Cerita Sedih Tenaga Medis di RS Indonesia Gaza: Kami Andalkan Obor untuk Terangi Pasien
loading...
A
A
A
Dokter Marwan Sultan, Direktur Medis di Rumah Sakit Indonesia mengatakan, situasi di rumah sakit memburuk karena generator listrik kehabisan bahan bakar. Dua hari setelah pengeboman kamp pengungsian Jabalia atau pada 2 November 2023, rumah sakit itu kehilangan daya listrik.
"Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa," ujar Dokter Marwan, dikutip dari BBC.
"Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil," ucap Marwan sedih.
Marwan berkata, ketika itu dia khawatir Rumah Sakit Indonesia memasuki tahap akhir dan tidak bisa beroperasi sama sekali.
Hal senada juga dikhawatirkan oleh Fikri Rofiul Haq. Dia mengatakan, serangan Israel sudah membuat kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza rusak. Dia khawatir kondisi tersebut semakin memburuk ketika musim dingin tiba di Palestina.
"Musim dingin akan datang dan jika perang terus berlanjut, para pengungsi di Gaza akan benar-benar dalam kondisi yang berbahaya karena tidak ada selimut, jaket, dan kasur yang cukup buat mereka," keluh Fikri Rofiul Haq.
Mirisnya, pada saat yang bersamaan Israel justru menuduh Rumah Sakit Indonesia di Gaza merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh gerilyawan Hamas untuk bersembunyi.
Juru bicara militer Israel (IDF) Brigjen Daniel Hagari mengatakan, markas Hamas berada di bawah sejumlah rumah sakit di Gaza, termasuk RS Indonesia di Gaza bagian utara. Dia pun membandingkan citra satelit area rumah sakit sejak 2010 di mana terdapat pos Hamas di dekatnya.
Menurutnya, Hamas secara sistematis menggunakan rumah sakit sebagai bangunan untuk menyamarkan operasi mereka. Sekaligus "perisai" apabila pasukan Israel melakukan serangan udara ke sana.
Lihat Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Resmikan Ciputra Hospital Surabaya, Dilengkapi Peralatan Canggih
"Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa," ujar Dokter Marwan, dikutip dari BBC.
"Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil," ucap Marwan sedih.
Marwan berkata, ketika itu dia khawatir Rumah Sakit Indonesia memasuki tahap akhir dan tidak bisa beroperasi sama sekali.
Hal senada juga dikhawatirkan oleh Fikri Rofiul Haq. Dia mengatakan, serangan Israel sudah membuat kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza rusak. Dia khawatir kondisi tersebut semakin memburuk ketika musim dingin tiba di Palestina.
"Musim dingin akan datang dan jika perang terus berlanjut, para pengungsi di Gaza akan benar-benar dalam kondisi yang berbahaya karena tidak ada selimut, jaket, dan kasur yang cukup buat mereka," keluh Fikri Rofiul Haq.
Mirisnya, pada saat yang bersamaan Israel justru menuduh Rumah Sakit Indonesia di Gaza merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh gerilyawan Hamas untuk bersembunyi.
Juru bicara militer Israel (IDF) Brigjen Daniel Hagari mengatakan, markas Hamas berada di bawah sejumlah rumah sakit di Gaza, termasuk RS Indonesia di Gaza bagian utara. Dia pun membandingkan citra satelit area rumah sakit sejak 2010 di mana terdapat pos Hamas di dekatnya.
Menurutnya, Hamas secara sistematis menggunakan rumah sakit sebagai bangunan untuk menyamarkan operasi mereka. Sekaligus "perisai" apabila pasukan Israel melakukan serangan udara ke sana.
Lihat Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Resmikan Ciputra Hospital Surabaya, Dilengkapi Peralatan Canggih
(tsa)