Sering Menghangatkan Makanan, Bahayakah Bagi Kesehatan?
Jum'at, 11 Juni 2021 - 15:00 WIB
JAKARTA - Menghangatkan makanan menjadi kebiasaan banyak masyarakat. Selain masakan terisa dalam jumlah banyak, sebagian orang merasa sayang jika harus membuang makanan, terlebih jika makanan favoritnya.
Meski demikian, tidak semua jenis makanan bisa dipanaskan begitu saja. Apabila makanan tersebut memiliki kandungan yang bereaksi negatif jika dipanaskan kembali, bukan tidak mungkin kesehatan Anda terganggu.
Terlebih jika Anda memanaskan kembali makanan tersebut dengan microwave. Pasalnya, peneliti utama Xianli Wu, seorang ilmuwan di Pusat Penelitian Nutrisi Manusia Beltsville di Departemen Pertanian AS, mengatakan, memanaskan makanan menggunakan microwave dapat memicu kandungan flavonoid, meskipun belum diketahui penyebabnya.
“Ketika mempertimbangkan metode memasak microwave adalah metode memasak yang lebih disukai, setidaknya untuk banyak makanan nabati, tetapi mungkin tidak untuk setiap makanan nabati," kata Wu dilansir dari BBC, Jumat (11/6).
Dalam studi lain, peneliti membandingkan kandungan fenolat (senyawa yang terkait dengan berbagai manfaat kesehatan) dari berbagai sayuran setelah direbus, dikukus, dan di-microwave.
Hasilnya, mengukus sayuran dengan microwave menyebabkan hilangnya kandungan fenolik dalam labu, kacang polong dan daun bawang, tetapi tidak pada bayam, paprika, brokoli atau kacang hijau. Para peneliti juga menguji aktivitas antioksidan.
Penting untuk dicatat bahwa memanaskan kembali makanan juga memiliki risiko. Makanan harus dipanaskan hingga mencapai suhu 82 derajat Celcius (176F) untuk membunuh bakteri berbahaya. Karena bakteri masih dapat tumbuh setiap kali makanan didinginkan kembali, Anda tidak boleh memanaskan makanan lebih dari sekali.
Meski demikian, tidak semua jenis makanan bisa dipanaskan begitu saja. Apabila makanan tersebut memiliki kandungan yang bereaksi negatif jika dipanaskan kembali, bukan tidak mungkin kesehatan Anda terganggu.
Terlebih jika Anda memanaskan kembali makanan tersebut dengan microwave. Pasalnya, peneliti utama Xianli Wu, seorang ilmuwan di Pusat Penelitian Nutrisi Manusia Beltsville di Departemen Pertanian AS, mengatakan, memanaskan makanan menggunakan microwave dapat memicu kandungan flavonoid, meskipun belum diketahui penyebabnya.
“Ketika mempertimbangkan metode memasak microwave adalah metode memasak yang lebih disukai, setidaknya untuk banyak makanan nabati, tetapi mungkin tidak untuk setiap makanan nabati," kata Wu dilansir dari BBC, Jumat (11/6).
Dalam studi lain, peneliti membandingkan kandungan fenolat (senyawa yang terkait dengan berbagai manfaat kesehatan) dari berbagai sayuran setelah direbus, dikukus, dan di-microwave.
Hasilnya, mengukus sayuran dengan microwave menyebabkan hilangnya kandungan fenolik dalam labu, kacang polong dan daun bawang, tetapi tidak pada bayam, paprika, brokoli atau kacang hijau. Para peneliti juga menguji aktivitas antioksidan.
Penting untuk dicatat bahwa memanaskan kembali makanan juga memiliki risiko. Makanan harus dipanaskan hingga mencapai suhu 82 derajat Celcius (176F) untuk membunuh bakteri berbahaya. Karena bakteri masih dapat tumbuh setiap kali makanan didinginkan kembali, Anda tidak boleh memanaskan makanan lebih dari sekali.
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda