Cegah Stunting, Begini Asupan Gizi dan Protein yang Tepat Bagi Anak
loading...
A
A
A
Menurut dr Nurul, Program Isi Piringku merupakan panduan gizi lengkap dan seimbang untuk sekali makan yang dapat mendukung pemenuhan asupan gizi harian anak. Agar dapat membantu pemenuhan nutrisi harian anak, makanan bergizi seimbang yang kaya dengan protein hewani, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan optimal anak serta membantu mencegah dan mengatasi stunting.
Selain itu, penting juga untuk dilengkapi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C yang bermanfaat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat guna mendukung tumbuh kembang maksimal anak. Sehingga dengan penyerapan yang optimal dapat membantu meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh anak.
Terdapat banyak sumber makanan yang mengandung protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah dan murah, seperti pada daging merah, ayam, hati, ikan, telur, serta susu terfortifikasi. Bahkan banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani.
Di Lombok misalnya, memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Di antaranya berbagai pangan laut seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang mudah ditemukan masyarakat.
Bahkan Nyale (cacing laut) ternyata kaya protein hewani hingga sebanyak 43,84%. Sedangkan telur ayam mengandung 12,2% dan susu sapi sekitar 3,5%, serta memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm).
"Selain pangan lokal yang kaya protein untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, dapat juga dilengkapi dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi dan vitamin C agar si kecil dapat tumbuh optimal,” tutup dr Nurul.
Dokter Spesialis Anak Ananta Fittonia Benvenuto menyebutkan, selama ini masih terdapat kesalahan paradigma orang tua dalam pemenuhan gizi di dua tahun pertama anak. Untuk mencegah stunting, anak seharusnya diperbanyak asupan protein hewani, bukan sayur-sayuran.
"Saya sendiri melihat masyarakat pasien anak-anak itu lebih banyak diminta untuk makan sayur, padahal sayur itu enggak begitu penting untuk anak usia dua tahun pertam. Justru protein hewani yang diutamakan, sayur-sayuran boleh, tapi hanya untuk mengenal," tegasnya.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar. Jika tidak ditangani dengan tepat, kata dia, kondisi stunting pada anak dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
Penting untuk dipahami bahwa penyebab utama permasalahan gizi adalah asupan gizi yang tidak optimal. Asupan protein hewani dan zat besi menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 hari pertama kehidupan, termasuk untuk pencegahan stunting.
Selain itu, penting juga untuk dilengkapi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C yang bermanfaat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat guna mendukung tumbuh kembang maksimal anak. Sehingga dengan penyerapan yang optimal dapat membantu meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh anak.
Terdapat banyak sumber makanan yang mengandung protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah dan murah, seperti pada daging merah, ayam, hati, ikan, telur, serta susu terfortifikasi. Bahkan banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani.
Di Lombok misalnya, memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Di antaranya berbagai pangan laut seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang mudah ditemukan masyarakat.
Bahkan Nyale (cacing laut) ternyata kaya protein hewani hingga sebanyak 43,84%. Sedangkan telur ayam mengandung 12,2% dan susu sapi sekitar 3,5%, serta memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm).
"Selain pangan lokal yang kaya protein untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, dapat juga dilengkapi dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi dan vitamin C agar si kecil dapat tumbuh optimal,” tutup dr Nurul.
Dokter Spesialis Anak Ananta Fittonia Benvenuto menyebutkan, selama ini masih terdapat kesalahan paradigma orang tua dalam pemenuhan gizi di dua tahun pertama anak. Untuk mencegah stunting, anak seharusnya diperbanyak asupan protein hewani, bukan sayur-sayuran.
"Saya sendiri melihat masyarakat pasien anak-anak itu lebih banyak diminta untuk makan sayur, padahal sayur itu enggak begitu penting untuk anak usia dua tahun pertam. Justru protein hewani yang diutamakan, sayur-sayuran boleh, tapi hanya untuk mengenal," tegasnya.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar. Jika tidak ditangani dengan tepat, kata dia, kondisi stunting pada anak dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
Penting untuk dipahami bahwa penyebab utama permasalahan gizi adalah asupan gizi yang tidak optimal. Asupan protein hewani dan zat besi menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 hari pertama kehidupan, termasuk untuk pencegahan stunting.