Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 10
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
Kwee Seng biarpun sudah menerima gemblengan semenjak kecil, namun ia tetap masih seorang pemuda yang kalau dibandingkan dengan pat-jiu Sin-ong, tentu saja kalah pengalaman dan kalah cerdik. Ia tidak mengira sama sekali bahwa kakek itu memang sengaja menyerangnya dengan ilmu silat pilihan untuk mendesaknya dan sengaja pula memanaskan hatinya agar ia suka menggunakan ilmu simpanannya.
Kakek yang haus akan ilmu silat itu menggunakan semua ini untuk memancing keluar ilmu-ilmu simpanannya! Kwee Seng tidak menduga akan hal ini, maka mendengar ejekan itu ia lalu berseru keras dan tiba-tiba angin yang mengeluarkan suara bersiutan menyambar dari tangan kirinya yang sudah mengeluarkan kipasnya! Kini ia merasa dirinya lengkap! Tangan kanan memegang pedang mainkan Pat-sia Kiam-hoat sedangkan tangan kiri memegang kipas mainkan Ilmu Kipas Lo-hai-san-hoat! Bukan main hebatnya.
Namun pasangan ilmu pedang dan ilmu kipas yang selama ini mengangkat namanya sehingga ia dijuluki Kim-mo-eng, hanya dapat membendung gelombang penyerangan Pat-jiu Sin-ong saja, tanpa dapat banyak membalas. Karena ia tidak ingin terdesak terus ke pinggir jurang yang hanya tinggal tiga meter di belakangnya, terpaksa Kwee Seng merobah gerakan pedangnya dan kini pedangnya mulai main Ilmu pedang Cap-jit-seng-kiam yang jarang ia keluarkan karena ilmu pedang ini merupakan ilmu pedang rahasia yang menjadi inti sari daripada ilmu pedang simpanannya.
Melihat pemuda itu mengeluarkan ilmu pedang simpanannya, diam-diam hati Pat-jiu Sin-ong menjadi girang sekali. Ia tahu bahwa mengalahkan pemuda ini bukan merupakan hal mudah dan memang maksudnya untuk dapat mengalahkannya cepat-cepat sebelum menguras dan mempelajari ilmu-ilmu pemuda ini yang benar-benar merupakan ilmu pilihan.
Hebat pertandingan itu dan diam-diam Kwee Seng harus mengakui bahwa selama hidupnya, baru kali ini ia menemui tanding yang luar biasa kuatnya. Bahkan harus ia akui bahwa kalau dibandingkan dengan Ban-pi Lo-cia, ketua Beng-kauw ini lebih kuat sedikit. Biarpun ia telah mengerahkan kepandaian dan tenaganya, tetap saja ia tidak mampu mendesak ke tengah. Apalagi ketika tiba-tiba ia teringat akan watak gila kakek ini yang ingin mengumpulkan semua ilmu hebat di dunia sehingga Kwee Seng yang sadar bahwa ia sedang dipancing, cepat-cepat mengacaukan gerakan Cap-jit-seng-kiam itu dengan ilmu silat lainnya.
Melihat perubahan ini, hati Pat-jiu Sin-ong yang tadinya kegirangan menjadi kecewa dan timbullah kemarahannya sehingga ia memperhebat permainannya untuk mendesak dan menekan Kwee Seng agar pemuda itu terpaksa mengandalkan Cap-jit-seng-kiam lagi. Sekarang waktu sudah berjalan tiga jam lebih dan subuh mulai membayang.
Pada saat Kwee Seng terdesak hebat, tiba-tiba pemuda ini berseru keras dan terhuyung-huyung ke belakang. Tadi ketika ia sedang sibuk mempertahankan diri menghadapi gelombang serangan, tiba-tiba telinganya menangkap bunyi mendesir dari arah kiri. Ia terkejut sekali, maklum bahwa ada senjata rahasia yang amat halus menghujaninya, cepat ia mengebutkan kipasnya dan berhasil menyampok banyak sekali jarum-jarum halus, akan tetapi sebatang jarum masih berhasil memasuki pundaknya, mendatangkan rasa akit sekali. Pundaknya seketika menjadi kaku dan setengah lumpuh, juga rasa gatal membuktikan bahwa jarum itu mengandung racun jahat.
Kwee Seng terhuyung ke belakang dan terpaksa melepaskan pedang di tangan kanannya yang sudah menjadi lumpuh dan pada saat itu, kembali ia dihujani jarum yang lebih banyak lagi. Dalam keadaan terhuyung ini, Kwee Seng yang maklum bahwa jarum-jarum itu amat berbahaya, menyampok dengan kipasnya sambil melompat mundur, akan tetapi ia lupa bahwa ketika ia terhuyung-huyung ke belakang tadi ia telah mendekati jurang sehingga jarak satu meter.
Maka ketika ia melompat ke belakang sambil menyampok kipasnya, memang ia dapat membebaskan diri daripada penyerangan jarum-jarum rahasia, namun tak dapat dicegah lagi tubuhnya terjerumus ke dalam jurang dan melayang-layang ke bawah tanpa dapat ditahannya! Terdengar jerit mengerikan dari belakang semak-semak dan muncullah Lai Kui Lan yang lari ke tepi jurang sambil menangis.
"Pengecut keparat!" bentak Pat-jiu Sin-ong sambil lari dan menghantamkan pedangnya ke arah bayangan hitam yang tadi menyerangkan jarum-jarum rahasianya ke arah Kwee Seng.
"Locianpwe, saya membantumu..." Bayangan itu yang bukan lain adalah Bayisan si Orang Khitan, mengelak sambil memprotes. Akan tetapi pat-jiu Sin-ong Liu Gan tidak mempedulikan protes ini.
"Siapa butuh bantuanmu? Kau pengecut curang patut mampus!" Pedangnya menyambar lagi akan tetapi alangkah herannya ketika bayangan hitam itu kembali dapat menolak. Dua kali serangannya dapat dielakkan! Ini tandanya bahwa orang muda ini bukanlah orang sembarangan.
"Siapa kau?" bentaknya, menahan serangannya karena gerakan pemuda itu menarik perhatiannya, membuatnya ingin tahu siapa gerangan pemuda yang dapat mengelak sampai dua kali ini. (Bersambung)
Kwee Seng biarpun sudah menerima gemblengan semenjak kecil, namun ia tetap masih seorang pemuda yang kalau dibandingkan dengan pat-jiu Sin-ong, tentu saja kalah pengalaman dan kalah cerdik. Ia tidak mengira sama sekali bahwa kakek itu memang sengaja menyerangnya dengan ilmu silat pilihan untuk mendesaknya dan sengaja pula memanaskan hatinya agar ia suka menggunakan ilmu simpanannya.
Kakek yang haus akan ilmu silat itu menggunakan semua ini untuk memancing keluar ilmu-ilmu simpanannya! Kwee Seng tidak menduga akan hal ini, maka mendengar ejekan itu ia lalu berseru keras dan tiba-tiba angin yang mengeluarkan suara bersiutan menyambar dari tangan kirinya yang sudah mengeluarkan kipasnya! Kini ia merasa dirinya lengkap! Tangan kanan memegang pedang mainkan Pat-sia Kiam-hoat sedangkan tangan kiri memegang kipas mainkan Ilmu Kipas Lo-hai-san-hoat! Bukan main hebatnya.
Namun pasangan ilmu pedang dan ilmu kipas yang selama ini mengangkat namanya sehingga ia dijuluki Kim-mo-eng, hanya dapat membendung gelombang penyerangan Pat-jiu Sin-ong saja, tanpa dapat banyak membalas. Karena ia tidak ingin terdesak terus ke pinggir jurang yang hanya tinggal tiga meter di belakangnya, terpaksa Kwee Seng merobah gerakan pedangnya dan kini pedangnya mulai main Ilmu pedang Cap-jit-seng-kiam yang jarang ia keluarkan karena ilmu pedang ini merupakan ilmu pedang rahasia yang menjadi inti sari daripada ilmu pedang simpanannya.
Melihat pemuda itu mengeluarkan ilmu pedang simpanannya, diam-diam hati Pat-jiu Sin-ong menjadi girang sekali. Ia tahu bahwa mengalahkan pemuda ini bukan merupakan hal mudah dan memang maksudnya untuk dapat mengalahkannya cepat-cepat sebelum menguras dan mempelajari ilmu-ilmu pemuda ini yang benar-benar merupakan ilmu pilihan.
Hebat pertandingan itu dan diam-diam Kwee Seng harus mengakui bahwa selama hidupnya, baru kali ini ia menemui tanding yang luar biasa kuatnya. Bahkan harus ia akui bahwa kalau dibandingkan dengan Ban-pi Lo-cia, ketua Beng-kauw ini lebih kuat sedikit. Biarpun ia telah mengerahkan kepandaian dan tenaganya, tetap saja ia tidak mampu mendesak ke tengah. Apalagi ketika tiba-tiba ia teringat akan watak gila kakek ini yang ingin mengumpulkan semua ilmu hebat di dunia sehingga Kwee Seng yang sadar bahwa ia sedang dipancing, cepat-cepat mengacaukan gerakan Cap-jit-seng-kiam itu dengan ilmu silat lainnya.
Melihat perubahan ini, hati Pat-jiu Sin-ong yang tadinya kegirangan menjadi kecewa dan timbullah kemarahannya sehingga ia memperhebat permainannya untuk mendesak dan menekan Kwee Seng agar pemuda itu terpaksa mengandalkan Cap-jit-seng-kiam lagi. Sekarang waktu sudah berjalan tiga jam lebih dan subuh mulai membayang.
Pada saat Kwee Seng terdesak hebat, tiba-tiba pemuda ini berseru keras dan terhuyung-huyung ke belakang. Tadi ketika ia sedang sibuk mempertahankan diri menghadapi gelombang serangan, tiba-tiba telinganya menangkap bunyi mendesir dari arah kiri. Ia terkejut sekali, maklum bahwa ada senjata rahasia yang amat halus menghujaninya, cepat ia mengebutkan kipasnya dan berhasil menyampok banyak sekali jarum-jarum halus, akan tetapi sebatang jarum masih berhasil memasuki pundaknya, mendatangkan rasa akit sekali. Pundaknya seketika menjadi kaku dan setengah lumpuh, juga rasa gatal membuktikan bahwa jarum itu mengandung racun jahat.
Kwee Seng terhuyung ke belakang dan terpaksa melepaskan pedang di tangan kanannya yang sudah menjadi lumpuh dan pada saat itu, kembali ia dihujani jarum yang lebih banyak lagi. Dalam keadaan terhuyung ini, Kwee Seng yang maklum bahwa jarum-jarum itu amat berbahaya, menyampok dengan kipasnya sambil melompat mundur, akan tetapi ia lupa bahwa ketika ia terhuyung-huyung ke belakang tadi ia telah mendekati jurang sehingga jarak satu meter.
Maka ketika ia melompat ke belakang sambil menyampok kipasnya, memang ia dapat membebaskan diri daripada penyerangan jarum-jarum rahasia, namun tak dapat dicegah lagi tubuhnya terjerumus ke dalam jurang dan melayang-layang ke bawah tanpa dapat ditahannya! Terdengar jerit mengerikan dari belakang semak-semak dan muncullah Lai Kui Lan yang lari ke tepi jurang sambil menangis.
"Pengecut keparat!" bentak Pat-jiu Sin-ong sambil lari dan menghantamkan pedangnya ke arah bayangan hitam yang tadi menyerangkan jarum-jarum rahasianya ke arah Kwee Seng.
"Locianpwe, saya membantumu..." Bayangan itu yang bukan lain adalah Bayisan si Orang Khitan, mengelak sambil memprotes. Akan tetapi pat-jiu Sin-ong Liu Gan tidak mempedulikan protes ini.
"Siapa butuh bantuanmu? Kau pengecut curang patut mampus!" Pedangnya menyambar lagi akan tetapi alangkah herannya ketika bayangan hitam itu kembali dapat menolak. Dua kali serangannya dapat dielakkan! Ini tandanya bahwa orang muda ini bukanlah orang sembarangan.
"Siapa kau?" bentaknya, menahan serangannya karena gerakan pemuda itu menarik perhatiannya, membuatnya ingin tahu siapa gerangan pemuda yang dapat mengelak sampai dua kali ini. (Bersambung)
(dwi)