Mengenal Heart Failure Monitor, Alat Pendeteksi Kadar Air dalam Paru-Paru untuk Pasien Gagal Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penting bagi pasien gagal jantung untuk memonitor kadar air di dalam paru-paru. Sebab, kadar cairan menjadi indikator keseriusan penyakit.
Pada beberapa pasien, kadar cairan yang tinggi dalam paru-paru dapat menyebabkan masalah seperti kesulitan bernapas hingga kaki bengkak. Kalau sudah begini, tindakan intensif di rumah sakit harus segera dilakukan.
Nah, jika biasanya pemantauan kondisi paru-paru hanya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan, kini pasien gagal jantung dapat melakukannya secara mandiri di rumah.
Ya, kini tersedia teknologi untuk memonitor pasien gagal jantung dari jarak jauh yang bernama Heart Failure Monitor (HFM) bikinan SPACE Singapore. Beberapa pasien gagal jantung di Primaya Hospital sudah menggunakan alat ini.
"HFM ini adalah perangkat digital yang bermanfaat untuk pemantauan jarak jauh pasien gagal jantung yang bekerja dengan mendeteksi gejala yang signifikan, sehingga dapat dilakukan tindakan intervensi dengan cepat dan tepat," papar Prof Wee Ser, Co-Founder dan CEO SPACE Singapore, saat ditemui di Primaya Hospital Tangerang, belum lama ini.
Prof Wee melanjutkan, HFM melibatkan kecanggihan AI dalam pengoperasiannya. Teknologi ini sekilas miris stetoskop digital yang penggunaannya disambungkan ke aplikasi yang ada di smartphone.
Alat ini bekerja dengan mendeteksi kelebihan cairan pada paru-paru, yang merupakan gejala umum gagal jantung hanya dalam kurun waktu 30 detik setelah alat diletakkan di dada kanan-kiri pasien. Hasil pemeriksaan akan masuk ke ponsel pintar pasien untuk kemudian dianalisis oleh dokter dan diberikan penanganan yang tepat.
"Alat ini telah dites pada lebih dari 3.000 pasien gagal jantung di Tan Tock Seng Hospital yang merupakan bagian dari Singhealth Group dari Singapore dan Primaya Hospital," terang Prof Wee.
"Hasil pembacaan alat akurasinya mencapai lebih dari 90%," jelasnya.
Lantas, bagaimana cara menggunakan HFM?
Dokter Spesialis Jantung Primaya Hospital dr Rony M. Santoso, SpJP (K) menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat menggunakan alat ini.
Pertama adalah pastikan ruangan tidak bising. Jadi, usahakan melakukan pengukuran dengan HFM di ruangan yang tenang, karena suara yang bising akan memengaruhi hasil pemeriksaan.
Kedua, pastikan alat HFM menempel langsung ke dada.
"Walau sebetulnya hasil tetap akan terbaca jika pasien menggunakan baju, tapi akan lebih baik jika alat ditempelkan langsung ke dada kanan dan kiri," jelas dr Rony.
Hal penting lain yang harus diperhatikan saat pemeriksaan adalah postur tubuh harus tegak. Ini pun akan menjadi faktor penting hasil pemeriksaan.
"Poin lainnya adalah, saat pemeriksaan dilakukan pastikan pasien menarik napas dalam-dalam agar suara paru-paru terbaca dengan baik, karena data suara paru-paru akan terbaca juga di alat tes," ungkap dr Rony.
Lebih lanjut, untuk waktu pemakaiannya sendiri, dr Rony, menyarankan agar pasien melakukan pemeriksaan sekali sehari di pagi hari, karena itu waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan.
Pada beberapa pasien, kadar cairan yang tinggi dalam paru-paru dapat menyebabkan masalah seperti kesulitan bernapas hingga kaki bengkak. Kalau sudah begini, tindakan intensif di rumah sakit harus segera dilakukan.
Nah, jika biasanya pemantauan kondisi paru-paru hanya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan, kini pasien gagal jantung dapat melakukannya secara mandiri di rumah.
Ya, kini tersedia teknologi untuk memonitor pasien gagal jantung dari jarak jauh yang bernama Heart Failure Monitor (HFM) bikinan SPACE Singapore. Beberapa pasien gagal jantung di Primaya Hospital sudah menggunakan alat ini.
"HFM ini adalah perangkat digital yang bermanfaat untuk pemantauan jarak jauh pasien gagal jantung yang bekerja dengan mendeteksi gejala yang signifikan, sehingga dapat dilakukan tindakan intervensi dengan cepat dan tepat," papar Prof Wee Ser, Co-Founder dan CEO SPACE Singapore, saat ditemui di Primaya Hospital Tangerang, belum lama ini.
Prof Wee melanjutkan, HFM melibatkan kecanggihan AI dalam pengoperasiannya. Teknologi ini sekilas miris stetoskop digital yang penggunaannya disambungkan ke aplikasi yang ada di smartphone.
Alat ini bekerja dengan mendeteksi kelebihan cairan pada paru-paru, yang merupakan gejala umum gagal jantung hanya dalam kurun waktu 30 detik setelah alat diletakkan di dada kanan-kiri pasien. Hasil pemeriksaan akan masuk ke ponsel pintar pasien untuk kemudian dianalisis oleh dokter dan diberikan penanganan yang tepat.
"Alat ini telah dites pada lebih dari 3.000 pasien gagal jantung di Tan Tock Seng Hospital yang merupakan bagian dari Singhealth Group dari Singapore dan Primaya Hospital," terang Prof Wee.
"Hasil pembacaan alat akurasinya mencapai lebih dari 90%," jelasnya.
Lantas, bagaimana cara menggunakan HFM?
Dokter Spesialis Jantung Primaya Hospital dr Rony M. Santoso, SpJP (K) menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat menggunakan alat ini.
Pertama adalah pastikan ruangan tidak bising. Jadi, usahakan melakukan pengukuran dengan HFM di ruangan yang tenang, karena suara yang bising akan memengaruhi hasil pemeriksaan.
Kedua, pastikan alat HFM menempel langsung ke dada.
"Walau sebetulnya hasil tetap akan terbaca jika pasien menggunakan baju, tapi akan lebih baik jika alat ditempelkan langsung ke dada kanan dan kiri," jelas dr Rony.
Hal penting lain yang harus diperhatikan saat pemeriksaan adalah postur tubuh harus tegak. Ini pun akan menjadi faktor penting hasil pemeriksaan.
"Poin lainnya adalah, saat pemeriksaan dilakukan pastikan pasien menarik napas dalam-dalam agar suara paru-paru terbaca dengan baik, karena data suara paru-paru akan terbaca juga di alat tes," ungkap dr Rony.
Lebih lanjut, untuk waktu pemakaiannya sendiri, dr Rony, menyarankan agar pasien melakukan pemeriksaan sekali sehari di pagi hari, karena itu waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan.
(tsa)