Bermutasi, Bagaimana Karakter Covid-19 Varian Delta Plus?

Selasa, 15 Juni 2021 - 11:58 WIB
Varian Delta yang pertama teridentifikasi di India kini bermutasi jadi Delta Plus, dan dianggap lebih berbahaya karena kebal pada salah satu terapi pengobatan. / Foto: ilustrasi/ist
JAKARTA - Varian Delta yang kali pertama teridentifikasi di India kini bermutasi menjadi ' Delta Plus '. Varian ini dianggap lebih berbahaya karena kebal pada salah satu terapi pengobatan.



Varian Delta sendiri menjadi salah satu penyumbang terbesar angka kasus positif Covid-19 di India. Bahkan, varian ini menjadi masalah yang cukup pelik di beberapa negara, termasuk di Indonesia khususnya di Kudus.

Terkait dengan varian 'Delta Plus', menurut laporan India Today, varian tersebut memiliki nama lain 'AY.1'. Data awal menunjukkan bahwa varian Delta Plus menunjukkan tanda-tanda resistensi terhadap terapi antibodi monoklonal atau perawatan untuk Covid-19 yang baru-baru ini disahkan di India.



Seorang ilmuwan yang mengkhususkan diri dalam sekuensing genom, Bani Jolly mengatakan di Twitter, "Sejumlah kecil sekuens Delta (B.1.617.2) yang memiliki mutasi lonjakan K417N dapat ditemukan di GISAID. Sekuens ini telah diidentifikasi dalam genom dari 10 negara."

"Urutan baru-baru ini telah ditetapkan sebagai garis keturunan AY.1 (B.1.617.2.1), subgaris keturunan Delta, karena kekhawatiran tentang K417N menjadi salah satu mutasi yang ditemukan pada varian Beta (B.1.351)," tambah Jolly.

Public Health England (PHE), dalam laporan terbarunya tentang varian virus corona, mengatakan varian Delta Plus diidentifikasi dalam enam genom dari India pada 7 Juni 2021. Badan kesehatan telah mengkonfirmasi keberadaan total 63 genom varian Delta dengan K417N baru yang bermutasi.

Namun, para ilmuwan mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir karena prevalensi varian baru ini masih rendah di India.

Laporan itu juga menyebutkan varian dalam 36 kasus di Inggris. Dua dari 36 kemungkinan infeksi terobosan. Sebagian besar kasus terkait dengan perjalanan (negara tujuan perjalanan termasuk Nepal, Turki, Malaysia, dan Singapura).

"Melihat kluster besar (T95I), sepertinya AY.1 telah muncul secara independen beberapa kali dan bisa lebih umum daripada yang diamati di negara-negara dengan pengawasan genom terbatas," kata Jolly.



"Seberapa menular varian Delta Plus akan menjadi faktor penting untuk menentukan penyebarannya yang cepat atau sebaliknya," kata Vineeta Bal, staf pengajar di Pune's Indian Institute of Science Education and Research. "Jika ada orang terinfeksi varian ini, dia sejauh ini tak perlu begitu khawatir," tambahnya.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More