Profil Mahmoud Darwish, Penyair Palestina yang Selalu Menentang Keberadaan Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahmoud Darwish merupakan penyair Palestina yang terkenal akan karyanya. Dalam beberapa syairnya, dia kerap membela Palestina atas kependudukan Israel.
Selain dikenal sebagai penyair, Darwish juga merupakan seorang politikus dan penulis. Bahkan dirinya dianggap sebagai sosok motivator Palestina setelah perang enam hari di tahun 1967.
Sudah beberapa kali karyanya mampu membangkitkan semangat warga Palestina untuk menghadapi Israel dengan tegar. Meski sudah meninggal pada 9 Agustus 2008, namun karya sang penyair masih tetap membekas di hati penduduk Palestina hingga saat ini.
Pada saat negara Israel terbentuk, Darwish sempat menyaksikan pembantaian yang memaksa keluarganya melarikan diri ke Lebanon. Tidak hanya itu, ia juga sempat melarikan diri ke Prancis.
Berbagai penderitaan yang dialami Darwish kala muda tak lantas membuatnya menyerah. Ia justru bangkit dan melawan dengan karyanya.
Menurut laman Poetry Foundation, Darwish sempat dipenjara di tahun 1960-an karena membacakan puisi yang dianggap kontroversial dan bepergian antardesa tanpa izin.
Darwish dianggap sebagai penyair perlawanan dan ditahan ketika puisinya yang berjudul "Kartu Identitas" dianggap sebagai lagu protes.
Untuk riwayat pendidikannya sendiri, Darwish pernah menuntut ilmu di Universitas Moskow dan lulus di tahun 1970. Dirinya lantas bekerja di kantor surat kabar Al Ahram, Kairo, Mesir.
Selanjutnya, dia sempat tinggal di Lebanon dari tahun 1973 hingga 1982 untuk menjadi pengedit jurnal. Barulah setelahnya dia mulai masuk dan bertugas di komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina dari tahun 1987 hingga 1993.
Selain dikenal sebagai penyair, Darwish juga merupakan seorang politikus dan penulis. Bahkan dirinya dianggap sebagai sosok motivator Palestina setelah perang enam hari di tahun 1967.
Sudah beberapa kali karyanya mampu membangkitkan semangat warga Palestina untuk menghadapi Israel dengan tegar. Meski sudah meninggal pada 9 Agustus 2008, namun karya sang penyair masih tetap membekas di hati penduduk Palestina hingga saat ini.
Profil Mahmoud Darwish
Dilansir dari Britannica, Mahmoud Darwish lahir pada 13 Maret 1942 si Al Birwa, Palestina, yang sekarang sudah menjadi wilayah Israel setelah berdirinya negara tersebut pada 1948.Pada saat negara Israel terbentuk, Darwish sempat menyaksikan pembantaian yang memaksa keluarganya melarikan diri ke Lebanon. Tidak hanya itu, ia juga sempat melarikan diri ke Prancis.
Berbagai penderitaan yang dialami Darwish kala muda tak lantas membuatnya menyerah. Ia justru bangkit dan melawan dengan karyanya.
Menurut laman Poetry Foundation, Darwish sempat dipenjara di tahun 1960-an karena membacakan puisi yang dianggap kontroversial dan bepergian antardesa tanpa izin.
Darwish dianggap sebagai penyair perlawanan dan ditahan ketika puisinya yang berjudul "Kartu Identitas" dianggap sebagai lagu protes.
Untuk riwayat pendidikannya sendiri, Darwish pernah menuntut ilmu di Universitas Moskow dan lulus di tahun 1970. Dirinya lantas bekerja di kantor surat kabar Al Ahram, Kairo, Mesir.
Selanjutnya, dia sempat tinggal di Lebanon dari tahun 1973 hingga 1982 untuk menjadi pengedit jurnal. Barulah setelahnya dia mulai masuk dan bertugas di komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina dari tahun 1987 hingga 1993.