Vaksin Pfizer Diyakini Mampu Lawan Mutasi Baru Virus Covid-19
Sabtu, 09 Januari 2021 - 07:33 WIB
JAKARTA - Banyak orang di dunia yang masih belum sepenuhnya yakin dengan vaksin yang bisa mengatasi covid-19 . Studi terbaru mengklaim vaksin Covid-19 jenis Pfizer Inc and BioNTech efektif melawan mutasi virus corona terbaru.
Sebelumnya dikabarkan, mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan diklaim lebih cepat menular dibandingkan varian Covid-19 saat ini. (Baca juga: Vaksin Sinovac Halal, Fatwa MUI Tunggu BPOM )
Meski belum dilakukan penelitian lebih lanjut, para ilmuwan dari University of Texas Medical Branch menyebut vaksin Pfizer efektif dalam menetralkan mutasi virus corona yang disebut dengan nama N501Y.
Phil Dormitzer, salah satu ilmuwan vaksin Pfizer mengatakan, mutasi inilah yang membuat proses penularan menjadi lebih cepat serta membuat virus memiliki kemampuan untuk menghindari antibodi di dalam tubuh.
Hal ini diketahui setelah dilakukan penelitian pada darah pasien yang telah diberi vaksin Pfizer. Dormitzer mengatakan hasil penelitian itu cukup menggembirakan karena vaksin tampak efektif melawan mutasi virus Covid-19, serta 15 mutasi lain yang sebelumnya telah diuji oleh perusahaannya.
“Jadi kami sekarang telah menguji 16 mutasi berbeda, dan tidak satupun dari mutasi itu benar-benar berdampak signifikan. Itu kabar baik. Itu berarti mutasi ke-17 juga akan memiliki respons yang sama,” kata Dormitzer.
Sementara untuk mutasi virus yang ditemukan di Afrika Selatan (EA484K), para peneliti berencana menjalankan tes serupa untuk melihat apakah vaksin tersebut efektif melawan mutasi virus tersebut. (Baca juga: Capai Kesepakatan Baru, UE Kuasai Separuh Total Produksi Vaksin Pfizer )
Sebelumnya, para ilmuwan telah menyatakan keprihatinan mereka bahwa vaksin yang diluncurkan oleh sejumlah produsen kemungkinan besar tidak dapat melindungi seseorang dari varian baru virus corona. Terutama yang muncul di Afrika Selatan.
Simon Clarke, seorang profesor mikrobiologi dari University of Ready mengatakan, meski kedua mutasi memiliki beberapa fitur baru yang sama, namun untuk mutasi yang ditemukan di Afrika Selatan diklaim memiliki mutasi tambahan. Hal ini mencakup perubahan yang lebih luas pada lonjakan protein. Demikian dilansir dari NDTV.
Sebelumnya dikabarkan, mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan diklaim lebih cepat menular dibandingkan varian Covid-19 saat ini. (Baca juga: Vaksin Sinovac Halal, Fatwa MUI Tunggu BPOM )
Meski belum dilakukan penelitian lebih lanjut, para ilmuwan dari University of Texas Medical Branch menyebut vaksin Pfizer efektif dalam menetralkan mutasi virus corona yang disebut dengan nama N501Y.
Phil Dormitzer, salah satu ilmuwan vaksin Pfizer mengatakan, mutasi inilah yang membuat proses penularan menjadi lebih cepat serta membuat virus memiliki kemampuan untuk menghindari antibodi di dalam tubuh.
Hal ini diketahui setelah dilakukan penelitian pada darah pasien yang telah diberi vaksin Pfizer. Dormitzer mengatakan hasil penelitian itu cukup menggembirakan karena vaksin tampak efektif melawan mutasi virus Covid-19, serta 15 mutasi lain yang sebelumnya telah diuji oleh perusahaannya.
“Jadi kami sekarang telah menguji 16 mutasi berbeda, dan tidak satupun dari mutasi itu benar-benar berdampak signifikan. Itu kabar baik. Itu berarti mutasi ke-17 juga akan memiliki respons yang sama,” kata Dormitzer.
Sementara untuk mutasi virus yang ditemukan di Afrika Selatan (EA484K), para peneliti berencana menjalankan tes serupa untuk melihat apakah vaksin tersebut efektif melawan mutasi virus tersebut. (Baca juga: Capai Kesepakatan Baru, UE Kuasai Separuh Total Produksi Vaksin Pfizer )
Sebelumnya, para ilmuwan telah menyatakan keprihatinan mereka bahwa vaksin yang diluncurkan oleh sejumlah produsen kemungkinan besar tidak dapat melindungi seseorang dari varian baru virus corona. Terutama yang muncul di Afrika Selatan.
Simon Clarke, seorang profesor mikrobiologi dari University of Ready mengatakan, meski kedua mutasi memiliki beberapa fitur baru yang sama, namun untuk mutasi yang ditemukan di Afrika Selatan diklaim memiliki mutasi tambahan. Hal ini mencakup perubahan yang lebih luas pada lonjakan protein. Demikian dilansir dari NDTV.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda