Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 6

Jum'at, 07 Juli 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 6
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

"Nah, tangkisan ini dari jurus keempat yaitu pat-sian-khat-bun (Delapan Dewa Buka Pintu) dan dapat dilanjutkan dengan serangan jurus ke delapan Pat-sian-hian-hwa (Delapan Dewa Serahkan Bunga), pedang menyambar sesuka hati, boleh memilih sasaran, akan tetapi untuk contoh aku hanya menyerang bahu." Tiba-tiba ranting yang tadinya menekan pedang itu lenyap tenaga tekannya dan selagi pedang Lu Sian yang telepas dari tekanan ini meluncur ke atas, ranting cepat melesat dan menyabet bahu kanan Lu Sian!

Lu Sian meringis, tidak sakit, akan tetapi amat penasaran. "Coba hadapi ini!" teriaknya dan pedangnya membuat lingkaran-lingkaran lebar, dari dalam lingkaran itu ujung pedang menyambar-nyambar laksana burung garuda mencari mangsa, mengancam tubuh bagian atas dari lawan.

"Seranganmu ini kuhadapi dengan jurus ke lima yang disebut Pat-sian-hut-si (Delapan Dewa Kebut Kipas) untuk melindungi diri." Kata Kwee Seng dan tiba-tiba ranting ditangannya berputar cepat merupakan segunduk sinar bulat melindungi tubuh atasnya dan dilanjutkan dengan serangan jurus ke empat belas yang disebut Delapan Dewa Menari Payung!" Tiba-tiba gulungan sinar bulat itu berubah lebar seperti payung dan tahu-tahu dari sebelah bawah, ranting telah meluncur dan menyabet paha Lu Sian sehingga mengeluarkan suara "plak!" keras. Kalau saja ranting itu merupakan pedang tentu putus paha gadis itu!

"Aduh ...!" Lu Sian menjerit karena pahanya yang disabet terasa pedas dan sakit. "Kwee Seng, kau kurang ajar...!"

"Maaf, bukan maksudku menyakitimu. Sudah percayakah kau sekarang?"

"Tidak! Kau akali aku! Aku minta kau ajarkan ilmu-ilmi silatmu yang terkenal, seperti Lo-hai-san-hoat (Ilmu Kipas Menaklukan Lautan), atau Cap-jit-seng-kiam (Ilmu Pedang Tujuh Belas Bintang), atau Ilmu Pukulan Bian-sin-kun (Tangan Sakti Kapas)!"

Kwee seng terkejut. Bagaimana nona ini bisa tahu akan ilmu-ilmu silat rahasia simpanannya itu? Ia menjadi curiga. Kalau Pat-jiu Sin-ong mungkin tahu, akan tetapi nona ini? Suaranya keren berwibawa ketika ia menjawab.

"Liu Lu Sian, harap kau jangan minta yang bukan-bukan. Aku hanya hendak mengajarkan kau Pat-sian-kun, dan kau harus menerima apa yang hendak kuberikan kepadamu."

"Kau hendak melanggar janji??"

"Sama sekali tidak. Aku berjanji kepada ayahmu hendak mengajarkan ilmu yang dapat mengalahkan ilmu pedangmu itu, dan kurasa Pat-sian-kun yang dapat menjadi Pat-sian Kiam-hoat dapat mengalahkan ilmu pedangmu Pat-mo Kiam-hoat!"

"Hoa-ha-ha-ha! Kau menggunakan akal untuk menipu anak kecil, Kwee-hiante. Sungguh keterlaluan sekali!"

Kwee Seng kaget dan cepat menengok. Kiranya Pat-jiu Sin-ong sudah berdiri disitu, tinggi besar dan bertolak pinggang sambil tertawa. Cepat Kwee Seng memberi hormat sambil berkata, "Ah, kiranya Beng-kauwcu telah berada disini!" Akan tetapi di dalam hatinya ia tidak senang dan tahulah ia sekarang mengapa Lu Sian mengenal semua ilmu simpanannya, tentu sebelumnya telah diberi tahu oleh orang tua ini yang hendak mempergunakan puterinya untuk menjajaki kepandaiannya dan kalau mungkin mempelajari ilmu simpanannya. "Beng-kauwcu, apa maksudmu dengan mengatakan bahwa aku menggunakan akal untuk menipu puterimu?"

"Ha-ha-ha! Kau bilang tadi bahwa Pat-sian-kun dapat menangkan Pat-mo Kiam-hoat! Tentu saja kau dapat menangkan Lu Sian karena memang tingkat kepandaianmu agak lebih tinggi daripada tingkatnya." Dengan ucapan "agak lebih tinggi" ini terang orang tua itu memandang rendah kepada Kwee Seng, akan tetapi pemuda itu mendengarkan dengan tenang dan sabar. "Andaikata aku yang mainkan Pat-mo Kiam-hoat, apakah kau juga masih berani bilang dapat mengalahkannya dengan Pat-sian-kun?"

"Orang tua yang baik, mana aku yang muda berani main-main denganmu? Kita sama-sama tahu bahwa ilmu silat sama sekali bukan merupakan syarat mutlak untuk menangkan pertandingan, melainkan tergantung daripada kemahiran seseorang. Betapa indah dan sulitnya sebuah ilmu kalau si pemainnya kurang menguasai ilmu itu, dapat kalah oleh seorang ahli mainkan sebuah ilmu biasa saja dengan mahir. Puterimu dahulu kuhadapi dengan Pat-sian-kun, hal ini kau sendiri tahu. Aku berjanji hendak menurunkan ilmu yang kupakai mengalahkan dia, malam ini kuturunkan kepadanya Pat-sian-kun, apalagi yang harus diperbincangkan?"

"Orang muda she Kwee! Dua kali kau menghina kami keluarga Liu!" Si Ketua Beng-kauw membentak, suaranya mengguntur sehingga bergema di seluruh punucak, membikin kaget burung-burung yang tadinya mengaso di pohon. Dari jauh terdengar auman binatang-binatang buas yang merasa kaget pula mendengar suara aneh ini. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0695 seconds (0.1#10.140)