Waspada! Nekat Mudik Lebaran Bisa Berdampak pada Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah telah mengeluarkan peraturan larangan mudik Lebaran yang efektif diterapkan mulai 6 Mei hingga 17 Mei mendatang. Namun, banyak masyarakat nekat lebih dulu mudik sebelum larangan ini ditetapkan. Padahal, bisa berdampak pada kesehatan.
Beberapa dari mereka merasa bahwa tahun kemarin sudah tidak mudik, sehingga tidak mungkin jika tahun ini tidak mudik lagi. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 , Doni Monardo mengatakan, meski mereka yang mudik mengaku telah melakukan protokol kesehatan , potensi lonjakan Covid-19 diperkirakan tinggi setelah masa Lebaran.
Dalam diskusi yang digelar Rabu (5/5), Doni, memberi contoh kenaikan angka kasus kematian setelah masa liburan, yakni mencapai lebih dari 205 kasus per hari di awal Januari lalu.
"Kelompok yang paling rentan adalah lansia. Apalagi yang usianya di atas 60 tahun dan punya komorbid. Persentase kematian yang terpapar Covid, lantas meninggal dunia, sebanyak 85% berusia di atas 47 tahun," kata Doni.
Terlebih bagi mereka yang belum divaksinasi, respon kekebalan tubuh pun akan berbeda dengan orang yang sudah divaksinasi . Pakar epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menjelaskan banyak dari mereka yang belum divaksin.
Sehingga Dicky melihat ada potensi ledakan kasus dengan orang-orang di atas 50 tahun sebagai kelompok paling berisiko menderita sakit parah lalu mengalami kematian.
"Hal itu bisa terjadi salah satunya karena sejumlah varian baru virus corona yang sudah ditemukan di Indonesia," jelas Dicky.
Sehingga, potensi penularan Covid-19 tetap ada. Terutama bagi mereka yang memiliki keluarga lansia. Pemudik bisa membawa Covid-19 dari kota asal atau pemudik bisa terpapar Covid-19 di kampung halamannya.
Jika ia kembali ke kota asal, tentu hal ini bisa menyebabkan klaster baru yang tentunya menambah kasus Covid-19. Dengan demikian, angka kasus Covid-19 masih terus akan bertambah.
Beberapa dari mereka merasa bahwa tahun kemarin sudah tidak mudik, sehingga tidak mungkin jika tahun ini tidak mudik lagi. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 , Doni Monardo mengatakan, meski mereka yang mudik mengaku telah melakukan protokol kesehatan , potensi lonjakan Covid-19 diperkirakan tinggi setelah masa Lebaran.
Dalam diskusi yang digelar Rabu (5/5), Doni, memberi contoh kenaikan angka kasus kematian setelah masa liburan, yakni mencapai lebih dari 205 kasus per hari di awal Januari lalu.
"Kelompok yang paling rentan adalah lansia. Apalagi yang usianya di atas 60 tahun dan punya komorbid. Persentase kematian yang terpapar Covid, lantas meninggal dunia, sebanyak 85% berusia di atas 47 tahun," kata Doni.
Terlebih bagi mereka yang belum divaksinasi, respon kekebalan tubuh pun akan berbeda dengan orang yang sudah divaksinasi . Pakar epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menjelaskan banyak dari mereka yang belum divaksin.
Sehingga Dicky melihat ada potensi ledakan kasus dengan orang-orang di atas 50 tahun sebagai kelompok paling berisiko menderita sakit parah lalu mengalami kematian.
"Hal itu bisa terjadi salah satunya karena sejumlah varian baru virus corona yang sudah ditemukan di Indonesia," jelas Dicky.
Sehingga, potensi penularan Covid-19 tetap ada. Terutama bagi mereka yang memiliki keluarga lansia. Pemudik bisa membawa Covid-19 dari kota asal atau pemudik bisa terpapar Covid-19 di kampung halamannya.
Jika ia kembali ke kota asal, tentu hal ini bisa menyebabkan klaster baru yang tentunya menambah kasus Covid-19. Dengan demikian, angka kasus Covid-19 masih terus akan bertambah.
(dra)