Kontribusi dalam Masa Pemulihan Kondisi Akibat Gempa Turki
loading...
A
A
A
ANKARA - Cuaca dingin dan hujan salju yang menyelimuti wilayah Turki saat ini menjadi ancaman baru bagi para penyintas gempa 7,4 magnitudo. Dalam kondisi seperti itu, mereka harus tinggal di tenda sementara.
Selain itu, para petugas penyelamat dan relawan pun harus berjuang melawan suhu dingin di tengah kegiatan penyelamatan korban yang masih terjebak di bawah puing-puing.
Chairman Harika Foundation Syuhelmaidi Syukur mengatakan, dirinya dan tim telah tiba di Kahramanmaras, lokasi yang terdampak gempa paling parah sejak Kamis (9/2/2023) lalu. Hari sebelumnya Syuhelmaidi Syukur terlebih dulu berkoordinasi dengan KBRI dan mitra NGO Turki lain di Ankara.
“Kami berangkat dari Istanbul Kamis sejak pukul lima pagi waktu Turki. Suhu udara di sini minus sepuluh derajat, bahkan saya sudah menggunakan lima lapis pakaian, namun dinginnya masih tembus juga. Tak terbayang para penyintas gempa dengan kondisi yang seadanya, tentu sangat mengkhawatirkan,” papar Syuhelmaidi melalui keterangan tertulis, Rabu (15/2/2023).
Syuhelmaidi menambahkan, Harika Foundation hadir untuk menyalurkan bantuan perlengkapan yang dibutuhkan para penyintas dari donatur Harika Foundation di kawasan Pusat Koordinasi AFAD (Disaster and Emergency Management Authority Turkey).
Pada Minggu (12/2/2023) lalu, Harika Foundation telah mendistribusikan 120 pakaian hangat untuk mahasiswa-mahasiswi Indonesia dari beberapa daerah gempa yang diungsikan ke Wisma Indonesia, Ankara.
“Saat gempa terjadi, mereka nggak ada waktu lagi untuk ambil barang-barang. Jadi hanya bawa badan dari TKP. Karena itu kami supply untuk baju-baju hangat supaya mereka lebih nyaman,” ujar Syuhelmaidi.
Selanjutnya pada Senin (13/2/2023), Harika Foundation mendirikan dapur umum di Kahramanmaras untuk makan siang pengungsi dan relawan.
Karena gempa kali ini termasuk salah-satu yang terbesar dalam sejarah Turki selama beberapa tahun, kata Syuhelmaidi, maka pemerintah setempat berharap dukungan internasional selama pemulihan yang kurang lebih akan memakan waktu tiga bulan untuk 10 provinsi yang terdampak.
Sejauh ini, menurut Syuhelmaidi Syukur, perlengkapan yang mereka butuhkan masih perlu didistribusikan secara merata. Namun, kendala pendistribusian yaitu ada beberapa jalur yang masih sulit dilalui akibat tertutup puing bangunan karena guncangan yang besar serta dinginnya cuaca.
Selain itu, para petugas penyelamat dan relawan pun harus berjuang melawan suhu dingin di tengah kegiatan penyelamatan korban yang masih terjebak di bawah puing-puing.
Chairman Harika Foundation Syuhelmaidi Syukur mengatakan, dirinya dan tim telah tiba di Kahramanmaras, lokasi yang terdampak gempa paling parah sejak Kamis (9/2/2023) lalu. Hari sebelumnya Syuhelmaidi Syukur terlebih dulu berkoordinasi dengan KBRI dan mitra NGO Turki lain di Ankara.
“Kami berangkat dari Istanbul Kamis sejak pukul lima pagi waktu Turki. Suhu udara di sini minus sepuluh derajat, bahkan saya sudah menggunakan lima lapis pakaian, namun dinginnya masih tembus juga. Tak terbayang para penyintas gempa dengan kondisi yang seadanya, tentu sangat mengkhawatirkan,” papar Syuhelmaidi melalui keterangan tertulis, Rabu (15/2/2023).
Syuhelmaidi menambahkan, Harika Foundation hadir untuk menyalurkan bantuan perlengkapan yang dibutuhkan para penyintas dari donatur Harika Foundation di kawasan Pusat Koordinasi AFAD (Disaster and Emergency Management Authority Turkey).
Pada Minggu (12/2/2023) lalu, Harika Foundation telah mendistribusikan 120 pakaian hangat untuk mahasiswa-mahasiswi Indonesia dari beberapa daerah gempa yang diungsikan ke Wisma Indonesia, Ankara.
“Saat gempa terjadi, mereka nggak ada waktu lagi untuk ambil barang-barang. Jadi hanya bawa badan dari TKP. Karena itu kami supply untuk baju-baju hangat supaya mereka lebih nyaman,” ujar Syuhelmaidi.
Selanjutnya pada Senin (13/2/2023), Harika Foundation mendirikan dapur umum di Kahramanmaras untuk makan siang pengungsi dan relawan.
Karena gempa kali ini termasuk salah-satu yang terbesar dalam sejarah Turki selama beberapa tahun, kata Syuhelmaidi, maka pemerintah setempat berharap dukungan internasional selama pemulihan yang kurang lebih akan memakan waktu tiga bulan untuk 10 provinsi yang terdampak.
Sejauh ini, menurut Syuhelmaidi Syukur, perlengkapan yang mereka butuhkan masih perlu didistribusikan secara merata. Namun, kendala pendistribusian yaitu ada beberapa jalur yang masih sulit dilalui akibat tertutup puing bangunan karena guncangan yang besar serta dinginnya cuaca.