Vitamin D Kurangi Keparahan Pasien Covid-19, Begini Ketersediaannya di Pasar
Jum'at, 11 Februari 2022 - 15:00 WIB
JAKARTA - Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, vitamin D berperan penting dalam mencegah gejala berat pasien Covid-19 . Studi ini melibatkan 1.176 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit pada April 2020 sampai Februari 2021.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa tingkat mortalitas pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D berkisar di angka 25,6 persen. Sedangkan, tingkat mortalitas pada pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang mencukupi jauh lebih rendah, yaitu 2,3 persen.
Selain untuk pasien Covid-19, vitamin D3 juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mencegah berbagai penyakit. Vitamin D3 juga dapat membantu proses penyembuhan penyakit.
Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini telah memperbarui aturan untuk menjamin ketersediaan vitamin D. Sebelumnya, di Indonesia hanya boleh diproduksi vitamin D dengan dosis 400 IU, tapi untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan maka dosis di atas 1000 IU sudah bisa diproduksi.
Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM., sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, menyampaikan bahwa vitamin D merupakan satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh organ yang memiliki reseptor.
Istimewanya, vitamin D ini bersifat meregulasi sistem imun serta meningkatkan aktivitas sel imun dalam melawan virus dan bakteri. Selama pandemi Covid-19, dijelaskan dr. Iris dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-terkait vitamin D.
"Mengonsumsi vitamin D3 dosis 1000 IU bisa dilakukan, tapi kalau mau tepat memang harus cek darah. Kalau memang rendah kita bisa menganjurkan sampai 5.000 IU sehari-harinya, apalagi kalau ada penyakit,” jelas dr. Iris melalui siaran resminya, Jumat (11/2/2022).
Mengonsumsi vitamin D3 1000 IU satu kali sehari tanpa melakukan pemeriksaan darah adalah dosis yang aman. Vitamin D3 sebaiknya dikonsumsi pada pagi hari bersama makanan karena larut dalam lemak. Vitamin D3 juga sudah masuk dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4 yang disusun oleh lima organisasi profesi kedokteran dan dirilis pada Januari 2022.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa tingkat mortalitas pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D berkisar di angka 25,6 persen. Sedangkan, tingkat mortalitas pada pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang mencukupi jauh lebih rendah, yaitu 2,3 persen.
Selain untuk pasien Covid-19, vitamin D3 juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mencegah berbagai penyakit. Vitamin D3 juga dapat membantu proses penyembuhan penyakit.
Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini telah memperbarui aturan untuk menjamin ketersediaan vitamin D. Sebelumnya, di Indonesia hanya boleh diproduksi vitamin D dengan dosis 400 IU, tapi untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan maka dosis di atas 1000 IU sudah bisa diproduksi.
Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM., sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, menyampaikan bahwa vitamin D merupakan satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh organ yang memiliki reseptor.
Istimewanya, vitamin D ini bersifat meregulasi sistem imun serta meningkatkan aktivitas sel imun dalam melawan virus dan bakteri. Selama pandemi Covid-19, dijelaskan dr. Iris dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-terkait vitamin D.
"Mengonsumsi vitamin D3 dosis 1000 IU bisa dilakukan, tapi kalau mau tepat memang harus cek darah. Kalau memang rendah kita bisa menganjurkan sampai 5.000 IU sehari-harinya, apalagi kalau ada penyakit,” jelas dr. Iris melalui siaran resminya, Jumat (11/2/2022).
Mengonsumsi vitamin D3 1000 IU satu kali sehari tanpa melakukan pemeriksaan darah adalah dosis yang aman. Vitamin D3 sebaiknya dikonsumsi pada pagi hari bersama makanan karena larut dalam lemak. Vitamin D3 juga sudah masuk dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4 yang disusun oleh lima organisasi profesi kedokteran dan dirilis pada Januari 2022.
tulis komentar anda