Geliat Bisnis Laundromat, ALS Bidik Pasar Lebih Besar di Indonesia
loading...
A
A
A
"Fokus kami memang di laundry maccine. Karena fokus di situ, semua investasi kami untuk laundromat. Makanya kami menjadi yang terbaik di dunia," kata Sukree, yang juga dijumpai dalam pameran Expo Clean & Expo Laundry 2024.
“ALS fokus untuk menciptakan peluang kewirausahaan pada masyarakat Indonesia dengan mengatasi pergeseran budaya dari metode laundry tradisional ke laundry swalayan yang dioperasikan dengan koin. Kami memiliki tujuan untuk menjadi lebih dari sekedar pemasok. Kami adalah mitra dalam membantu pelanggan membangun kekayaan melalui pasar yang terus berkembang ini," lanjutnya.
ALS memiliki lima merek mesin cuci yakni Speed Queen, Primus, Huebsch, IPSO, dan UniMac, yang semuanya ditargetkan untuk menyasar market komersil seperti rumah sakit, hotel, dan tentu saja laundromat.
Perusahaan yang sudah berdiri selama 116 tahun ini bahkan memiliki laboratorium riset dan pengembangan tersendiri, yang bekerja terus-menerus untuk menghasilkan mesin-mesin cuci inovatif dengan spek industrial. Tak tanggung-tanggung, mereka menginvestasikan dana sebesar USD300 juta atau sekitar Rp4,6 triliun untuk bidang research and development (R&D).
"Inovasi kami lebih dari sekadar teknologi produk, tapi juga tentang mentransformasikan cara berbisnis. Dengan mengintegrasikan teknologi digital, kami mempermudah mitra untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan menyederhanakan operasi mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk berkembang di pasar yang berubah dengan cepat," papar Sukree.
Sejauh ini, ALS sudah memiliki empat pabrik di empat negara yaitu Amerika Serikat, Republik Ceko, China, dan Thailand. Untuk pasar Indonesia, mesin diproduksi di Thailand, di mana ALS meraih market share sebesar 70 persen di sektor laundromat.
"Sebanyak 3.500 oulet di Thailand sudah memakai produk dari ALS, yang mana untuk satu outlet mereka memiliki 10-12 mesin," ungkap Sukree.
Sukree Kirai berharap, dengan populasi Indonesia yang sangat besar, pasar ALS bisa semakin berkembang.
"Kami melihat pasar Indonesia sangat besar, karena populasi di Indonesia tiga kali lipat daripada Thailand. Jadi pasti pasarnya akan bisa lebih dari Thailand. Indonesia adalah masa depan," pungkas Sukree.
“ALS fokus untuk menciptakan peluang kewirausahaan pada masyarakat Indonesia dengan mengatasi pergeseran budaya dari metode laundry tradisional ke laundry swalayan yang dioperasikan dengan koin. Kami memiliki tujuan untuk menjadi lebih dari sekedar pemasok. Kami adalah mitra dalam membantu pelanggan membangun kekayaan melalui pasar yang terus berkembang ini," lanjutnya.
ALS memiliki lima merek mesin cuci yakni Speed Queen, Primus, Huebsch, IPSO, dan UniMac, yang semuanya ditargetkan untuk menyasar market komersil seperti rumah sakit, hotel, dan tentu saja laundromat.
Perusahaan yang sudah berdiri selama 116 tahun ini bahkan memiliki laboratorium riset dan pengembangan tersendiri, yang bekerja terus-menerus untuk menghasilkan mesin-mesin cuci inovatif dengan spek industrial. Tak tanggung-tanggung, mereka menginvestasikan dana sebesar USD300 juta atau sekitar Rp4,6 triliun untuk bidang research and development (R&D).
"Inovasi kami lebih dari sekadar teknologi produk, tapi juga tentang mentransformasikan cara berbisnis. Dengan mengintegrasikan teknologi digital, kami mempermudah mitra untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan menyederhanakan operasi mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk berkembang di pasar yang berubah dengan cepat," papar Sukree.
Sejauh ini, ALS sudah memiliki empat pabrik di empat negara yaitu Amerika Serikat, Republik Ceko, China, dan Thailand. Untuk pasar Indonesia, mesin diproduksi di Thailand, di mana ALS meraih market share sebesar 70 persen di sektor laundromat.
"Sebanyak 3.500 oulet di Thailand sudah memakai produk dari ALS, yang mana untuk satu outlet mereka memiliki 10-12 mesin," ungkap Sukree.
Sukree Kirai berharap, dengan populasi Indonesia yang sangat besar, pasar ALS bisa semakin berkembang.
"Kami melihat pasar Indonesia sangat besar, karena populasi di Indonesia tiga kali lipat daripada Thailand. Jadi pasti pasarnya akan bisa lebih dari Thailand. Indonesia adalah masa depan," pungkas Sukree.