Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 14 Bagian 8
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Gadis bernama Liang-cu yang sebenarnya adalah penyamaran Bu Swi Liang, bekerja di dalam istana sebagai pengawal pribadi Yang Kui Hui. Dia bertugas memikat hati selir Kaisar yang cantik jelita ini.
Dapat dibayangkan betapa tersiksa hati pemuda itu menyaksikan semua yang terjadi di dalam kamar Yang Kui Hui, melihat selir yang cantik jelita itu beristirahat, mandi, berganti pakaian dan lain-lain di depan matanya begitu saja karena dia dianggap wanita pula!
Betapa tersiksa hati orang muda ini hidup di antara wanita-wanita cantik, yaitu para pelayan Yang Kui Hui. Di istana bagian puteri ini tidak ada prianya, karena para thaikam yang bertugas di situ biarpun kelihatan seperti seorang pria, namun sesungguhnya tidak lagi dapat disebut sebagai pria.
Swi Liang adalah seorang pemuda yang sedang berkobar nafsunya karena di Bu-tong-san dia diseret ke dalam kekuasaan nafsu berahi oleh subonya sendiri. Sebagai seorang pemuda yang baru gila berahi, kini berada di tengah-tengah para wanita cantik itu, tentu saja dia tidak kuat bertahan terlalu lama.
Untuk melakukan tugasnya memikat Yang Kui Hui, dia belum berani karena kesempatannya belum tiba. Dia tidak berani bersikap kasar dan membuka rahasia penyamarannya begitu saja. Karena sekali gagal, dia tentu akan mati konyol. Akan tetapi untuk menunda lebih lama lagi menguasai nafsunya, dia tidak sanggup! Akan tetapi, Swi Liang menahan gelora hatinya sedapat mungkin.
Dia harus bersabar menanti kesempatan baik. Tugasnya amat penting bagi perjuangan subonya. Sama sekali tidak boleh gagal karena taruhannva adalah nyawanya.
Pada suatu senja belasan hari kemudian Swi Liang diperbolehkan mengaso karena malam itu Kaisar akan mengunjungi selirnya yang tercinta dan tempa itu penuh dengan pengawal-pengawal pribadi Kaisar sendiri. Swi Liang lalu mengundurkan diri ke dalam kamarnya, sebuah kamar yang amat indah dan berdekatan dengan kamar para pelayan utama atau pelayan pribadi selir Kaisar itu.
Selagi duduk melamun sendiri di dalam kamarnya, mencari akal bangaimana untuk memulai tugasnya, merayu dan memikat hati Yang Kui Hui, dia membayangkan keadaan selir itu dan jantungnya berdebar penuh nafsu dan gairah.
Selir itu memang cantik luar biasa, dan ketika mandi atau bertukar pakaian, dia dapat menyaksikan seluruh bagian tubuh yang padat dan amat menggairahkan itu. Pernah dia membantu pelayan menyelimutkan kain setelah selir itu mandi dan jari-jari tangannya menyentuh kulit yang halus, lunak, dan hangat, dan tercium olehnya bau semerbak harum dari tubuh selir itu.
Keharuman yang khas dan alangkah jauh bedahya antara kecantikan dan tubuh indah selir itu dibandingkan dengan subonya! "Enci Liang-cu! Kenapa melamun saja?" Seorang gadis cantik berbaju hijau menegurnya sambil tertawa-tawa, di belakangnya masuk pula seorang gadis cantik berbaju merah. Mereka itu adalah dua orang pelayan pribadi Yang Kui Hui, dua orang gadis cantik jelita yang genit-genit.
"Ah, Enci Liang-cu orangnya pendiam amat sih, tidak mau bersendau gurau dengan kami?"
Swi Liang tersenyum menekan jantungnya yang berdebar-debar dan menahan matanya agar jangan terlalu melotot melahap kecantikan dua orang gadis itu.
"Ahh, aku lelah dan sedang beristirahat. Jarang ada kesempatan beristirahat seperti ini...." kata Swi Liang.
"Mari temani kami main thio-ki (kartu) di kamarku, Enci Liang-cu!" kata Si Baju Hijau.
"Ya, marilah, Enci Liang-cu. Tidak enaka hanya main berdua. Marilah, sambil kita berkenalan lebih erat lagi. Kenapa sih? Bukankah kita ini rekan-rekan yang bekerja di sini?" kata Si Baju Merah sambil menarik tangan Swi Liang.
Tak dapat Swi Liang menolak karena hal itu akan mendatangkan kecurigaan apalagi memang dia sudah rindu sekali akan sentuhan tangan wanita cantik setelah belasan hari berpisah dari subonya. Kedua orang gadis itu tertawa-tawa, menggandeng kedua tangan Swi Liang dan membawanya ke dalam kamar Si Baju Hijau yang berbau harum.
Sebuah meja bundar rendah telah dipersiapkan di tengah kamar, di dekat pembaringan di sekeliling meja itu terdapat tikar yang di tilami kasur dan bantal. Selain kartu untuk main, juga di atas meja terdapat seguci arak wangi dan cawan-cawan kecil, juga beberapa macam kuih kering. (Bersambung)
Gadis bernama Liang-cu yang sebenarnya adalah penyamaran Bu Swi Liang, bekerja di dalam istana sebagai pengawal pribadi Yang Kui Hui. Dia bertugas memikat hati selir Kaisar yang cantik jelita ini.
Dapat dibayangkan betapa tersiksa hati pemuda itu menyaksikan semua yang terjadi di dalam kamar Yang Kui Hui, melihat selir yang cantik jelita itu beristirahat, mandi, berganti pakaian dan lain-lain di depan matanya begitu saja karena dia dianggap wanita pula!
Betapa tersiksa hati orang muda ini hidup di antara wanita-wanita cantik, yaitu para pelayan Yang Kui Hui. Di istana bagian puteri ini tidak ada prianya, karena para thaikam yang bertugas di situ biarpun kelihatan seperti seorang pria, namun sesungguhnya tidak lagi dapat disebut sebagai pria.
Swi Liang adalah seorang pemuda yang sedang berkobar nafsunya karena di Bu-tong-san dia diseret ke dalam kekuasaan nafsu berahi oleh subonya sendiri. Sebagai seorang pemuda yang baru gila berahi, kini berada di tengah-tengah para wanita cantik itu, tentu saja dia tidak kuat bertahan terlalu lama.
Untuk melakukan tugasnya memikat Yang Kui Hui, dia belum berani karena kesempatannya belum tiba. Dia tidak berani bersikap kasar dan membuka rahasia penyamarannya begitu saja. Karena sekali gagal, dia tentu akan mati konyol. Akan tetapi untuk menunda lebih lama lagi menguasai nafsunya, dia tidak sanggup! Akan tetapi, Swi Liang menahan gelora hatinya sedapat mungkin.
Dia harus bersabar menanti kesempatan baik. Tugasnya amat penting bagi perjuangan subonya. Sama sekali tidak boleh gagal karena taruhannva adalah nyawanya.
Pada suatu senja belasan hari kemudian Swi Liang diperbolehkan mengaso karena malam itu Kaisar akan mengunjungi selirnya yang tercinta dan tempa itu penuh dengan pengawal-pengawal pribadi Kaisar sendiri. Swi Liang lalu mengundurkan diri ke dalam kamarnya, sebuah kamar yang amat indah dan berdekatan dengan kamar para pelayan utama atau pelayan pribadi selir Kaisar itu.
Selagi duduk melamun sendiri di dalam kamarnya, mencari akal bangaimana untuk memulai tugasnya, merayu dan memikat hati Yang Kui Hui, dia membayangkan keadaan selir itu dan jantungnya berdebar penuh nafsu dan gairah.
Selir itu memang cantik luar biasa, dan ketika mandi atau bertukar pakaian, dia dapat menyaksikan seluruh bagian tubuh yang padat dan amat menggairahkan itu. Pernah dia membantu pelayan menyelimutkan kain setelah selir itu mandi dan jari-jari tangannya menyentuh kulit yang halus, lunak, dan hangat, dan tercium olehnya bau semerbak harum dari tubuh selir itu.
Keharuman yang khas dan alangkah jauh bedahya antara kecantikan dan tubuh indah selir itu dibandingkan dengan subonya! "Enci Liang-cu! Kenapa melamun saja?" Seorang gadis cantik berbaju hijau menegurnya sambil tertawa-tawa, di belakangnya masuk pula seorang gadis cantik berbaju merah. Mereka itu adalah dua orang pelayan pribadi Yang Kui Hui, dua orang gadis cantik jelita yang genit-genit.
"Ah, Enci Liang-cu orangnya pendiam amat sih, tidak mau bersendau gurau dengan kami?"
Swi Liang tersenyum menekan jantungnya yang berdebar-debar dan menahan matanya agar jangan terlalu melotot melahap kecantikan dua orang gadis itu.
"Ahh, aku lelah dan sedang beristirahat. Jarang ada kesempatan beristirahat seperti ini...." kata Swi Liang.
"Mari temani kami main thio-ki (kartu) di kamarku, Enci Liang-cu!" kata Si Baju Hijau.
"Ya, marilah, Enci Liang-cu. Tidak enaka hanya main berdua. Marilah, sambil kita berkenalan lebih erat lagi. Kenapa sih? Bukankah kita ini rekan-rekan yang bekerja di sini?" kata Si Baju Merah sambil menarik tangan Swi Liang.
Tak dapat Swi Liang menolak karena hal itu akan mendatangkan kecurigaan apalagi memang dia sudah rindu sekali akan sentuhan tangan wanita cantik setelah belasan hari berpisah dari subonya. Kedua orang gadis itu tertawa-tawa, menggandeng kedua tangan Swi Liang dan membawanya ke dalam kamar Si Baju Hijau yang berbau harum.
Sebuah meja bundar rendah telah dipersiapkan di tengah kamar, di dekat pembaringan di sekeliling meja itu terdapat tikar yang di tilami kasur dan bantal. Selain kartu untuk main, juga di atas meja terdapat seguci arak wangi dan cawan-cawan kecil, juga beberapa macam kuih kering. (Bersambung)
(dwi)