WHO Sebut Covid-19 Varian Delta akan Dominan Secara Global
Selasa, 22 Juni 2021 - 17:11 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Covid-19 varian Delta akan dominan secara global. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India.
Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengungkapkan kekecewaan atas kegagalan kandidat vaksin Covid-19, CureVac dalam uji coba untuk memenuhi standar kemanjuran WHO. Ini karena varian baru yang sangat mudah menular meningkatkan kebutuhan akan suntikan vaksin baru yang efektif.
"Varian Delta sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan secara global karena peningkatan transmisibilitasnya," ungkap Soumya dilansir dari Channel News Asia, Selasa (22/6).
Hal senada juga diungkapkan oleh otoritas kesehatan masyarakat Jerman yang memperkirakan varian ini akan dengan cepat menjadi varian dominan meskipun tingkat vaksinasi meningkat. Sebelumnya, Inggris juga melaporkan peningkatan tajam infeksi varian Delta.
Sementara itu, vaksin CureVac yang dibuat oleh perusahaan dari Jerman tersebut melaporkan bahwa vaksinnya terbukti hanya efektif 47% dalam mencegah penyakit, jauh dari standar WHO yaitu 50%.
Mengingat bahwa vaksin mRNA serupa dari Pfizer-BioNTech dan Moderna mencatat tingkat kemanjuran yang mencapai 90%, Soumya mengatakan bahwa dunia telah mengharapkan lebih banyak kandidat vaksin lainnya.
Di sisi lain, ia juga mengatakan bahwa Afrika tetap menjadi area yang menjadi perhatian, meskipun hanya menyumbang sekitar 5% dari infeksi global baru dan 2% kematian.
“Kasus baru di Namibia, Sierra Leone, Liberia, dan Rwanda telah berlipat ganda dalam seminggu terakhir. Sementara akses vaksin tetap sangat kecil. Ini sangat memprihatinkan, populasi Afrika sangat rentan, tidak terlindungi oleh vaksin,” ucap kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengungkapkan kekecewaan atas kegagalan kandidat vaksin Covid-19, CureVac dalam uji coba untuk memenuhi standar kemanjuran WHO. Ini karena varian baru yang sangat mudah menular meningkatkan kebutuhan akan suntikan vaksin baru yang efektif.
"Varian Delta sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan secara global karena peningkatan transmisibilitasnya," ungkap Soumya dilansir dari Channel News Asia, Selasa (22/6).
Hal senada juga diungkapkan oleh otoritas kesehatan masyarakat Jerman yang memperkirakan varian ini akan dengan cepat menjadi varian dominan meskipun tingkat vaksinasi meningkat. Sebelumnya, Inggris juga melaporkan peningkatan tajam infeksi varian Delta.
Sementara itu, vaksin CureVac yang dibuat oleh perusahaan dari Jerman tersebut melaporkan bahwa vaksinnya terbukti hanya efektif 47% dalam mencegah penyakit, jauh dari standar WHO yaitu 50%.
Mengingat bahwa vaksin mRNA serupa dari Pfizer-BioNTech dan Moderna mencatat tingkat kemanjuran yang mencapai 90%, Soumya mengatakan bahwa dunia telah mengharapkan lebih banyak kandidat vaksin lainnya.
Di sisi lain, ia juga mengatakan bahwa Afrika tetap menjadi area yang menjadi perhatian, meskipun hanya menyumbang sekitar 5% dari infeksi global baru dan 2% kematian.
“Kasus baru di Namibia, Sierra Leone, Liberia, dan Rwanda telah berlipat ganda dalam seminggu terakhir. Sementara akses vaksin tetap sangat kecil. Ini sangat memprihatinkan, populasi Afrika sangat rentan, tidak terlindungi oleh vaksin,” ucap kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(dra)
tulis komentar anda