Deteksi Dini, Kanker Payudara Bisa Sembuh 90 Persen
Minggu, 06 Oktober 2024 - 03:25 WIB
Namun, berdasarkan studi, hanya 5% perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara seperti dengan metode ultrasonografi dan mamografi.
Bahkan menurut ACS Journal, diperkirakan 25% perempuan yang membutuhkan pemeriksaan (berusia 40 tahun ke atas) belum melakukannya dalam 2 tahun terakhir, dan hampir 40% perempuan dengan penghasilan rendah belum pernah melakukan mammogram sama sekali.
Soehartati mengatakan, dengan bekal transfer of knowledge dan adaptasi terhadap teknologi terbaru, dirinya optimistis Indonesia bisa menurunkan angka kejadian kanker payudara.
Saat ini, Kementerian Kesehatan RI telah mengenalkan deteksi dini kanker payudara seperti Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (SADANIS).
Selain itu, deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan metode mamografi, di mana melalui citra ultrasonografi dan mamografi, dokter bisa melihat jaringan yang tampak berbeda dari struktur sel normal.
Prof. Soehartati melanjutkan, IICC 2024 merupakan platform bagi para ahli di tingkat internasional dan nasional, komunitas internasional, para pengambil keputusan, ahli teknologi, pelaku industri kesehatan, dokter, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Semua yang hadir berinteraksi, berdiskusi, dan memberikan solusi terbaik dan akses yang cepat terhadap produk kesehatan berkualitas tinggi yang mendukung pengobatan kanker," tandasnya.
Kemajuan teknologi dalam deteksi dini, merupakan salah satu topik yang akan dibahas.
"Saya berharap, para partisipan dapat bersama-sama mendukung turunnya angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara,” tukasnya.
Acara penting ini mencakup berbagai topik. Berbagai seminar, simposium, dan workshop dapat diikuti oleh para peserta. Salah satunya, Breast screening workshop untuk para dokter dan breast screening secara gratis untuk seluruh peserta.
Bahkan menurut ACS Journal, diperkirakan 25% perempuan yang membutuhkan pemeriksaan (berusia 40 tahun ke atas) belum melakukannya dalam 2 tahun terakhir, dan hampir 40% perempuan dengan penghasilan rendah belum pernah melakukan mammogram sama sekali.
Soehartati mengatakan, dengan bekal transfer of knowledge dan adaptasi terhadap teknologi terbaru, dirinya optimistis Indonesia bisa menurunkan angka kejadian kanker payudara.
Saat ini, Kementerian Kesehatan RI telah mengenalkan deteksi dini kanker payudara seperti Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (SADANIS).
Selain itu, deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan metode mamografi, di mana melalui citra ultrasonografi dan mamografi, dokter bisa melihat jaringan yang tampak berbeda dari struktur sel normal.
Prof. Soehartati melanjutkan, IICC 2024 merupakan platform bagi para ahli di tingkat internasional dan nasional, komunitas internasional, para pengambil keputusan, ahli teknologi, pelaku industri kesehatan, dokter, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Semua yang hadir berinteraksi, berdiskusi, dan memberikan solusi terbaik dan akses yang cepat terhadap produk kesehatan berkualitas tinggi yang mendukung pengobatan kanker," tandasnya.
Kemajuan teknologi dalam deteksi dini, merupakan salah satu topik yang akan dibahas.
"Saya berharap, para partisipan dapat bersama-sama mendukung turunnya angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara,” tukasnya.
Acara penting ini mencakup berbagai topik. Berbagai seminar, simposium, dan workshop dapat diikuti oleh para peserta. Salah satunya, Breast screening workshop untuk para dokter dan breast screening secara gratis untuk seluruh peserta.
Lihat Juga :
tulis komentar anda