Anak Anemia Berisiko Terkena Bullying, Bisa Alami Depresi
loading...
A
A
A
JAKARTA – Bullying atau perundungan kerap kali terjadi di masyarakat. Parahnya, anak yang mengalami anemia sejak dini lebih berisiko terkena bullying.
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani menjelaskan hal itu terjadi lantaran kurangnya zat besi dan vitamin c sedari anak kecil, serta kurangnya hormon dopamin yang menyebabkan anemia .
“Kalau anemia jalur dopaminnya terpengaruh jadi agak kurang. Kemudain apa yang terjadi? Konsentrasi anak akan bermasalah, dia juga mempunyai masalah dalam emosinya yang mana cenderung akan menunjukkan sifat negatif. Lalu, ketika berteman dan bergaul, anak jadi tidak optimal,” kata Anna Surti di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Anemia merupakan suatu kondisi, di mana seseorang kekurangan sel darah merah yang tidak tercukupi sehingga membuat anak mengalami masalah gangguan konsentrasi sejak masih kecil. Anak pun menjadi lebih sulit untuk begaul dan berkomunikasi dengan teman sebayanya. Di fase itulah temannya akan menganggap anak tersebut tidak nyambung.
Akibatnya anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Padahal, saat usia anak-anak, terlebih di bawah lima tahun, mempunyai banyak teman sangat dibutuhkan dalam usianya. Hal itu juga akan membuat prestasi di sekolahnya menurun. Akhirnya, anak akan mempunyai pikiran yang negatif bahwa teman-temannya tidak menganggap dirinya, dia juga akan rentan gampang dibully dan mengalami gangguan kejiwaan.
“Kalau anak alami emosi ini, dengan kondisi bullying emosinya akan makin rendah lagi. Aku kok dianggap tidak pintar, aku gagal, dan apalagi kalau prestasinya buruk. Kondisi ini akan memicu tumbuhnya bibit masalah baru dalam kejiawaan,” ucap Anna Surti.
Dijelaskannya, masalah kejiwaan dapat berupa dengan gangguan kecemasan atau anxiety, seperti munculnya rasa tidak percaya diri misalnya mau masuk sekolah tapi sudah deg-degan terlebih dahulu karena takut diledekin teman-temannya atau takut karena tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya.
Selain itu, bisa juga menimbulkan bibit masalah depresi, seperti anak akan merasa terus sedih, murung, dan lain sebagainya.
Contohnya si anak di asingkan oleh teman-temannya karena dianggap tidak mengerti apa-apa sehingga membuat anak menjadi sedih, ditambah anemia yang membuat kondisi tubuhnya cepat lelah. Hal itu yang berlanjut menjadi depresi.
Namun, keadaan itu tidak mesti terjadi, keadaan tersebut masih tetap bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal berupa skrining.
“Skriningnya itu penting sekali, dan pastikan memang asupan nutrisinya baik, stimulasinya baik, hubungan kita juga hangat dengan anak-anak. Sehingga itu bullying sama masalah kesehatan jiwa tidak sampai terjadi,” tutur Anna Surti.
Lihat Juga: 3 Fakta Pungutan Liar yang Harus Disetor dr. Aulia Risma ke Senior PPDS Undip yang Sangat Tidak Manusiawi
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani menjelaskan hal itu terjadi lantaran kurangnya zat besi dan vitamin c sedari anak kecil, serta kurangnya hormon dopamin yang menyebabkan anemia .
“Kalau anemia jalur dopaminnya terpengaruh jadi agak kurang. Kemudain apa yang terjadi? Konsentrasi anak akan bermasalah, dia juga mempunyai masalah dalam emosinya yang mana cenderung akan menunjukkan sifat negatif. Lalu, ketika berteman dan bergaul, anak jadi tidak optimal,” kata Anna Surti di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Anemia merupakan suatu kondisi, di mana seseorang kekurangan sel darah merah yang tidak tercukupi sehingga membuat anak mengalami masalah gangguan konsentrasi sejak masih kecil. Anak pun menjadi lebih sulit untuk begaul dan berkomunikasi dengan teman sebayanya. Di fase itulah temannya akan menganggap anak tersebut tidak nyambung.
Akibatnya anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Padahal, saat usia anak-anak, terlebih di bawah lima tahun, mempunyai banyak teman sangat dibutuhkan dalam usianya. Hal itu juga akan membuat prestasi di sekolahnya menurun. Akhirnya, anak akan mempunyai pikiran yang negatif bahwa teman-temannya tidak menganggap dirinya, dia juga akan rentan gampang dibully dan mengalami gangguan kejiwaan.
“Kalau anak alami emosi ini, dengan kondisi bullying emosinya akan makin rendah lagi. Aku kok dianggap tidak pintar, aku gagal, dan apalagi kalau prestasinya buruk. Kondisi ini akan memicu tumbuhnya bibit masalah baru dalam kejiawaan,” ucap Anna Surti.
Dijelaskannya, masalah kejiwaan dapat berupa dengan gangguan kecemasan atau anxiety, seperti munculnya rasa tidak percaya diri misalnya mau masuk sekolah tapi sudah deg-degan terlebih dahulu karena takut diledekin teman-temannya atau takut karena tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya.
Selain itu, bisa juga menimbulkan bibit masalah depresi, seperti anak akan merasa terus sedih, murung, dan lain sebagainya.
Contohnya si anak di asingkan oleh teman-temannya karena dianggap tidak mengerti apa-apa sehingga membuat anak menjadi sedih, ditambah anemia yang membuat kondisi tubuhnya cepat lelah. Hal itu yang berlanjut menjadi depresi.
Namun, keadaan itu tidak mesti terjadi, keadaan tersebut masih tetap bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal berupa skrining.
“Skriningnya itu penting sekali, dan pastikan memang asupan nutrisinya baik, stimulasinya baik, hubungan kita juga hangat dengan anak-anak. Sehingga itu bullying sama masalah kesehatan jiwa tidak sampai terjadi,” tutur Anna Surti.
Lihat Juga: 3 Fakta Pungutan Liar yang Harus Disetor dr. Aulia Risma ke Senior PPDS Undip yang Sangat Tidak Manusiawi
(tdy)