Tingkatkan Literasi Membaca, Seniman Popomangun Hadirkan Instalasi Baca Buku di Stasiun

Jum'at, 23 Februari 2024 - 21:37 WIB
loading...
Tingkatkan Literasi Membaca, Seniman Popomangun Hadirkan Instalasi Baca Buku di Stasiun
Seniman Popomangun memiliki kepedulian terhadap minat membaca masyarakat Indonesia yang masih sangat minim. Untuk itu, ia pun terlibat dalam Baca Buku di KRL yang bekerja sama dengan Gramedia, KAI, dan KAI Commuter. Foto/MPI/Syifa Fauziah Ramadhani
A A A
JAKARTA - Seniman Popomangun memiliki kepedulian terhadap minat membaca masyarakat Indonesia yang masih sangat minim. Untuk itu, ia pun terlibat dalam “Baca Buku di KRL” yang bekerja sama dengan Gramedia, KAI, dan KAI Commuter.

Dalam kolaborasinya ini, Popomangun membuat instalasi lemari baca dengan desain yang sangat unik. Ia membuat instalasi seni di lemari buku itu, terinspirasi dari memori masa kecil saat pertama kali membaca buku.

"Waktu kecil saya lihat warna dan gambar dari buku. Melihat ilustrasi dari buku di Gramedia terutama, karena orang tua saya ajak ke sana. Yang saya lihat gambarnya dulu kalau menarik saya baca. Memori itu yang bikin saya tertarik," ujar Popomangun dalam konferensi pers launching “Baca Buku di KRL” di Stasiun Jakarta Kota, Jumat (23/2/2024).



Popomangun mengatakan, instalasi baca tersebut dibuat sangat menarik dengan teknik seni dekoratif sesuai dengan kemampuannya. Ia menggunakan warna yang playful dan colorful sehingga bisa menarik perhatian orang untuk membaca buku.

Tak hanya itu, beberapa ornamen di instalasi tersebut juga cukup menarik perhatian. Rupanya setiap ornamen itu memiliki makna mendalam.

"Ada bentuk awan, secara filosofi ada di atas di mana itu jadi sumbernya imajinasi dan fantasi. Terus ada tangga di atas. Kenapa di atas? Karena sebuah simbol kalau membaca selalu menuju ke depan gerbang awal untuk mengetahui banyak hal," tuturnya.

Popo menambahkan, bentuk siluet yang ada pada instalasi tersebut memiliki banyak arti. Misalnya ada gambar tumbuhan yang bisa dimaknai sebagai tumbuh, bisa juga sebagai jari, tangan yang melambai, atau buku yang sedang terbuka.

"Karena dari awal seninya dekoratif kayak main puzzle, nggak ada standar atau aturan baku, karena tujuan dekoratif seperti itu yang sebenarnya tata letak yang bisa diubah," bebernya.

Selama mengerjakan project ini, Popomangun mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti. Hanya, dia sempat mengalami kesulitan saat melakukan reset.

"Saya cari tahu inovasinya Gramedia selama 54 tahun ini. Kira-kira artistik apalagi yang akan ditampilkan. Itu sih, selebihnya so far so good," tambahnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1225 seconds (0.1#10.140)