Ramai Pengobatan Ibu Ida Dayak, Prof Zubairi Djoerban: Saya Tidak Menyarankan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ahli kesehatan Prof Zubairi Djoerban ikut angkat bicara soal hebohnya pengobatan alternatif ibu Ida Dayak yang banyak diminati masyarakat hingga viral di media sosial.
Prof Zubairi menegaskan bahwa dirinya tidak menyarankan pengobatan alternatif, karena semuanya ada proses uji klinis.
"Sebelumnya saya tegaskan bahwa saya tidak menyarankan pengobatan-pengobatan alternatif, tapi saya sedang membahas kenyataan di lapangan," kata Prof Zubairi dalam unggahannya di akun Twitter pribadinya yang dikutip, Minggu (9/4/2023).
Prof Zubairi menerangkan istilah lain dari pengobatan alternatif yaitu Complementary and Alternative Medicine (CAM). Dalam memilih pengobatan alternatif ia mengingatkan masyarakat lebih berhati-hati.
Sebab, lanjut dia, jangan sampai beberapa penyakit yang membutuhkan pengobatan medis, kemudian berhenti dan beralih ke alternatif. Namun, efek dari peralihan pengobatan tadi tidak pertimbangkan, akhirnya pasien meninggal dunia.
"Masalah mulai timbul ketika orang memakai CAM untuk pengobatan yang standarnya sudah jelas, yang tidak bisa tergantikan. Misalnya pasien kanker atau AIDS yang menghentikan pengobatan dan menggantinya dengan CAM," jelas Prof Zubairi.
"Nah, yang terjadi kemudian adalah pasien-pasien tersebut meninggal. Dari situ terjelaskan bahwa penyakit yang obatnya sudah standar dan jelas, ya tidak bisa memakai pengobatan CAM (alternatif)," tambahnya.
Terkat dengan pengobatan alternatif untuk kesehatan tulang, Prof Zubairi mengingatkan pentingnya asupan vitamin C dan D untuk menunjang kesembuhan sakit tulang. Sebab, hal ini cukup membantu untuk pembentukan sel-sel baru.
"Untuk diketahui, saya sampaikan dulu beberapa hal mengenai patah tulang. Rupanya kalau kita cukup makan vitamin C atau vitamin D dan kalsium, ternyata dapat membantu tubuh kita memproduksi sel-sel tulang baru," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi SpOT mengatakan tidak dapat memastikan apakah benar tidaknya pasien yang menjalani pengobatan alternatif itu sembuh.
Sebab, menurutnya, itu harus dibuktikan dalam ilmu kedokteran dan harus melakukan pemeriksaan lanjutan seperti rontgen.
Namun, ia memastikan dalam fenomena pengobatan alternatif yang instan ini jelas berbeda dengan ilmu kedokteran atau medis.
"Saya tidak bisa katakan, karena saya harus bertemu dengan pasien pernah berobat ke dia. Saya juga harus cek apakah setelah dirontgen ada perbaikan," kata dr Adib usai konferensi Pers terkait fenomena pengobatan alternatif di Gedung PB IDI Jakarta, belum lama ini.
"Karena di ilmu ortopedi (medis) ada kita perbaikan secara anatomis dan perbaikan secara fungsi, ada dua hal tadi, tulang nyambung, ya nyambung. Kemudian secara fungsi apakah bisa digunakan secara fungsi," tambahnya.
Prof Zubairi menegaskan bahwa dirinya tidak menyarankan pengobatan alternatif, karena semuanya ada proses uji klinis.
"Sebelumnya saya tegaskan bahwa saya tidak menyarankan pengobatan-pengobatan alternatif, tapi saya sedang membahas kenyataan di lapangan," kata Prof Zubairi dalam unggahannya di akun Twitter pribadinya yang dikutip, Minggu (9/4/2023).
Prof Zubairi menerangkan istilah lain dari pengobatan alternatif yaitu Complementary and Alternative Medicine (CAM). Dalam memilih pengobatan alternatif ia mengingatkan masyarakat lebih berhati-hati.
Sebab, lanjut dia, jangan sampai beberapa penyakit yang membutuhkan pengobatan medis, kemudian berhenti dan beralih ke alternatif. Namun, efek dari peralihan pengobatan tadi tidak pertimbangkan, akhirnya pasien meninggal dunia.
"Masalah mulai timbul ketika orang memakai CAM untuk pengobatan yang standarnya sudah jelas, yang tidak bisa tergantikan. Misalnya pasien kanker atau AIDS yang menghentikan pengobatan dan menggantinya dengan CAM," jelas Prof Zubairi.
"Nah, yang terjadi kemudian adalah pasien-pasien tersebut meninggal. Dari situ terjelaskan bahwa penyakit yang obatnya sudah standar dan jelas, ya tidak bisa memakai pengobatan CAM (alternatif)," tambahnya.
Terkat dengan pengobatan alternatif untuk kesehatan tulang, Prof Zubairi mengingatkan pentingnya asupan vitamin C dan D untuk menunjang kesembuhan sakit tulang. Sebab, hal ini cukup membantu untuk pembentukan sel-sel baru.
"Untuk diketahui, saya sampaikan dulu beberapa hal mengenai patah tulang. Rupanya kalau kita cukup makan vitamin C atau vitamin D dan kalsium, ternyata dapat membantu tubuh kita memproduksi sel-sel tulang baru," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi SpOT mengatakan tidak dapat memastikan apakah benar tidaknya pasien yang menjalani pengobatan alternatif itu sembuh.
Sebab, menurutnya, itu harus dibuktikan dalam ilmu kedokteran dan harus melakukan pemeriksaan lanjutan seperti rontgen.
Namun, ia memastikan dalam fenomena pengobatan alternatif yang instan ini jelas berbeda dengan ilmu kedokteran atau medis.
"Saya tidak bisa katakan, karena saya harus bertemu dengan pasien pernah berobat ke dia. Saya juga harus cek apakah setelah dirontgen ada perbaikan," kata dr Adib usai konferensi Pers terkait fenomena pengobatan alternatif di Gedung PB IDI Jakarta, belum lama ini.
"Karena di ilmu ortopedi (medis) ada kita perbaikan secara anatomis dan perbaikan secara fungsi, ada dua hal tadi, tulang nyambung, ya nyambung. Kemudian secara fungsi apakah bisa digunakan secara fungsi," tambahnya.
(hri)