Geliat Bisnis Laundromat, ALS Bidik Pasar Lebih Besar di Indonesia
Kamis, 24 Oktober 2024 - 14:50 WIB
JAKARTA - Kesibukan sehari-hari membuat warga perkotaan khususnya, seperti tak memiliki waktu untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, salah satunya mencuci pakaian. Di tengah fenomena tersebut, ditambah dengan makin sulitnya mendapatkan asisten rumah tangga, beberapa kalangan memilih menyelesaikan urusan cuci-mencuci pakaian di tempat laundry.
Anda mungkin sudah sangat familiar dengan jasa laundry kiloan yang memang sangat menjamur di kota-kota besar. Namun, bagaimana dengan laundromat?
Laundromat bisa dikatakan sebuah "revolusi budaya" dalam bisnis laundry atau binatu. Istilah ini merujuk dalam konsep laundry di mana mesin cuci dioperasikan dengan uang koin atau kartu. Jadi, operasional mesin cuci terjadi secara otomatis yang diproses sendiri oleh pelanggan, dari tahap mencuci hingga pengeringan.
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, bisnis laundromat mulai dilirik. Banyak investor tertarik menjalankan model bisnis laundry ini, meskipun masih terbilang sedikit masyarakat yang menggunakan atau bahkan familiar dengan laundromat.
Menurut Kevin Nathaniel, pelaku bisnis laundromat sekaligus distributor representative Speed Queen, merek mesin cuci otomatis keluaran Alliance Laundry Systems (ALS), konsumen laundromat di Indonesia sejauh ini masih berkisar antara 10-15 persen. Kendati demikian, dia meyakini, bisnis tersebut prospektif di Tanah Air mengingat besarnya market yang tersedia.
"Konsumen laundromat efektifnya 10-15 persen. Itu artinya marketnya masih besar di sini. Sekarang orang-orang sibuk kerja, ART juga sulit dicari, makanya mereka pilihnya laundromat," ungkap Kevin saat ditemui dalam pameran Expo Clean & Expo Laundry 2024 di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Di Eropa dan Amerika Serikat, bahkan di Thailand, laundromat sangat diminati. Kepraktisan serta hemat waktu dan tenaga menjadi dasar masyarakat memilih metode laundry satu ini.
Indonesia sendiri mulai mengadopsi cara tersebut. Salah satu yang mempeloporinya adalam ALS, perusahaan yang berfokus pada produksi mesin-mesin cuci industrial untuk sektor komersil.
Anda mungkin sudah sangat familiar dengan jasa laundry kiloan yang memang sangat menjamur di kota-kota besar. Namun, bagaimana dengan laundromat?
Laundromat bisa dikatakan sebuah "revolusi budaya" dalam bisnis laundry atau binatu. Istilah ini merujuk dalam konsep laundry di mana mesin cuci dioperasikan dengan uang koin atau kartu. Jadi, operasional mesin cuci terjadi secara otomatis yang diproses sendiri oleh pelanggan, dari tahap mencuci hingga pengeringan.
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, bisnis laundromat mulai dilirik. Banyak investor tertarik menjalankan model bisnis laundry ini, meskipun masih terbilang sedikit masyarakat yang menggunakan atau bahkan familiar dengan laundromat.
Menurut Kevin Nathaniel, pelaku bisnis laundromat sekaligus distributor representative Speed Queen, merek mesin cuci otomatis keluaran Alliance Laundry Systems (ALS), konsumen laundromat di Indonesia sejauh ini masih berkisar antara 10-15 persen. Kendati demikian, dia meyakini, bisnis tersebut prospektif di Tanah Air mengingat besarnya market yang tersedia.
"Konsumen laundromat efektifnya 10-15 persen. Itu artinya marketnya masih besar di sini. Sekarang orang-orang sibuk kerja, ART juga sulit dicari, makanya mereka pilihnya laundromat," ungkap Kevin saat ditemui dalam pameran Expo Clean & Expo Laundry 2024 di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Di Eropa dan Amerika Serikat, bahkan di Thailand, laundromat sangat diminati. Kepraktisan serta hemat waktu dan tenaga menjadi dasar masyarakat memilih metode laundry satu ini.
Indonesia sendiri mulai mengadopsi cara tersebut. Salah satu yang mempeloporinya adalam ALS, perusahaan yang berfokus pada produksi mesin-mesin cuci industrial untuk sektor komersil.
Lihat Juga :
tulis komentar anda