Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan Tak Sama, Ini Bedanya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inseminasi buatan merupakan salah satu metode reproduksi berbantu bagi pasangan yang memiliki gangguan kesuburan. Para prinsipnya, inseminasi buatan (intra-uterine) akan mendekatkan sperma terhadap sel telur dengan cara menyemprotkannya ke dalam rahim melalui liang vagina. Untuk meningkatkan keberhasilan, sebelun tindakan inseminasi dilakukan, sperma akan melalui prosedur “pencucian” terlebih dahulu dan dipilih yang memiliki gerakan terbaik.
Berbeda dengan Fertilisasi In Vitro (IVF) atau bayi tabung. Ini adalah teknologi reproduksi berbantu yang sudah mempertemukan sel telur dan sperma di luar tubuh.
Selanjunya, embrio yang telah terbentuk paska pembuahan akan dimasukkan kembali ke rahim ibu agar dapat berkembang sebagaimana kehamilan pada umumnya. Program bayi tabung disebut sebagai metode penanganan infertilitas atau ketidaksuburan dengan angka keberhasilan yang cukup tinggi.Baca Juga : Bayi Tabung, Solusi Bagi yang Susah Mendapatkan Buah Hati
Usia ibu saat menjalani program bayi tabung menjadi penentu keberhasilan. Dimana keberhasilan program ini mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun. Yang jelas, semakin dini pasangan suami-istri dengan infertilitas melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka semakin besar peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan.“Jangan ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan jika mempunyai gangguan kesuburan,” kata dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Pondok Indah. Program bayi tabung dapat meminimalisir kejadian kelainan genetik pada buah hati nantinya.Hal ini dibenarkan oleh Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER, MPH yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF. Kenapa bisa? Sebab sebelum embrio dipindahkan ke rahim ibu, embrio dapat lebih dulu menjalani pemeriksaan genetik pre-implantasi (Preimplantation Genetic Testic for Aneuploidy/PGT-A). Gunanya untuk mengopatimalisasi keberhasilan dan menghindari orangtua mewariskan kelainan genetik kepada buah hati.
Baca Juga : 5 Cara Menangani Efek Samping Vaksin dengan Pengobatan Rumahan
Lebih jauh, PGT-A merupakan teknologi baru yang menggunakan metode next generatiob sequencing (NGS) untuk mengidentifikasi abnormalitas strukur kromosom secara dini, sebelum embrio ditanam dalam rongga rahim calon ibu. Pemeriksaan ini bertujuan mendiagnosis penyakit genetik dan cacat bawaan, serta mengurangi risiko keguguran dan kelahiran anak dengan gangguan genetik. Sri noviarni
Lihat Juga: Siloam Hospital Pacu Peningkatan Layanan Transplantasi Ginjal, Bayi Tabung, hingga Stroke
Berbeda dengan Fertilisasi In Vitro (IVF) atau bayi tabung. Ini adalah teknologi reproduksi berbantu yang sudah mempertemukan sel telur dan sperma di luar tubuh.
Selanjunya, embrio yang telah terbentuk paska pembuahan akan dimasukkan kembali ke rahim ibu agar dapat berkembang sebagaimana kehamilan pada umumnya. Program bayi tabung disebut sebagai metode penanganan infertilitas atau ketidaksuburan dengan angka keberhasilan yang cukup tinggi.Baca Juga : Bayi Tabung, Solusi Bagi yang Susah Mendapatkan Buah Hati
Usia ibu saat menjalani program bayi tabung menjadi penentu keberhasilan. Dimana keberhasilan program ini mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun. Yang jelas, semakin dini pasangan suami-istri dengan infertilitas melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka semakin besar peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan.“Jangan ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan jika mempunyai gangguan kesuburan,” kata dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Pondok Indah. Program bayi tabung dapat meminimalisir kejadian kelainan genetik pada buah hati nantinya.Hal ini dibenarkan oleh Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER, MPH yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF. Kenapa bisa? Sebab sebelum embrio dipindahkan ke rahim ibu, embrio dapat lebih dulu menjalani pemeriksaan genetik pre-implantasi (Preimplantation Genetic Testic for Aneuploidy/PGT-A). Gunanya untuk mengopatimalisasi keberhasilan dan menghindari orangtua mewariskan kelainan genetik kepada buah hati.
Baca Juga : 5 Cara Menangani Efek Samping Vaksin dengan Pengobatan Rumahan
Lebih jauh, PGT-A merupakan teknologi baru yang menggunakan metode next generatiob sequencing (NGS) untuk mengidentifikasi abnormalitas strukur kromosom secara dini, sebelum embrio ditanam dalam rongga rahim calon ibu. Pemeriksaan ini bertujuan mendiagnosis penyakit genetik dan cacat bawaan, serta mengurangi risiko keguguran dan kelahiran anak dengan gangguan genetik. Sri noviarni
Lihat Juga: Siloam Hospital Pacu Peningkatan Layanan Transplantasi Ginjal, Bayi Tabung, hingga Stroke
(wur)