Sarapan Lengkap dengan Coto Makassar

Minggu, 24 Desember 2017 - 16:32 WIB
Sarapan Lengkap dengan Coto Makassar
Sarapan Lengkap dengan Coto Makassar
A A A
KETIKA sarapan, keseimbangan gizi yang terkandung di dalam makanan tetap harus diperhatikan. Jadi, jangan asal kenyang. Nah, kalau sedang ada di Makassar, Sulawesi Selatan, menu makan pagi yang wajib dicoba adalah coto. Kandungan rempahnya yang sangat banyak dengan isi nan lengkap seakan mampu menjadi mood booster. Coto mangkasara atau lebih dikenal dengan nama coto makassar berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan.

Ada banyak versi cerita terkait kemunculan menu kuah berisi daging dan jeroan sapi ini. Versi pertama menyebutkan, coto merupakan menu yang khusus dihidangkan kala ada tamu penting istana. Namun, versi lain mengatakan, coto justru diciptakan oleh rakyat jelata dan kerap disajikan buat para penjaga istana kerajaan Gowa sebagai menu makan pagi.

Mungkin karena merujuk pada sejarah tersebut, saat ini coto kerap dijadikan menu sarapan. Tak heran, pada pagi hari, warung coto selalu dipenuhi pembeli. Termasuk di hotel Makassar, sup berkuah pekat ini juga disajikan sebagai menu makan pagi.

Salah satu tempat di Makassar yang menyajikan coto adalah rumah makan Aroma Coto Gagak. Warung ini selalu menjadi destinasi favorit para penikmat makanan di Kota Daeng. Konon, kelezatan coto besutan warung ini di pengaruhi oleh kuali tanah liat tempat memasak kuah coto. Secara turun-temurun, Djamaluddin Daeng Nassa yang kini mengelola Aroma Coto Gagak mengadopsi cara tersebut. Termasuk tidak menggantikan kayu bakar sebagai sumber pembakaran masakan di warung ini.

Tak kurang dari 30 jenis rempah digunakan Djamaluddin untuk membumbui kuah cotonya. Antara lain kacang, kemiri, cengkih, pala, serai yang ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, lengkuas, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seledri, cabai merah, cabai hijau, gula tala, asam, kayu manis, garam, pepaya muda untuk melembutkan daging, dan kapur untuk membersihkan jeroan.

Seperti apa dia mengolahnya? Itu rahasia Djamaluddin. Namun, jika Anda ingin mendapatkan cita rasa coto ala Coto Gagak, sang owner siap membagikan bumbu dasar cotonya kepada siapa saja yang bersedia membeli seharga beberapa puluh ribu rupiah untuk satu kilogramnya. "Ya, bumbunya memang dijual," tandas Djamaluddin saat di jumpai di warungnya beberapa waktu lalu.

Beragam varian isi bisa dipilih untuk memperlezat coto seharga Rp15.000 perporsi ini. Ada daging, babat, paru, hati, juga jeroan. Seluruh bahan diproses dengan cara direbus, lalu digoreng. Menu ini biasa disantap dengan ketupat. Tiap hari, warung Aroma Coto Gagak yang sudah berusia 40-an tahun bisa menghabiskan 7.000 buah ketupat demi memenuhi permintaan pelanggannya. "Yang membuat ketupat pun harus orang tepercaya demi menjaga kualitas," imbuh Djamaluddin.

Kualitas menjadi kata kunci bagi Djamaluddin untuk menjaga eksistensi usahanya. Daging adalah yang utama. Pengelola warung ini biasa mengambil daging sapi dari Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Jumlahnya mencapai 40-50 kg per hari.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8613 seconds (0.1#10.140)