School Lunch Program Kurangi Status Anemia sekaligus Tingkatkan Gizi Anak Usia Sekolah
loading...
A
A
A
Menurut Dr. Rimbawan, pada dua pesantren yang telah menerima SLP, beberapa kali ditemukan kasus skipping meal (melewatkan makan), yang salah satu alasannya adalah karena rasa makanan kurang enak serta variasinya terbatas. Penggunaan bumbu umami dari produk Ajinomoto seperti Masako, Sajiku, dan Saori membantu memperbaiki cita rasa dan variasi menu, sehingga menurunkan kejadian skipping meal. Dengan demikian anak-anak menjadi lebih berselera untuk makan, asupan gizinya pun meningkat.
“Saya rasa pemenuhan asupan gizi anak usia sekolah ini menjadi penting, terutama di masa pandemi COVID-19. Saat ini kita dihadapkan dengan tantangan baru di mana para siswa dan santri melaksanakan study from home (SFH). Hal ini menjadikan tanggung jawab utama pemenuhan gizi anak sekolah bertumpu pada orangtua di rumah, sehingga channel edukasi gizi yang semula ditujukan kepada guru harus diubah sasarannya menjadi orangtua,” papar Dr. Rimbawan.
“Ini tentu menjadi tantangan karena tidak semua keluarga memiliki sumber daya teknologi dan kemampuan untuk menggunakan teknologi yang sama. Dengan kondisi kekuatan jaringan yang berbeda-beda, kita harus bergerak cepat mencari solusi agar edukasi gizi mengenai cara pemenuhan gizi anak sekolah dapat sampai pada orangtua dengan baik,” lanjutnya.
Melihat kondisi tersebut, Ajinomoto Indonesia berkomitmen untuk tetap memberikan kontribusi terhadap pengentasan masalah gizi di Indonesia dengan mensosialisasikan konsep SLP ke sekolah-sekolah lain.
Selain itu, untuk memberikan inspirasi baru bagi para ibu yang berperan penting dalam menyiapkan makanan bergizi seimbang untuk keluarga, kegiatan Dapur Umami Online Cooking Class dihadirkan dengan mengadaptasi menu-menu yang ada dalam program SLP, namun didemokan oleh chef yang berpengalaman, sehingga dapat lebih menggugah selera.
“Saya rasa pemenuhan asupan gizi anak usia sekolah ini menjadi penting, terutama di masa pandemi COVID-19. Saat ini kita dihadapkan dengan tantangan baru di mana para siswa dan santri melaksanakan study from home (SFH). Hal ini menjadikan tanggung jawab utama pemenuhan gizi anak sekolah bertumpu pada orangtua di rumah, sehingga channel edukasi gizi yang semula ditujukan kepada guru harus diubah sasarannya menjadi orangtua,” papar Dr. Rimbawan.
“Ini tentu menjadi tantangan karena tidak semua keluarga memiliki sumber daya teknologi dan kemampuan untuk menggunakan teknologi yang sama. Dengan kondisi kekuatan jaringan yang berbeda-beda, kita harus bergerak cepat mencari solusi agar edukasi gizi mengenai cara pemenuhan gizi anak sekolah dapat sampai pada orangtua dengan baik,” lanjutnya.
Melihat kondisi tersebut, Ajinomoto Indonesia berkomitmen untuk tetap memberikan kontribusi terhadap pengentasan masalah gizi di Indonesia dengan mensosialisasikan konsep SLP ke sekolah-sekolah lain.
Selain itu, untuk memberikan inspirasi baru bagi para ibu yang berperan penting dalam menyiapkan makanan bergizi seimbang untuk keluarga, kegiatan Dapur Umami Online Cooking Class dihadirkan dengan mengadaptasi menu-menu yang ada dalam program SLP, namun didemokan oleh chef yang berpengalaman, sehingga dapat lebih menggugah selera.
(tsa)