Subvarian Orthrus di Indonesia Diyakini Bergejala Ringan, namun Rawan untuk Kelompok Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Covid-19 subvarian Orthrus yang masuk ke Indonesia diyakini memiliki gejalan lebih ringan. Pasalnya, menurut epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, varian baru ini merupakan turunan dari varian Omicron BA.2.75.
Varian Omicron diketahui lebih mudah menular, namun memiliki gejala yang ringan, ketimbang varian-varian sebelumnya, termasuk Delta.
"Bukanlah nama resmi ya, ini adalah turunan dari Omicron yang pertama terdeteksi Asia Tenggara. Dan ini adalah turunan dari BA.2.75 sudah cicit, jadi permasalahannya adalah varian CH.1.1 ini selain ada tentu turunan dari BA.2.75," ungkap Dicky ketika dihubungi, Rabu (22/2/2023).
Baca juga: Varian Orthrus dan Kraken Muncul, Epidemiolog Ingatkan Potensi Gelombang Baru Covid-19
Menurut Dicky, Orthrus memiliki gejala yang ringan seperti flu, atau Omicron lainnya. Meskipun demikian, terdapat kelompok yang rawan jika terkena Orthrus.
Mereka yang masuk dalam kelompok rentan di antaranya pemilik komorbid, ibu hamil, dan anak-anak. Kelompok ini lebih rentan mengalami gejalan cenderung berat, terlebih jika belum divaksin.
"Yang terdampak bisa flu atau dalam bentuk gangguan pernapasan dalam beberapa kasus, ada gangguan di hidung dan juga di tenggorokan yang menjadi khas," terangnya.
"Perlu ditingkatkan vaksinasi booster, khususnya pada kelompok rawan dari sisi pekerjaan, ataupun dari kondisi tubuh. Kalau sisi pekerjaan yaitu tenaga kesehatan dan buruh. Kalau dari kondisi tubuh, seperti lansia dan ibu hamil. Dan jangan lupa vaksinasi primer, khususnya pada anak-anak," jelas Dicky.
Untuk diketahui, varian Orthrus dilaporkan kali pertama di India pada Juli 2022. Hingga 18 Januari sudah dilaporkan sebanyak lebih dari 12 ribu kasus di 66 negara, dengan kasus terbanyak di Inggris, Denmark, Singapura, dan Selandia Baru.
Baca juga: Soal Pencegahan Virus Marburg, Dinkes DKI: Kurangi Kontak dengan Kelelawar
Orthrus saat ini masuk dalam kategori variants under monitoring Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu garis keturunan dari varian BA 2.75. Artinya, varian ini dicurigai memiliki karakteristik virus yang memicu risiko di masa mendatang.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Varian Omicron diketahui lebih mudah menular, namun memiliki gejala yang ringan, ketimbang varian-varian sebelumnya, termasuk Delta.
"Bukanlah nama resmi ya, ini adalah turunan dari Omicron yang pertama terdeteksi Asia Tenggara. Dan ini adalah turunan dari BA.2.75 sudah cicit, jadi permasalahannya adalah varian CH.1.1 ini selain ada tentu turunan dari BA.2.75," ungkap Dicky ketika dihubungi, Rabu (22/2/2023).
Baca juga: Varian Orthrus dan Kraken Muncul, Epidemiolog Ingatkan Potensi Gelombang Baru Covid-19
Menurut Dicky, Orthrus memiliki gejala yang ringan seperti flu, atau Omicron lainnya. Meskipun demikian, terdapat kelompok yang rawan jika terkena Orthrus.
Mereka yang masuk dalam kelompok rentan di antaranya pemilik komorbid, ibu hamil, dan anak-anak. Kelompok ini lebih rentan mengalami gejalan cenderung berat, terlebih jika belum divaksin.
"Yang terdampak bisa flu atau dalam bentuk gangguan pernapasan dalam beberapa kasus, ada gangguan di hidung dan juga di tenggorokan yang menjadi khas," terangnya.
"Perlu ditingkatkan vaksinasi booster, khususnya pada kelompok rawan dari sisi pekerjaan, ataupun dari kondisi tubuh. Kalau sisi pekerjaan yaitu tenaga kesehatan dan buruh. Kalau dari kondisi tubuh, seperti lansia dan ibu hamil. Dan jangan lupa vaksinasi primer, khususnya pada anak-anak," jelas Dicky.
Untuk diketahui, varian Orthrus dilaporkan kali pertama di India pada Juli 2022. Hingga 18 Januari sudah dilaporkan sebanyak lebih dari 12 ribu kasus di 66 negara, dengan kasus terbanyak di Inggris, Denmark, Singapura, dan Selandia Baru.
Baca juga: Soal Pencegahan Virus Marburg, Dinkes DKI: Kurangi Kontak dengan Kelelawar
Orthrus saat ini masuk dalam kategori variants under monitoring Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu garis keturunan dari varian BA 2.75. Artinya, varian ini dicurigai memiliki karakteristik virus yang memicu risiko di masa mendatang.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(nug)