang mengundangnya."

"Tidak usah, Locianpwe. Wataknya aneh dan keras, jangan-jangan malah menimbulkan salah paham."

"Ha-ha-ha, aku suka padanya! Sejak pertemuan pertama aku kagum kepada anak itu! Keras, aneh dan berani! Hebat dia! Aihh, Sin-tong...."

"Locianpwe, nama saya Kwa Sin Liong."

"Tidak apa, aku tetap menyebutmu Sin-tong. Engkau memang anak ajaib, luar biasa sekali. Apakah engkau telah menjadi murid Pangeran Han Ti Ong?"

Sin Liong mengangguk dan merasa agak gugup. "Benar, akan tetapi saya dilarang untuk bicara tentang Suhu...."

"Ha-ha, aku tahu. Dia bukan manusia biasa! Aku girang sekali bertemu dengan muridnya, apalagi muridnya adalah engkau, Sin-tong! Ahhh... sungguh kegirangan yang bercampur dengan kekecewaan sebesar gunung!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0362 seconds (0.1#10.140)