Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 21 Bagian 7
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
"Banyak terima kasih kami haturkan atas bantuan Ji-wi yang mulia," kata Toan Ki. "Kalau tidak mendapat bantuan Ji-wi, tentu Kami berdua telah tewas di tangan para pengawal kaisar itu."
"Ah, diantara kita, bantu membantu merupakan hal yang sudah sewajarnya," jawab Kwee Lun. "Kami sendiri juga mengharapkan bantuan Ji-wi."
"Bantuan apa? Kami akan bergembira sekali kalau dapat membantu Ji-wi," seru Liem Toan Ki. yang telah merasa berhutang budi.
"Kami berdua sedang mencari seorang tokoh bernama Ouw Sian Kok, tokoh dari Pulau Neraka. Barangkali Ji-wi dapat membantu kami di mana adanya Ouw-locianpwe itu?"
Kaget juga Swi Nio dan Toan Ki mendengar disebutnya Pulau Neraka, mereka saling pandang dan menggelengkan kepala. "Sayang, kami sendiri belum pernah mendengar nama Ouw Sian Kok dari Pulau Neraka. Akan tetapi kami akan membantu sekuat tenaga. Di manakah adanya beliau yang terakhir kalinya, dan apakah Ji-wi sudah mendapatkan jejaknya?"
"Itulah sukarnya. Kami tidak tahu beliau berada di mana, maka mengharapkan keterangan dari orang-orang kang-ouw."
"Kalau begitu, mari Ji-wi ikut dengan kami ke timur. Saya kira, mencari seorang tokoh besar di dunia kang-ouw akan bisa kita dapatkan keterangan selengkapnya di sekitar kota raja. Apalagi sekarang, setelah perjuangan An Lu Shan Tai-ciangkun berhasil, tentu banyak tokoh kang-ouw muncul di kota raja dan kita dapat bertanya-tanya kepada mereka."
"Akan tetapi kaharnya di sana terjadi perang, bahkan banyak orang mengungsi ke Secuan."
Toan Ki tersenyum. "Jangan khawatir, kami berdua adalah orang-orang dalam! Kami berdua bekerja untuk An-tai-ciangkun, maka kami mempunyai banyak kenalan di sana. Sekarang Tiang-an telah diduduki, dan agaknya keadaan tentu telah aman kembali."
Mereka bercakap-cakap dan terdapatlah kecocokan di antara mereka. Juga Soan Cu menjadi akrab dengan Swi Nio. Gadis Pulau Neraka yang masih hijau ini senang sekali mendengar penuturan Swi Nio yang sudah berpengalaman, sebaliknya Swi Nio juga kagum terhadap dara cantik yang ternyata adalah seorang dari Pulau Neraka yang hanya dikenal dalam dongeng, kagum menyaksikan kehebatan ilmu kepandaian Soan Cu tadi dan juga ngeri menyakaikan senjata-senjata yang ampuh dan ganas itu.
Berangkatlah mereka berempat, kembali ke timur menuju ke Tiang-an, kota raja pertama yang telah terjatuh ke tangan An Lu Shan.
***
Setelah berhasil menduduki Lok-yang ibu kota kedua itu melalui suatu pertempuran yang seru, An Lu Shan memimpin pasukan intinya menuju ke Tiang-an. Kembali dia harus menghadapi perlawanan gigih di Lembah Tung Kuan, akan tetapi setelah lembah ini didudukinya, pasukan-pasukannya terus menekan dan bergerak menuju ke Tiang-an.
Demikianlah, Tiang-an, ibu kota yang megah itu, diserbu dan didudukinya dengan amat mudah, himpir tidak ada perlawanan sama sekali. Hal ini adalah karena banyak kaki tangan dan mata-matanya yang dipimpin oleh Ouwyang Cin Cu dan The Kwat Lin, telah lebih dulu melakukan kekacauan-kekacauan sehingga melemahkan pertahanan, juga kaisar melarikan diri meninggalkan kota raja Tiang-an, hal ini membuat para pasukan penjaga menjadi kehilangan semangat dan sebagian besar di antara mereka menyatakan takluk tanpa melalui peperangan yang lama, ada pula yang melarikan diri menyusul rombongan kaisar ke barat.
Seperti biasa terjadi di waktu perang, dari jaman dahulu sebelum sejarah tercatat sampai sekarang, akibat-akibat yang mengerikan terjadi dan menimpa diri pihak yang kalah perang. Demikian pula nasib para bangsawan di kota raja yang tidak sempat melarikan diri. (Bersambung)
"Banyak terima kasih kami haturkan atas bantuan Ji-wi yang mulia," kata Toan Ki. "Kalau tidak mendapat bantuan Ji-wi, tentu Kami berdua telah tewas di tangan para pengawal kaisar itu."
"Ah, diantara kita, bantu membantu merupakan hal yang sudah sewajarnya," jawab Kwee Lun. "Kami sendiri juga mengharapkan bantuan Ji-wi."
"Bantuan apa? Kami akan bergembira sekali kalau dapat membantu Ji-wi," seru Liem Toan Ki. yang telah merasa berhutang budi.
"Kami berdua sedang mencari seorang tokoh bernama Ouw Sian Kok, tokoh dari Pulau Neraka. Barangkali Ji-wi dapat membantu kami di mana adanya Ouw-locianpwe itu?"
Kaget juga Swi Nio dan Toan Ki mendengar disebutnya Pulau Neraka, mereka saling pandang dan menggelengkan kepala. "Sayang, kami sendiri belum pernah mendengar nama Ouw Sian Kok dari Pulau Neraka. Akan tetapi kami akan membantu sekuat tenaga. Di manakah adanya beliau yang terakhir kalinya, dan apakah Ji-wi sudah mendapatkan jejaknya?"
"Itulah sukarnya. Kami tidak tahu beliau berada di mana, maka mengharapkan keterangan dari orang-orang kang-ouw."
"Kalau begitu, mari Ji-wi ikut dengan kami ke timur. Saya kira, mencari seorang tokoh besar di dunia kang-ouw akan bisa kita dapatkan keterangan selengkapnya di sekitar kota raja. Apalagi sekarang, setelah perjuangan An Lu Shan Tai-ciangkun berhasil, tentu banyak tokoh kang-ouw muncul di kota raja dan kita dapat bertanya-tanya kepada mereka."
"Akan tetapi kaharnya di sana terjadi perang, bahkan banyak orang mengungsi ke Secuan."
Toan Ki tersenyum. "Jangan khawatir, kami berdua adalah orang-orang dalam! Kami berdua bekerja untuk An-tai-ciangkun, maka kami mempunyai banyak kenalan di sana. Sekarang Tiang-an telah diduduki, dan agaknya keadaan tentu telah aman kembali."
Mereka bercakap-cakap dan terdapatlah kecocokan di antara mereka. Juga Soan Cu menjadi akrab dengan Swi Nio. Gadis Pulau Neraka yang masih hijau ini senang sekali mendengar penuturan Swi Nio yang sudah berpengalaman, sebaliknya Swi Nio juga kagum terhadap dara cantik yang ternyata adalah seorang dari Pulau Neraka yang hanya dikenal dalam dongeng, kagum menyaksikan kehebatan ilmu kepandaian Soan Cu tadi dan juga ngeri menyakaikan senjata-senjata yang ampuh dan ganas itu.
Berangkatlah mereka berempat, kembali ke timur menuju ke Tiang-an, kota raja pertama yang telah terjatuh ke tangan An Lu Shan.
***
Setelah berhasil menduduki Lok-yang ibu kota kedua itu melalui suatu pertempuran yang seru, An Lu Shan memimpin pasukan intinya menuju ke Tiang-an. Kembali dia harus menghadapi perlawanan gigih di Lembah Tung Kuan, akan tetapi setelah lembah ini didudukinya, pasukan-pasukannya terus menekan dan bergerak menuju ke Tiang-an.
Demikianlah, Tiang-an, ibu kota yang megah itu, diserbu dan didudukinya dengan amat mudah, himpir tidak ada perlawanan sama sekali. Hal ini adalah karena banyak kaki tangan dan mata-matanya yang dipimpin oleh Ouwyang Cin Cu dan The Kwat Lin, telah lebih dulu melakukan kekacauan-kekacauan sehingga melemahkan pertahanan, juga kaisar melarikan diri meninggalkan kota raja Tiang-an, hal ini membuat para pasukan penjaga menjadi kehilangan semangat dan sebagian besar di antara mereka menyatakan takluk tanpa melalui peperangan yang lama, ada pula yang melarikan diri menyusul rombongan kaisar ke barat.
Seperti biasa terjadi di waktu perang, dari jaman dahulu sebelum sejarah tercatat sampai sekarang, akibat-akibat yang mengerikan terjadi dan menimpa diri pihak yang kalah perang. Demikian pula nasib para bangsawan di kota raja yang tidak sempat melarikan diri. (Bersambung)
(dwi)