Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 15 Bagian 1

Selasa, 21 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo : Bukek Siansu

HEBATNYA, makin dipenuhi dorongan nafsu, makin hebatlah, seperti nyala api, makin dibiarkan makin membesar dan takkan padam sebelum habis bahan bakarnya! Hanyalah manusia yang selalu sadar akan keadaan dirinya, akan gerak-gerik dirinya lahir maupun batin, takkan kehilangan kewaspadaan dan kebijaksanaan, takkan dapat dicengkeram oleh nafsu dalam bentuk apa pun.

Hal ini bukan berarti bahwa manusia bijaksana menolak nikmat hidup yang didatangkan oleh gairah nafsu, sama sekali tidak. Bahkan hanya manusia sadar sajalah yang benar-benar akan dapat menikmati hidup karena baginya nafsu kesenangan hanyalah pelengkap hidup, bukan hal yang mutlak dan tidak dikejar-kejarnya.

Dialah yang menguasai nafsu, bukan nafsu yang menguasai dia. Menguasai nafsu dengan kewaspadaan dan mengenal akan keadaan diri sendiri seperti apa adanya, lahir maupun batinnya, bukan menguasai nafsu dengan cara pengekangan dan penyiksaan diri. Dengan cara pengamatan yang sewajarnya, penuh kesadaran, pengamatan terhadap nafsu dan gerak-geriknya, tanpa celaan tanpa pujian, maka nafsu akan kehilangan kekuasaannya sendiri terhadap diri pribadi.

Sebaliknya, menggunakan kemauan untuk menekan dan mengekang nafsu, tidak akan ada gunanya, karena, boleh jadi nafsu akan dapat dibendung pada saat itu, namun sewaktu-waktu nafsu yang masih menguasai diri itu akan meluap. Bagaikan api dalam sekam, sewaktu-waktu akan dapat bernyala lagi, demikianlah kalau orang menguasai nafsu dengan pengekangan yang berarti menguasainya dengan Kekerasan.

Dengan pengamatan waspada, nafsu yang seperti api itu akan padam dengan sendirinya. Namun dengan pengekangan, api itu hanya membara dan tidak tampak untuk sewaktu-waktu bernyala lagi, karena YANG MENGEKANG NAFSU ADALAH NAFSU JUGA. Mengekang berarti menggunakan kekerasan menuruti keinginan!

Menjelang pagi, Yang Kui Hui yang kekenyangan melampiaskan nafsu birahi nya, terlena di pembaringan, wajahnya yang agak pucat menoleh kepada Swi Liang yang tidur pulas di sampingnya, lalu wanita cantik itu tersenyum. Jari-jari tangannya yang halus itu bergerak membelai dada telanjang dari pemuda itu, lalu ditariknya kembali tangannya dan dia menghela napas panjang.

Setelah kekenyangan, barulah dia dapat berpikir dan barulah selir kaisar ini sadar betapa bodohnya dia membiarkan dirinya terseret oleh nafsu birahi. Pemuda ini tentu seorang pria sejati yang menyamar sebagai wanita. Hal ini sudah jelas! Dan di balik penyamaran ini tentulah ada suatu rahasia! Kesadaran ini mengejutkan hatinya dan menimbulkan kekhawatirannya. Dia adalah seorang selir yang cerdik sekali.

Yang Kui Hui bangkit duduk dan perlahan-lahan, agar jangan membangunkan pemuda itu, dia mengenakan pakaiannya. Matanya tak pernah berpindah dan wajah Swi Liang dan sambil memakai pakaiannya, dia mengenangkan semua yang mereka lakukan semalam ketika mereka bermain cinta tanpa mengenal puas sampai akhirnya tertidur kelelahan.

Betapa pun juga, pemuda ini terlalu halus. Bagi wanita macaw Yang Kui Hui yang sudah banyak pengalaman bermain cinta dengan pria, kejantanan Swi Liang kurang memuaskan hatinya.

Betapa jauhnya dibandingkan dengan An Lu San! An Lu San barulah boleh disebut seorang laki-laki sejati! Dengan kedudukannya yang tinggi dan pengaruhnya yang besar, dengan tubuhnya yang tinggi besar, tenaganya yang seperti singa, dengan permainan cintanya yang liar kasar dan wajar, menonjolkan kejantanan yang amat hebat!

Sedangkan pemuda ini, terlalu halus, masih hijau dan kurang pengalaman, dan yang lebih berbahaya lagi, pemuda ini tentulah seorang mata-mata musuh! Yang Kui Hui bergidik ngeri. Betapa bodohnya dia, mudah terbujuk dan terseret oleh nafsunya sendiri dan terkena rayuan seorang mata-mata. Untung mata-mata ini belum bertindak terlalu jauh. Bagaimana kalau semalam dia dibunuhnya?

Yang Kui Hui bergidik dan bergegas turun dari pembaringan, dengan hati-hati dia mengambil pedang bersarung indah yang diletakkan oleh Swi Liang di atas tumpukan pakaiannya, kemudian selir kaisar itu berindap-indap menuju ke pintu kamar, membuka pintu dan keluar setelah menutupkan kembali daun pintu perlahan-lahan. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0456 seconds (0.1#10.140)