EPO Daewoong Infion Disebut Dapat Hemat Harga Obat Asuransi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Daewoong Infion, perusahaan farmasi yang memiliki pabrik produksi biosimilar pertama di Indonesia, telah memproduksi erythropoietin (EPO) yang merupakan pengobatan anemia untuk pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah dan untuk pasien kanker. Sejak 2017, Jaminan Kesehatan Nasional menyediakan perawatan untuk pasien penyakit ginjal kronis (PGK). EPO Daewoong Infion kali pertama dirilis di pasar Indonesia pada 2017 dan telah digunakan sebagai pengobatan anemia untuk pasien cuci darah dan pasien kanker.
Baca juga: Bisa Berakibat Fatal di Masa Pandemi, Kenali Beberapa Faktor Penyebab Asma
Karena cakupan asuransi pengobatan penyakit ginjal kronis, sebagian besar pasien biasanya hanya mendapatkan perawatan EPO dua kali sebulan. Daewoong Infion mampu mengurangi beban biaya pengobatan dengan menghadirkan produk EPO ke dalam program JKN. Dengan demikian, pasien yang kurang mampu akan tetap mendapatkan perawatan berkualitas tinggi. Sebelum produk EPO dari Daewoong Infion tersedia, semua perawatan menggunakan obat impor yang mahal. Namun, melalui produksi langsung Daewoong Infion EPO di dalam negeri, penghematan harga obat asuransi dapat ditingkatkan dari 40% menjadi 60%.
"Daewoong Infion berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menyediakan obat-obatan unggul dan aman dengan harga yang terjangkau. Daewoong Infion juga tetap menghormati agama dan budaya Indonesia dengan menyediakan produk EPO bersertifikasi halal sebagai obat yang diturunkan dari sel hewan pertama di dunia," papar President Director Daewoong Infion, Chang- woo Suh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/3).
"Kami berencana memimpin pengembangan dan menjadikan Indonesia sebagai kiblat biofarmasi dengan melakukan penelitian, mengeksplorasi biofarmasi baru melalui kerjasama terbuka dengan pemerintah dan perguruan tinggi Indonesia," lanjutnya.
Jumlah pasien penyakit ginjal kronik domestik meningkat hingga 1,9 kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penyediaan EPO pada Program JKN akan meringankan beban keuangan pasien.
Industri biofarmasi saat ini perlu memperhatikan kebijakan Persyaratan Kandungan Lokal (LCR) yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan baku obat impor yang mencapai 90-95% dan mendorong produksi bahan baku hingga produk obat jadi secara mandiri.
Dukungan aktif dari pemerintah Indonesia mampu mendorong pertumbuhan pasar biosimilar yang merupakan penggerak pertumbuhan utama di dalam industri perawatan kesehatan secara global.
Menurut laporan McKinsey & Company, pasar biosimilar di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 10-15% pada 2025 dan merupakan tingkat pertumbuhan terbesar di Asia Tenggara. Pasar biosimilar dalam negeri mampu bertumbuh dengan signifikan karena mampu menyediakan berbagai pilihan pengobatan kepada pasien yang pada akhirnya mengurangi biaya pengobatan.
Berdasarkan survei Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia mencapai 3,8 orang per satu juta penduduk. Angka ini meningkat dari 2,0 orang per juta penduduk pada tahun 2013, yang berarti 3.800 orang dari satu juta masyarakat Indonesia menderita penyakit ginjal kronik yang meningkat sekitar 1,9 kali lipat selama lima tahun.
Dengan meningkatnya jumlah pasien, biaya pengobatan menjadi masalah. Sekitar 60% pasien penyakit ginjal kronis membutuhkan cuci darah. Namun, biaya pengobatan untuk penyakit tersebut dapat mencapai Rp2,6 triliun dan merupakan biaya perawatan kesehatan tertinggi kedua dari semua penyakit di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular.
Formulasi EPO dari Daewoong Infion mampu mencatatkan pertumbuhan yang solid di pasar Indonesia. Daewoong Infion memperkuat posisinya dengan mendapatkan sertifikasi halal. Nilai penjualan EPO Daewoong Infion tahun lalu melebihi Rp100 miliar. Angka itu merupakan peningkatan 21% dibandingkan dengan penjualan tahun 2019.
Produk EPO dari Daewoong Infion, yang merupakan produk terdepan di pangsa pasar EPO dalam negeri, mampu mencatakan mencapai kinerja yang solid dan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit setiap tahunnya sejak diluncurkan dengan peningkatan hingga 68% pada 2019 dan 21% pada 2020 dibandingkan dengan tahun 2018 berkat strategi lokalisasi menyeluruh perusahaan untuk membangun pusat penelitian, pengembangan, dan produksi di Indonesia.
Baca juga: Kasus Mutasi Covid-19 B117 Terdeteksi di Indonesia, Epidemolog Ingatkan untuk Tingkatkan 3T dan 5M
Produk EPO dari Daewoong Infion telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI pada Januari tahun lalu. Daewoong Infion telah berkontribusi mengamankan daya saing industri bio dalam negeri dengan memproduksi solusi murni EPO dan produk jadi.
Lihat Juga: BPOM Apresiasi Produsen OBA sebagai Edukator Kemandirian Farmasi, Saatnya OMAI Fitofarmaka Masuk JKN
Baca juga: Bisa Berakibat Fatal di Masa Pandemi, Kenali Beberapa Faktor Penyebab Asma
Karena cakupan asuransi pengobatan penyakit ginjal kronis, sebagian besar pasien biasanya hanya mendapatkan perawatan EPO dua kali sebulan. Daewoong Infion mampu mengurangi beban biaya pengobatan dengan menghadirkan produk EPO ke dalam program JKN. Dengan demikian, pasien yang kurang mampu akan tetap mendapatkan perawatan berkualitas tinggi. Sebelum produk EPO dari Daewoong Infion tersedia, semua perawatan menggunakan obat impor yang mahal. Namun, melalui produksi langsung Daewoong Infion EPO di dalam negeri, penghematan harga obat asuransi dapat ditingkatkan dari 40% menjadi 60%.
"Daewoong Infion berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menyediakan obat-obatan unggul dan aman dengan harga yang terjangkau. Daewoong Infion juga tetap menghormati agama dan budaya Indonesia dengan menyediakan produk EPO bersertifikasi halal sebagai obat yang diturunkan dari sel hewan pertama di dunia," papar President Director Daewoong Infion, Chang- woo Suh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/3).
"Kami berencana memimpin pengembangan dan menjadikan Indonesia sebagai kiblat biofarmasi dengan melakukan penelitian, mengeksplorasi biofarmasi baru melalui kerjasama terbuka dengan pemerintah dan perguruan tinggi Indonesia," lanjutnya.
Jumlah pasien penyakit ginjal kronik domestik meningkat hingga 1,9 kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penyediaan EPO pada Program JKN akan meringankan beban keuangan pasien.
Industri biofarmasi saat ini perlu memperhatikan kebijakan Persyaratan Kandungan Lokal (LCR) yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan baku obat impor yang mencapai 90-95% dan mendorong produksi bahan baku hingga produk obat jadi secara mandiri.
Dukungan aktif dari pemerintah Indonesia mampu mendorong pertumbuhan pasar biosimilar yang merupakan penggerak pertumbuhan utama di dalam industri perawatan kesehatan secara global.
Menurut laporan McKinsey & Company, pasar biosimilar di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 10-15% pada 2025 dan merupakan tingkat pertumbuhan terbesar di Asia Tenggara. Pasar biosimilar dalam negeri mampu bertumbuh dengan signifikan karena mampu menyediakan berbagai pilihan pengobatan kepada pasien yang pada akhirnya mengurangi biaya pengobatan.
Berdasarkan survei Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia mencapai 3,8 orang per satu juta penduduk. Angka ini meningkat dari 2,0 orang per juta penduduk pada tahun 2013, yang berarti 3.800 orang dari satu juta masyarakat Indonesia menderita penyakit ginjal kronik yang meningkat sekitar 1,9 kali lipat selama lima tahun.
Dengan meningkatnya jumlah pasien, biaya pengobatan menjadi masalah. Sekitar 60% pasien penyakit ginjal kronis membutuhkan cuci darah. Namun, biaya pengobatan untuk penyakit tersebut dapat mencapai Rp2,6 triliun dan merupakan biaya perawatan kesehatan tertinggi kedua dari semua penyakit di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular.
Formulasi EPO dari Daewoong Infion mampu mencatatkan pertumbuhan yang solid di pasar Indonesia. Daewoong Infion memperkuat posisinya dengan mendapatkan sertifikasi halal. Nilai penjualan EPO Daewoong Infion tahun lalu melebihi Rp100 miliar. Angka itu merupakan peningkatan 21% dibandingkan dengan penjualan tahun 2019.
Produk EPO dari Daewoong Infion, yang merupakan produk terdepan di pangsa pasar EPO dalam negeri, mampu mencatakan mencapai kinerja yang solid dan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit setiap tahunnya sejak diluncurkan dengan peningkatan hingga 68% pada 2019 dan 21% pada 2020 dibandingkan dengan tahun 2018 berkat strategi lokalisasi menyeluruh perusahaan untuk membangun pusat penelitian, pengembangan, dan produksi di Indonesia.
Baca juga: Kasus Mutasi Covid-19 B117 Terdeteksi di Indonesia, Epidemolog Ingatkan untuk Tingkatkan 3T dan 5M
Produk EPO dari Daewoong Infion telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI pada Januari tahun lalu. Daewoong Infion telah berkontribusi mengamankan daya saing industri bio dalam negeri dengan memproduksi solusi murni EPO dan produk jadi.
Lihat Juga: BPOM Apresiasi Produsen OBA sebagai Edukator Kemandirian Farmasi, Saatnya OMAI Fitofarmaka Masuk JKN
(nug)