Lebih 50 Persen Wanita Alami Gangguan Dasar Panggul Pasca Melahirkan

Kamis, 26 Oktober 2023 - 09:09 WIB
loading...
Lebih 50 Persen Wanita...
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair Prof. Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr, Sp.O.G., Subsp. Urogin-RE. Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Gangguan dasar panggul adalah kondisi klinis yang disebabkan kelemahan/kerusakan dasar panggul. Gangguan ini dapat berupa Inkontinensia Urin (IU)/beser, Prolaps Organ Panggul (POP), overactive bladder (kandung kemih terlalu aktif dan mudah berkemih), disfungsi seksual, ataupun inkontinensia fekal dan flatal (ketidakmampuan menahan buang air besar dan buang angin).

Penelitian memperkirakan lebih dari 50% wanita yang melahirkan mengalami gangguan dasar panggul, terutama POP dan Inkontinensia Urin.

"Kejadian meningkat seiring bertambahnya usia, terutama wanita paruh baya dan lanjut usia. Prevalensi POP secara keseluruhan pada wanita paruh baya sekitar 30% di Tiongkok dan 19% di Australia, sedangkan wanita berusia di atas 60 tahun di Amerika Serikat, didapatkan prevalensi lebih dari 50%. Wu et al (2020) memperkirakan tahun 2050 jumlah perempuan yang menderita POP bergejala meningkat minimal 46% di Amerika Serikat," kata Prof. Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr, Sp.O.G., Subsp. Urogin-RE saat menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Rabu (25/10/2023).



Menurut Eighty, masalah kesehatan terkait uroginekologi jarang mengancam jiwa, namun mempunyai dampak besar pada kualitas hidup individu serta mempengaruhi kesehatan perempuan jangka panjang.

Wanita dengan prolaps organ panggul dan gejala inkontinensia urin memiliki indikator kualitas hidup fungsi seksual yang lebih rendah jika dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita inkontinensia urin, perbedaan antarkelompok signifikan secara statistik (G. Stadnicka, 2013).

Lebih dari separuh wanita dengan prolaps organ panggul memiliki kualitas hidup yang buruk. Prolaps organ panggul stadium III/IV, durasi prolaps yang lebih lama, wanita menopause, dan wanita belum menikah merupakan faktor yang signifikan secara statistik terhadap kualitas hidup wanita dengan prolaps organ panggul (Zewdu Tefera et al, 2023).

Pengobatan

Pengobatan untuk kondisi tersebut dilakukan secara konservatif dan operatif. Pada kondisi gangguan dasar panggul ringan diutamakan konservatif. Wanita yang gagal/tidak berkenan menjalani pengobatan konservatif akan dilakukan pembedahan.

POP dapat dilakukan pembedahan preservasi rahim/dengan mengangkat rahim. Pemilihan jenis tindakan disesuaikan dengan diagnosis. Perbaikan bedah Prolaps dinding vagina masih menjadi salah satu tantangan tersulit dalam rekonstruksi dasar panggul wanita. Tingkat kekambuhan berkisar antara 40%-60%.

Implan mesh untuk perbaikan POP telah digunakan untuk mengurangi risiko kekambuhan. Sayangnya ada rasa tidak nyaman pada vagina akibat dari mesh yang menonjol keluar, nyeri terus-menerus, dan erosi uretra dan/atau kandung kemih. Sekitar 10% wanita penderita POP yang diobati dengan TVM mengalami erosi mesh dalam waktu 12 bulan, 38,6% mengalami nyeri vagina dan/atau dispareunia serta 3,6% ekstrusi vagina. Komplikasi lain termasuk infeksi dan retensi urin.


Membran Amnion Jadi Terapi Regeneratif

Salah satu yang diharapkan dapat menjawab permasalahan ini adalah mengembangkan inovasi terapi regeneratif dengan memanfaatkan membran amnion. Banyak keuntungan yang menjadi alasan pemilihan membran amnion, termasuk ketersediaan, biaya rendah, dan kesederhanaan isolasi.

Membran amnion disimpan dalam bentuk segar, kriopreservasi, atau kering. Untuk pemanfaatan membran amnion secara optimal, maka dikombinasikan dengan material lain. Modifikasi ini dikategorikan menjadi tiga kelompok utama yaitu komposit berbasis membran amnion, ekstrak membran amnion/amnion membran extract (AME), dan hidrogel berbasis membran amnion.

Penelitian Lau et al yang dipublikasikan pada tahun 2020 menggunakan membran amnion sebagai bahan yang dicangkokkan untuk menutupi cacat vagina setelah eksisi parsial erosi mesh.

Tidak ada komplikasi intraoperatif dan tidak ada pasien yang melaporkan gejala lebih lanjut hingga 27 bulan pasca operasi. Seifeldin (2015) memanfaatkan cangkok membran amnion berhasil digunakan untuk mengobati cacat dinding vagina tanpa komplikasi serius.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengevaluasi keamanan teknik bedah baru untuk perbaikan dinding vagina ini.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1887 seconds (0.1#10.140)