Roaster Jadikan Kopi Lokal Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Rabu, 26 April 2017 - 09:19 WIB
Roaster Jadikan Kopi Lokal Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Roaster Jadikan Kopi Lokal Tuan Rumah di Negeri Sendiri
A A A
YOGYAKARTA - Minum kopi atau istilahnya ngopi, kini sudah menggejala bahkan sudah menjadi tren tak hanya kalangan tua, orang muda pun juga melakukan hal yang sama. Nongkrong di warung atau kedai kopi kini sudah menjadi gaya hidup anak muda di Yogyakarta. Mengerjakan tugas kuliah, ketemuan dengan teman ataupun bahkan pacaran sering mereka lakukan di kedai kopi.

Wajar jika di wilayah ini tumbuh subur kedai kopi. Kini hampir setiap sudut kota Yogyakarta bisa dijumpai kedai kopi. Mulai dari konsep kaki lima yang menyajikan kopi alakadarnya hingga kedai kopi kelas bintang lima. Dan hampir setiap waktu selalu dipenuhi oleh berbagai kalangan mulai dari kelas berdasi hingga kelas buruh bau keringat ikan teri.

Kopi seolah menjadi kebutuhan kekinian untuk menunjukkan kelas seseorang. Bagaimana tidak, seorang eksekutif muda tentu memilih kedai kopi yang berkelas juga untuk sekedar nongkrong ataupun melakukan rapat dengan klien. Fasilitas kelas hotel berbintang dengan menu western sebagai pendamping menjadi sebuah keharusan di samping suasana yang nyaman diiringi musik sesuai selera hingga wifi full servis menambah betah.

Kopi menjadi menu utama untuk meskipun sebenarnya hanya pelengkap suasana untuk nongkrong semata. Jenis kopinya pun sangat beraneka ragam mulai dari kopi lokal hingga kopi berkelas internasional asal berbagai negara. Jumlah kopinyapun mencapai ratusan dan untuk kopi lokal setidaknha ada sekitar 15 jenis kopi seperti kopi Gayo, Sumatra Utara, Jawa Barat, Sulawesi, Bali, Flores, Papua, Aceh ataupun kopi lokal lainnya.

Kunci dari kenikmatan sebuah biji kopi sangat bergantung pada seorang roaster yang mengolahnya. Roaster tak sekedar membuat kopi tetapi juga seni bagaimana menghasilkan sebuah kopi yang enak. Karena minum kopi kini juga menjadi sebuah seni tersendiri bagi sebagian kalangan.

Seorang roaster harus benar-benar paham bagaimana cara menghidupkan karakteristik rasa dari biji kopi tersebut. Seperti yang dilakukan oleh seorang Andry Mahardika, roaster asal Yogyakarta yang sudah belasan tahun menekuni profesiya. Berawal dari pengetahuannya seputar kopi selama sebelas tahun, Andry Mahardika mulai menekuni bisnisnya menjadi seorang roaster kopi yang ternyata sangat menjanjikan.

Awalnya, ia memang hanya mencampur campur biji kopi untuk dinikmati sendiri atau ketika datang teman-temannya ke kediamannya. Respon temannyapun beragam namun sebagian besar mengaku puas dengan kopi sajian hasil roastingannya. Iapun lantas mencoba mengemasnya menjadi sebuah brand kopi sendiri.

“Saat ini ada sekitar 500 coffee shop di Yogya. Kalau saya meroasting kopi lokal saja," ujarnya.

Dari ratusan kedai kopi alias coffee shop yang ada, tidak semua mengolah kopinya sendiri. Para roaster kopi ini yang akan di cari mereka untuk menyuplai biji kopi yang matang dan siap dipakai. Itulah yang membuatnya mantap untuk terjun di dunia kopi di Kota Gudeg ini.

Menurutnya, tugas roaster sendiri adalah menyangrai biji kopi yang mentah berwarna hijau menjadi kecoklatan. Pekerjaan ini tentu bukan hal yang mudah karena setiap biji kopi mempunyai karakter yang berbeda-beda termasuk bagaimana mereka melewati proses senyawa kimianya.

Untuk mencapai level yang memuaskan Andry harus melakukan eksperimen terlebih dahulu dengan sampel beberapa gram biji kopi. Eksperimen memang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil roasting yang nikmat dan pas. Karena setiap jenis kopi memang memiliki karakteristik berbeda ketika diroasting.

"Jadi tidak sekedar roasting, harus ada fell tersendiri," imbuh alumni fisipol UGM tersebut.

Dengan menggunakan mesin roasting buatan luar negeri, Andry membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit untuk 3 kg biji kopi. Dalam sehari ia dapat meroasting sekitar 10 kg biji kopi artinya dalam seminggu ia dapat menghasilkan kopi matang sebanyak 70 kg. Kuantitas kopi hasil roastingannta bisa berubah tergantung ketersediaan kopi dari petaninya.

Permintaan pasar sendiri sangat besar, dalam seminggu Andry dapat menjual hingga 60 kg kopi dengan harga mulai Rp 180-240 ribu perkilonya. Kopi hasil roastingan Andry yang diberi nama The Creator ini sudah mempunyai banyak peminatnya. Biasanya mereka mengambil di salah satu coffee shop yang berada di sekitar Terban tempat Andry dan pelanggannya berkumpul.

Menurutnya, bisnis kopi dari roasting ini sangat menjanjikan, selain pendapatan yang lumayan bisnis tersebut juga tidak ada masa kadaluarsanya. Artinya sampai kapanpun penikmat kopi tidak akan ada habisnya. Hal ini yang membuatnya menekuni bisnis ini dan akan mengembangkannya ke arah yang lebih baik lagi.

Andry juga memiliki mimpi mempunyai tempat sendiri yang dikhususkan untuk lokasi belajar orang yang mau mengenal kopi serta terus menjaga keutuhan rantai perjalanan kopi dari hulu sampai hilir. Kini ia sedang berpikir keras untuk mewujudkan impiannya tersebut.

Profesi roaster juga membuat seorang Amron Risdianto tertarik untuk mempelajarinya. Pria asli Sewon yang sehari-hari bekerja di sebuah Non Goverment Organization (NGO) ini kini juga mulai merintis bisnis kopi. Berbagai kopi lokal ia coba roasting sebelum ia kemas dan pasarkan kepada kolega-koleganya.

"Saya baru berpikir apa nama yang pas untuk kopi saya," tutur laki-laki yang akrab dipanggil Tepos ini.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4746 seconds (0.1#10.140)