Masyarakat Usia di Atas 54 Tahun Paling Rentan Terpapar Misinformasi Pandemi
Kamis, 27 Agustus 2020 - 19:07 WIB
Dokter Spesialis Paru, dr. Jaka Pradipta, mengatakan, hoaks yang beredar di masyarakat menyasar pada isu pencegahan dan pengobatan Covid-19. Membaca dan mendengar berita yang tidak terklasifikasi bisa menyebabkan seseorang keliru dalam mengambil tindakan pencegahan, sehingga membahayakan kesehatan dirinya dan orang lain, atau bahkan terlambat mendapatkan penanganan medis.
"Jadi, masyarakat perlu sangat waspada dengan berita seperti klaim penemuan obat dan pencegahan Covid-19 yang tidak didukung dengan bukti ilmiah," ungkap dr Jaka.
Untuk mengajak masyarakat waspada dan mengambil peran dalam mencegah penyebaran misinformasi Covid-19 di media sosial dan aplikasi pesan instan, Klinik Misinformasi melakukan berbagai kampanye dan edukasi bersama mitra. Selain itu, Klinik Misinformasi juga menghadirkan sebuah seri stiker WhatsApp yang dapat diunduh secara gratis di bit.ly/StickerAntiHoax.
Produk kreatif itu merupakan kerjasama Klinik Misinformasi dengan illustrator muda @shirohyde sebagai upaya memberikan dukungan kepada generasi muda untuk berani bersuara dan mengajak keluarga terdekat, komunitas dan lingkungan mereka menghindari penyebaran berita bohong dan menyesatkan.
(Baca juga: Waspada jika Anak Telat Bicara )
"Untuk mengurangi penyebaran hoaks di sosial media dan platform mainstream, dibutuhkan sikap kritis terdapat informasi apapun yang didapatkan. Kita perlu mempertanyakan validitas informasi tersebut sehingga dapat mencegah penyebarannya. Mari kita sadari bahaya penyebaran infodemi dan berkontribusi dengan menjadi 'polisi' di grup WhatsApp atau bahkan bersuara di media sosial kita dengan turut menyebarkan konten positif," tutup artis dan penggiat Gerakan Siberkreasi, Yosi Mokalu.
"Jadi, masyarakat perlu sangat waspada dengan berita seperti klaim penemuan obat dan pencegahan Covid-19 yang tidak didukung dengan bukti ilmiah," ungkap dr Jaka.
Untuk mengajak masyarakat waspada dan mengambil peran dalam mencegah penyebaran misinformasi Covid-19 di media sosial dan aplikasi pesan instan, Klinik Misinformasi melakukan berbagai kampanye dan edukasi bersama mitra. Selain itu, Klinik Misinformasi juga menghadirkan sebuah seri stiker WhatsApp yang dapat diunduh secara gratis di bit.ly/StickerAntiHoax.
Produk kreatif itu merupakan kerjasama Klinik Misinformasi dengan illustrator muda @shirohyde sebagai upaya memberikan dukungan kepada generasi muda untuk berani bersuara dan mengajak keluarga terdekat, komunitas dan lingkungan mereka menghindari penyebaran berita bohong dan menyesatkan.
(Baca juga: Waspada jika Anak Telat Bicara )
"Untuk mengurangi penyebaran hoaks di sosial media dan platform mainstream, dibutuhkan sikap kritis terdapat informasi apapun yang didapatkan. Kita perlu mempertanyakan validitas informasi tersebut sehingga dapat mencegah penyebarannya. Mari kita sadari bahaya penyebaran infodemi dan berkontribusi dengan menjadi 'polisi' di grup WhatsApp atau bahkan bersuara di media sosial kita dengan turut menyebarkan konten positif," tutup artis dan penggiat Gerakan Siberkreasi, Yosi Mokalu.
(nug)
tulis komentar anda