Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 4 Bagian 4
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
"Kauw Bian-sute! Adik macam apa kau ini? Kenapa tidak serang dia?" Kauw Bian terkejut dan cepat menoleh. Kiranya Ma Thai Kun sudah berdiri dibelakangnya, meringis kesakitan dan ke dua lengannya masih bengkak-bengkak.
"Tidak mungkin, Suheng. Dia tidak mau melawanku, bagaimana aku bisa menyerang orang yang tidak mau melawan?"
"Uhhh, dasar kau lemah..." Mendadak Ma Thai Kun menghentikan omelannya karena mendadak bertiup angin dan sesosok tubuh tinggi besar melayang turun. Kiranya Pat-jiu Sin-ong Liu Gan yang datang. Jelas bahwa tokoh ini marah, sepasang matanya melotot memandang Ma Thai Kun dan begitu kakinya menginjak tanah, ia lalu membentak.
"Ma Thai Kun! Bagus sekali perbuatanmu, ya? Kau layak dipukul seperti anjing!" Tangan kiri Liu Gan bergerak dan "Plakkk, plakkk!" telapak dan punggung tangan sudah menampar cepat sekali mengenai sepasang pipi Ma Thai Kun yang terhuyung-huyung ke belakang. Pucat muka Ma Thai Kun dan matanya menyipit berbahaya ketika berdongak memandang.
"Twa-suheng, apa kesalahanku? Masih bertanya tentang kesalahannya lagi? Anjing hina kau! Kau, tua bangka, kau berani menaruh hati cinta kepada puteriku, keponakanmu? Penghinaan besar sekali ini, tidak dapat diampunkan!
"Suheng, apa buktinya?"
"Setan alas! Kaukira aku tidak tahu akan segala perbuatanmu? Sebelum kau membunuhi pemuda-pemuda itu, pada malam hari itu kau membujuk-bujuk Lu Sian dengan kata-kata merayu, kau menyatakan cintamu dan minta kepada Lu Sian agar jangan mau diadakan pemilihan jodoh. Huh, tak malu! Dan kau begitu cemburu dan membunuhi para pemuda yang tergila-gila kepada Lu Sian, malah engkau membunuh tiga orang pemuda yang sudah kalah oleh Lu Sian. Kemudian sekarang kau berani mampus menghadang Kwee Seng sehingga dikalahkan dan karenanya menampar mukaku. Keparat!!"
Mendengar ini semua, Kauw Bian mukanya sebentar merah sebentar pucat saking heran, terkejut, dan bingung mendengar kelakuan Sam-suheng (Kakak Seperguruan ke Tiga). Namun Ma Thai Kun malah tersenyum.
"Twa-suheng, semua itu memang benar! Akan tetapi, apa salahnya kalau aku mencinta Lu Sian! Dia wanita dan aku laki-laki! Agama kita tidak melarang akan hal ini, tidak melarang perjodohan antar keluarga, apalagi antara kita hanya ada hubungan keluarga seperguruan. Twa-suheng, memang aku mencinta Lu Sian dengan sepenuh jiwaku. Lu Sian sendiri tidak marah mendengar pengakuanku, mengapa Suheng marah-marah?"
Gemertak bunyi gigi dalam mulut Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. "Jahanam hina! Apa kau kira menjadi tanda bahwa dia membalas cintamu? Huh, goblok dan hina! Lu Sian selalu akan gembira mendengar orang laki-laki jatuh cinta kepadanya, karena ia ingin menikmati kelucuan badut-badut itu! Kau sama sekali tidak memandang mukaku, maka kau harus binasa sekarang juga!" Liu Gan sudah bergerak maju, akan tetapi ia menarik kembali tangannya ketika melihat Kauw Bian melompat ke tengah menghalanginya.
"Kauw Bian Sute, mau apa?? Maaf, Twa Suheng. Terus terang saja siauwte seendiri tidak setuju perbuatan Ma-suheng itu. Akan tetapi, Twa-suheng, betapapun besar kesalahannya, kiranya tidaklah baik kalau Twa-suheng menjatuhkan hukuman mati kepada Ma-suheng. Pertama, mengingat akan saudara seperguruan, ke dua hal itu akan menjadi buah tertawaan dunia kang-ouw dan merendahkan nama besar Twa-suheng, malah menyeret pula nama Beng-kauw yang kita cintai. Betapa dunia kang-ouw akan gempar kalau mendengar bahwa Ketua Beng-kauw membunuh adik seperguruannya sendiri."
Liu Gan mengerutkan kening, menarik napas panjang dan memeluk sutenya yang paling muda dan memang paling ia sayang itu. "Ah, Siauw-sute! Kau masih begini muda namun pandanganmu luas, pikiranmu sedalam lautan. Untung ada engkau yang dapat menahan kemarahan ku. Eh, Ma Thai Kun, minggatlah kau! Mulai detik ini, aku tidak sudi lagi melihat mukamu dan kalau kau berani muncul di depanku, hemmm, aku tidak peduli lagi, pasti aku akan membunuhmu!" (Bersambung)
"Kauw Bian-sute! Adik macam apa kau ini? Kenapa tidak serang dia?" Kauw Bian terkejut dan cepat menoleh. Kiranya Ma Thai Kun sudah berdiri dibelakangnya, meringis kesakitan dan ke dua lengannya masih bengkak-bengkak.
"Tidak mungkin, Suheng. Dia tidak mau melawanku, bagaimana aku bisa menyerang orang yang tidak mau melawan?"
"Uhhh, dasar kau lemah..." Mendadak Ma Thai Kun menghentikan omelannya karena mendadak bertiup angin dan sesosok tubuh tinggi besar melayang turun. Kiranya Pat-jiu Sin-ong Liu Gan yang datang. Jelas bahwa tokoh ini marah, sepasang matanya melotot memandang Ma Thai Kun dan begitu kakinya menginjak tanah, ia lalu membentak.
"Ma Thai Kun! Bagus sekali perbuatanmu, ya? Kau layak dipukul seperti anjing!" Tangan kiri Liu Gan bergerak dan "Plakkk, plakkk!" telapak dan punggung tangan sudah menampar cepat sekali mengenai sepasang pipi Ma Thai Kun yang terhuyung-huyung ke belakang. Pucat muka Ma Thai Kun dan matanya menyipit berbahaya ketika berdongak memandang.
"Twa-suheng, apa kesalahanku? Masih bertanya tentang kesalahannya lagi? Anjing hina kau! Kau, tua bangka, kau berani menaruh hati cinta kepada puteriku, keponakanmu? Penghinaan besar sekali ini, tidak dapat diampunkan!
"Suheng, apa buktinya?"
"Setan alas! Kaukira aku tidak tahu akan segala perbuatanmu? Sebelum kau membunuhi pemuda-pemuda itu, pada malam hari itu kau membujuk-bujuk Lu Sian dengan kata-kata merayu, kau menyatakan cintamu dan minta kepada Lu Sian agar jangan mau diadakan pemilihan jodoh. Huh, tak malu! Dan kau begitu cemburu dan membunuhi para pemuda yang tergila-gila kepada Lu Sian, malah engkau membunuh tiga orang pemuda yang sudah kalah oleh Lu Sian. Kemudian sekarang kau berani mampus menghadang Kwee Seng sehingga dikalahkan dan karenanya menampar mukaku. Keparat!!"
Mendengar ini semua, Kauw Bian mukanya sebentar merah sebentar pucat saking heran, terkejut, dan bingung mendengar kelakuan Sam-suheng (Kakak Seperguruan ke Tiga). Namun Ma Thai Kun malah tersenyum.
"Twa-suheng, semua itu memang benar! Akan tetapi, apa salahnya kalau aku mencinta Lu Sian! Dia wanita dan aku laki-laki! Agama kita tidak melarang akan hal ini, tidak melarang perjodohan antar keluarga, apalagi antara kita hanya ada hubungan keluarga seperguruan. Twa-suheng, memang aku mencinta Lu Sian dengan sepenuh jiwaku. Lu Sian sendiri tidak marah mendengar pengakuanku, mengapa Suheng marah-marah?"
Gemertak bunyi gigi dalam mulut Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. "Jahanam hina! Apa kau kira menjadi tanda bahwa dia membalas cintamu? Huh, goblok dan hina! Lu Sian selalu akan gembira mendengar orang laki-laki jatuh cinta kepadanya, karena ia ingin menikmati kelucuan badut-badut itu! Kau sama sekali tidak memandang mukaku, maka kau harus binasa sekarang juga!" Liu Gan sudah bergerak maju, akan tetapi ia menarik kembali tangannya ketika melihat Kauw Bian melompat ke tengah menghalanginya.
"Kauw Bian Sute, mau apa?? Maaf, Twa Suheng. Terus terang saja siauwte seendiri tidak setuju perbuatan Ma-suheng itu. Akan tetapi, Twa-suheng, betapapun besar kesalahannya, kiranya tidaklah baik kalau Twa-suheng menjatuhkan hukuman mati kepada Ma-suheng. Pertama, mengingat akan saudara seperguruan, ke dua hal itu akan menjadi buah tertawaan dunia kang-ouw dan merendahkan nama besar Twa-suheng, malah menyeret pula nama Beng-kauw yang kita cintai. Betapa dunia kang-ouw akan gempar kalau mendengar bahwa Ketua Beng-kauw membunuh adik seperguruannya sendiri."
Liu Gan mengerutkan kening, menarik napas panjang dan memeluk sutenya yang paling muda dan memang paling ia sayang itu. "Ah, Siauw-sute! Kau masih begini muda namun pandanganmu luas, pikiranmu sedalam lautan. Untung ada engkau yang dapat menahan kemarahan ku. Eh, Ma Thai Kun, minggatlah kau! Mulai detik ini, aku tidak sudi lagi melihat mukamu dan kalau kau berani muncul di depanku, hemmm, aku tidak peduli lagi, pasti aku akan membunuhmu!" (Bersambung)
(dwi)