Sudah Sehat dan Amankah Telur Ayam yang Dikonsumsi Setiap Hari? Ini Kata Peneliti
Selasa, 02 Agustus 2022 - 22:32 WIB
JAKARTA - Telur ayam merupakan sumber bahan makanan alami yang umum dikonsumsi sehari-hari yang mencukupi kebutuhan protein yang membantu menjaga daya tahan dan pertumbuhan seseorang. Akan tetapi apakah telur ayam yang bersumber dari ayam petelur sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan studi terbaru yang dirilis oleh Virginia Tech’s School of Animal Sciences di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ayam petelur yang dibesarkan dalam sistem kandang konvensional hidup dalam ketakutan dan stres yang lebih tinggi, serta memiliki tingkat kekebalan yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang dibesarkan di sistem bebas kandang baterai dengan lingkungan yang diperkaya/enrichment.
Menurut para peneliti, respon rasa takut berlebih yang muncul pada sistem kandang konvensional dapat menyebabkan penurunan produksi telur, peningkatan tingkah laku mematuk bulu sendiri, dan peningkatan cedera tulang sehingga dapat menurunkan nilai dan masa produksi yang umumnya dikaitkan dengan sistem pemeliharaan intensif seperti kandang baterai.
“Studi ini memperkuat studi lain yang pernah dirilis bahwa sistem kandang baterai membuat hewan-hewan ini mengalami kehidupan yang menderita, ketakutan, dan kesakitan. Sains telah memperlihatkan bahwa ayam memiliki kemampuan kognitif dan emosional yang tinggi, sehingga industri produksi telur benar-benar harus meningkatkan standarnya dan meninggalkan sistem kandang baterai”, ungkap Aisah Nurul Fitri, Manajer Kesejahteraan Hewan di Act for Farmed Animal (AFFA) dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Selasa (2/8/2022).
Adapun kandang baterai adalah jenis kandang paling umum pada sistem pemeliharaan ayam petelur secara global. Sekitar 90% ayam petelur dalam industri produksi telur hidup dalam sistem ini. “Dalam kandang kecil yang penuh (diisi beberapa ayam sekaligus), para ayam tidak dapat melakukan sebagian besar perilaku alami mereka seperti bersarang atau melebarkan sayap sepanjang masa produksi, kurangnya ruang gerak tersebut mengakibatkan cedera parah seperti patah tulang sampai osteoporosis”, jelas Aisah.
Munculnya kontroversi seputar kondisi kesejahteraan hewan dalam sistem kandang baterai konvensional menyebabkan praktik tersebut dilarang di Uni Eropa dan beberapa negara bagian AS. Di Asia, banyak perusahaan telah mengikuti trend global bebas kandang dan telah melarang atau mulai menghapus penggunaan kandang baterai dari rantai pasokan pangan mereka.
“Perusahaan-perusahaan besar telah berkomitmen mengurangi penderitaan ayam petelur dari rantai pasokan pangan mereka dan beralih ke sistem bebas kandang baterai. Di Indonesia, beberapa perusahaan besar seperti Burger King, Pizza Marzano, dan Ismaya telah mengambil langkah ini. Kamiami juga mendorong banyak perusahaan lain untuk mengikutinya," ungkap Aisah.
Berdasarkan studi terbaru yang dirilis oleh Virginia Tech’s School of Animal Sciences di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ayam petelur yang dibesarkan dalam sistem kandang konvensional hidup dalam ketakutan dan stres yang lebih tinggi, serta memiliki tingkat kekebalan yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang dibesarkan di sistem bebas kandang baterai dengan lingkungan yang diperkaya/enrichment.
Menurut para peneliti, respon rasa takut berlebih yang muncul pada sistem kandang konvensional dapat menyebabkan penurunan produksi telur, peningkatan tingkah laku mematuk bulu sendiri, dan peningkatan cedera tulang sehingga dapat menurunkan nilai dan masa produksi yang umumnya dikaitkan dengan sistem pemeliharaan intensif seperti kandang baterai.
“Studi ini memperkuat studi lain yang pernah dirilis bahwa sistem kandang baterai membuat hewan-hewan ini mengalami kehidupan yang menderita, ketakutan, dan kesakitan. Sains telah memperlihatkan bahwa ayam memiliki kemampuan kognitif dan emosional yang tinggi, sehingga industri produksi telur benar-benar harus meningkatkan standarnya dan meninggalkan sistem kandang baterai”, ungkap Aisah Nurul Fitri, Manajer Kesejahteraan Hewan di Act for Farmed Animal (AFFA) dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Selasa (2/8/2022).
Adapun kandang baterai adalah jenis kandang paling umum pada sistem pemeliharaan ayam petelur secara global. Sekitar 90% ayam petelur dalam industri produksi telur hidup dalam sistem ini. “Dalam kandang kecil yang penuh (diisi beberapa ayam sekaligus), para ayam tidak dapat melakukan sebagian besar perilaku alami mereka seperti bersarang atau melebarkan sayap sepanjang masa produksi, kurangnya ruang gerak tersebut mengakibatkan cedera parah seperti patah tulang sampai osteoporosis”, jelas Aisah.
Munculnya kontroversi seputar kondisi kesejahteraan hewan dalam sistem kandang baterai konvensional menyebabkan praktik tersebut dilarang di Uni Eropa dan beberapa negara bagian AS. Di Asia, banyak perusahaan telah mengikuti trend global bebas kandang dan telah melarang atau mulai menghapus penggunaan kandang baterai dari rantai pasokan pangan mereka.
“Perusahaan-perusahaan besar telah berkomitmen mengurangi penderitaan ayam petelur dari rantai pasokan pangan mereka dan beralih ke sistem bebas kandang baterai. Di Indonesia, beberapa perusahaan besar seperti Burger King, Pizza Marzano, dan Ismaya telah mengambil langkah ini. Kamiami juga mendorong banyak perusahaan lain untuk mengikutinya," ungkap Aisah.
(hri)
tulis komentar anda