10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Minggu, 02 Juni 2024 - 20:15 WIB
loading...
10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia
TasteAtlas merilis daftar jajanan kaki lima dengan rating terburuk di Asia Tenggara. Daftar ini dibuat berdasarkan pengalaman pengguna di seluruh dunia. Foto/TasteAtlas
A A A
JAKARTA - TasteAtlas, sebuah platform yang terkenal dengan ulasan kuliner dari seluruh dunia, baru-baru ini merilis daftar jajanan kaki lima dengan rating terburuk di Asia Tenggara. Daftar ini dibuat berdasarkan pengalaman pengguna di seluruh dunia.

Banyak dari jajanan kaki lima di Asia Tenggara ini mendapat rating buruk bukan karena kualitas atau cara pembuatannya. Namun, karena mereka menantang selera dan persepsi kuliner konvensional.

Rasa, tekstur, dan aroma yang tidak biasa sering kali menjadi alasan utama mengapa makanan ini sulit diterima oleh banyak orang. Terutama mereka yang tidak tumbuh dengan budaya kuliner tersebut.

Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara



Berikut daftar jajanan kaki lima terburuk di Asia Tenggara dilansir dari TasteAtlas, Minggu (2/6/2024).



1. Laba-laba Goreng - Kamboja

10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Foto/TasteAtlas

Kota Skuon di Kamboja dipenuhi dengan laba-laba sehingga penduduk setempat yang kelaparan beradaptasi dan mulai mengonsumsinya pada 1970-an, dan praktik ini terus berlanjut sejak saat itu. Tak heran jika kota ini dikenal dengan sebutan Spider Town atau Spiderville.

Laba-laba, biasanya tarantula dilapisi tepung roti dan digoreng dalam minyak panas, kemudian disajikan dengan bumbu lokal segar di atas nasi atau mi. Rasa makanan ini digambarkan sebagai persilangan antara ikan cod dan ayam. Konsumen diperingatkan untuk tidak menggigit bagian perut, yang berisi organ dalam dan cairan tubuh laba-laba.

2. Ulat Sutra Goreng - Thailand

10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Foto/TasteAtlas

Hon mhai atau ulat sutra goreng adalah hidangan serangga tradisional Thailand yang sangat populer di Bangkok. Makanan ini dibuat dengan cara menggoreng ulat sutera, kemudian dibumbui dengan garam, merica, dan saus rahasia kemudian dijual di gerobak pinggir jalan.

Setelah digoreng, ulat sutera menjadi renyah dan berminyak, sementara rasanya terkadang digambarkan agak pahit. Ulat sutra sangat berharga karena kaya akan protein dan beberapa orang percaya bahwa mereka memiliki khasiat obat.

3. Balut - Filipina

10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Foto/TasteAtlas

Balut adalah makanan khas Filipina yang populer, meskipun tidak biasa, disajikan di mana-mana mulai dari warung pinggir jalan hingga restoran kelas atas. Ini adalah telur bebek yang sudah direbus, dibuahi, dan diinkubasi. Secara tradisional, embrio yang dimasak dikonsumsi langsung dari cangkangnya.

Makanan ini biasanya dipadukan dengan bir dingin sebagai pendampingnya. Balut bisa dibumbui dengan cabai, bawang putih, cuka, garam, jus lemon, merica bubuk, dan daun mint. Bisa juga dimasak dalam omelet atau digunakan sebagai isian kue kering.

4. Hotpot Daging dengan Lengkuas dan Serai - Thailand

10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Foto/TasteAtlas

Istilah chim chum atau hotpot daging mengacu pada hidangan tradisional Thailand serta panci tembikar tempat hidangan tersebut dimasak. Pembuatannya dimulai dengan kuah kaldu yang dibumbui dengan lengkuas, serai, dan kemangi. Berbagai sayuran ditambahkan selanjutnya, dan kaldu disajikan bersama dengan daging babi, ayam, atau tahu yang diasinkan.

Chim chum dikonsumsi sebagai makanan bersama. Makanan ini biasanya disajikan dengan nam chim atau saus yang terdiri dari bawang putih, cabai, kecap ikan, air jeruk nipis, ketumbar, bawang merah, dan gula palem.

5. Buntil - Indonesia

10 Jajanan Kaki Lima Terburuk di Asia Tenggara, Ada dari Indonesia

Foto/TasteAtlas
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2431 seconds (0.1#10.140)
pixels